Leonel terdiam dan hanya menatap istri kecilnya terlihat sedang menahan air mata.“Apanya?” tanya Leonel.“Sikapmu seperti bunglon yang selalu berubah-ubah. Kadang omelan kamu terdengar seperti sedang meneguran, perhatianmu seperti seorang ayah. Namun, terkadang membuatku kesal.”“Kamu berpikir terlalu banyak,”kata Leonel menarik kaki Erica dan memasangkan sandal itu di kakinya tanpa persetujuannya.Tubuh Erica yang tidak seimbang akhirnya menindih tubuh Leonel. Leonel saat ini terlentang di lantai, dan Erica berada di atas tubuhnya.“Aku tidak sengaja. Siapa suruh menarik kakiku!” ucap Erica memutar kepalanya.Leonel menatapnya datar. Erica buru-buru menyingkir dari tubuh Leonel. Setelah itu, dia memakai sandal. Dan berjalan begitu pelan, tapi tangan Leonel sudah lebih dulu meraih tubuhnya dan langsung memangkunya.“Apa yang sedang kamu lakukan?”Leonel sama sekali tidak menjawab ucapan istri kecilnya dan menurunkan Erica di kursi.“Karena kakimu belum sembuh, sebaiknya kamu tidak pe
Erica tercengang dengan ucapan suaminya.“Mulutmu yang beracun!” gumamnya pelan.Leonell yang mendengar itu menatap tajam ke arah istrinya. Erica menyengir, kemudian menatap panci berisikan mie itu.“Mienya pasti enak dan tidak beracun. Paling juga besok pagi masuk keluar kamar mandi, jika tidak tahan pedas!” ungkapnya seraya mengambil sumpit dan memulai memakan mie itu.Leonel yang duduk berhadapan dengan sang istri, hanya memperhatikan Erica yang begitu lahap menyantap mie di depannya.Aroma harum tercium oleh Leonel. Tepat pada saat itu Erica menaikkan pandangannya menatap suaminya.“Apa kamu yakin tidak mau? Ini enak loh,coba sesuap saja.”Leonel sama sekali tidak menanggapi. Namun, Erica sudah lebih dulu membelit mie itu dengan sumpit dan menyodorkannya ke arah Leonel.“Ayo,” kata Erica.Leonel menatap mie pada sumpit itu sudah berada tepat di depan mulutnya. Erica tersenyum lebar.Leonel tidak berdaya, akhirnya dia membuka mulutnya dan memakan mie itu. Matanya melotot dan lang
Saat ini semua teman-temannya sedang membicarakannya di bawah.“Enggak disangka-sangka ya si Erica bisa naik jabatan begitu. Padahal dia baru bekerja kemarin,” ucap Andre.“Kalian jangan memojokkan dia seperti itu. Meskipun dia anak magang di sini, tapi pendidikannya bukan main-main. Mungkin juga Pak Rully dan Bu Maria ingin memberinya kesempatan,” ucap Alex berpikir positif.“Tapi, seperti yang kalian tahu kalau si Erica beda banget sekarang. Lihat aja stelannya juga bagus, aku yakin baju yang dipakainya bukan merek kawe!” sahut salah seorang teman wanita.Semua orang melirik ke arah Nuna yang baru saja merapikan meja.“Nuna, dia tidak memberitahu kamu bukan, kalau dia naik jabatan?” tanya Andre.“Bukan urusan kalian. Sebaiknya kita fokus bekerja saja,” kata Nuna.Erica turun ke bawah, dia masuk ke dalam bar. Mengecek stok bar, teman-temannya dulu tidak ada yang menyapanya sama sekali. Erica menjadi gugup.“Ekhem. Kalian kalau butuh apa-apa beritahu aku saja. Laporan kalian di akhir
Sarah yang mendengar iu tercengang. Dia menatap Erica dengan tatapan tidak enak, meskipun mendengar perkataan itu Erica masih mengulas senyum ramah. “Menurutku biasa saja,” kata Sarah seraya menatap Natalie. Natalie tertawa kecil seraya menepuk lengan Sarah. “Adik ipar aku hanya bercanda. Jangan dimasukkan ke dalam hati, aku hanya teringat seorang pelayan restoran saja.” Lalu Natalie menatap Erica seraya memegangi tangannya. “Meskipun Erica ini bukan keluarga terhormat. Tapi, dia pasti tidak pernah bekerja sebagai pelayan restoran bukan?” ucapnya seraya mengulas senyum. Namun,bagi Erica senyuman Natalie hanyalah senyuman palsu. “Kakak tidak salah. Aku memang pernah menjadi pelayan di restoran. Dan aku bangga pada diriku sendiri.” Natalie yang mendengar itu terkejut menatap Erica. “Ups, maaf aku tidak tahu kalau kamu pernah bekerja jadi seorang pelayan restoran.” Erica tersenyum.” Tidak apa-apa kok.” “Kemarin Erica jadi seorang pelayan. Besok dia jadi dokter yang hebat. N
Erica tercengang. Dia sama sekali tidak pernah melakukan pinjaman online. Meskipun dia membutuhkan uang.“Kalau boleh saya tahu berapa hutangnya?” tanya Erica.“Lima puluh juta. Dan dicicil selama 2 tahun, belum termasuk bunga dan juga denda karena sudah telat membayar. Jadi, saya minta agar Ibu segera melunasi hutang Ibu. Atau kami akan mencari Ibu untuk mempertanggung jawabkannya.”Erica semakin terkejut. Bagaimana bisa dia memiliki hutang sebanyak itu, terlebih hanya dalam waktu 6 bulan. Dan bukan dirinya yang meminjam.Karena bingung, dia langsung mematikan panggilan sepihak. Tubuh Erica gemetar dan juga lemas. Dia berpikir keras, siapa yang meminjam uang atas namanya?“Apa mungkin Bibi yang meminjam namaku?” gumam Erica mengingat Bibinya selalu meminta uang padanya akhir-akhir ini.Erica pun tidak meninggalkan gudang. Sore itu juga dia meninggalkan restoran menuju rumah lamanya.Erica pergi menaiki bus. Setelah 20 menit dia turun dari bus dan berjalan kaki masuk ke dalam sebuah g
Leonel yang mendengar itu tertegun.“Mereka yang aku anggap keluarga ternyata duri dalam hidupku. Di dunia ini, aku tidak memiliki siapapun lagi lagi selain adikku. Aku juga ingin bahagia! Apa aku ditakdirkan selalu menderita?”Napas Leonel rasanya terasa begitu berat. Payung saat ini sedang memayungi istri kecilnya, perlahan terlepas dari tangannya. Saat itu juga Leonel memeluk tubuh Erica seutuhnya.“Jangan menangis. Kamu tidak sendirian, kamu memiliki saya.”Pelukan itu semakin erat. Tidak peduli kendaraan berlalu lalang memasuki area perumahan. Leonel tetap memeluk sang istri.“Sekarang kita pulang ke rumah. Kita berdua bisa terkena flu,” ucap Leonel.Akhirnya Erica melepaskan pelukan itu begitu juga dengan Leonel. Leonel meraih tangan sang istri menggenggamnya seraya meraih payung yang semula terjatuh tidak jauh darinya.Pakaian mereka telah basah kuyup. Erica sedikit kedinginan begitu juga dengan Leonel.“Maaf, gara-gara aku kamu jadi basah.”Namun, Leonel memilih untuk tidak me
Sontak Erica terkejut. Tangannya hampir saja menumpahkan air jahe yang semula dipegang olehnya. Dengan hati-hati dia menurunkan cangkir berisikan air jahe.“Ke— kenapa kamu bisa berpikir begitu?” tanya Erica.Leonel menatap sang istri dengan santai. Lalu Leonel menepuk sofa di sebelahnya, agar Erica pindah tempat duduk.Erica pun akhirnya duduk di samping suaminya, dengan tatapan canggung.“Kenapa?” tanya Erica.Leonel menggeser tubuhnya semakin merapat kepada Erica. Mata mereka saling menatap begitu lembut dan wajah Leonel yang hanya berjarak 1 cm darinya membuat Erica tidak bisa bergerak bebas.“Karena kamu banyak mengeluh. Atau mungkin kamu memang ingin menjadi istri saya selamanya?” ucap Leonel membuat sang istri semakin terkejut.Tangan Leonel perlahan meraih pinggang sang istri dan mencengkeramnya kuat. Lalu mendaratkan bibirnya di bibir Erica, Leonel mencium lembut bibir sang istri.Erica perlahan memejamkan matanya membalas ciuman hangat iu, dengan tangan yang memegangi bagia
Erica pun bergeser dan meraih lengan suaminya, ia memeluk lengan Leonel. Erica memejamkan matanya seraya menjatuhkan kepalanya di pundak Leonel.Sontak Leonel terkejut, menunduk menatap istri kecilnya. Thomas yang sedang menyetir tersenyum. Dan memperhatikan mereka berdua di kaca dalam mobil.“Besok memang hari senin. Aku memang tidak bekerja,” sahut Erica.“Maksud saya kamu berhenti untuk selama-lamanya.”Erica membuka matanya sayu dan berair.“Bagaimana, kalau aku tidak mau?” tanya Erica mengulas senyum lalu memegangi perutnya terasa semakin sakit.“Thomas, cari restoran terdekat dari sini,” kata Leonel.“Aku ingin pulang,” jawab Erica kembali memejamkan matanya dan kini kedua tangannya telah menyusup ke dalam jas yang dikenakan oleh Leonel.Leonel, cukup terkejut dengan sikap Erica yang mendadak jadi berani.“Apa yang kamu lakukan?”“Dingin!” jawabnya pelan.Leonel pun menyentuh dahi Erica, tubuhnya panas. Leonel menghela napas. Dan memeluk Erica dengan begitu erat, membuat Erica s
Mendengar jawaban Leonel, Erica cukup mengerti apa yang diinginkan Leonel saat ini. Setelah itu mereka kembali ke rumah, Leonel memangkunya menuju ke kamar. Perlahan Leonel menurunkan tubuh Erica di atas tempat tidur, Erica duduk dan melepaskan sandal rumahnya.“Kamu tidak perlu repot-repot memangku aku, aku bisa jalan sendiri.”“Aku tahu, tetapi selagi bisa aku ingin memangkumu. Mungkin saja dua tahun lagi aku tidak sanggup memangkumu. Aku sudah cukup tua, walaupun aku masih terlihat tampan dari luar.”Entah kenapa Erica tidak senang mendengarnya. Dia menarik tangan Leonel untuk duduk di sisinya, perlahan tangannya membelai wajah Leonel menatapnya lembut. Mata keduanya saling menatap begitu lekat, ada kehangatan dari kedua mata yang saling menatap.“Di mataku kamu masih muda. Jika suatu hari nanti kamu tidak sanggup bekerja lagi, jangan dipaksakan. Aku yang akan merawatmu, biar aku yang bekerja. Kamu hanya perlu berada di rumah bersama anak kita,” kata Erica.Leonel tersenyum. “Jadi
Leonel membelai rambut Erica. “Karena saya sayang kamu, dan janin di dalam perut kamu. Sekarang kamu memiliki tanggung jawab lebih, yaitu calon anak kita.”Erica diam menatap suaminya, lalu dia tersenyum. Leonel kini sudah memegangi pipi Erica yang semakin hari semakin berisi. “Terima kasih, karena sudah sayang sama aku.”“Itulah tanggung jawab seorang suami. Kamu lapar tidak, ingin makan sesuatu?” tanya Leonel.Erica mengangkat kepala, dia seperti sedang memikirkannya. Lalu, dia teringat sesuatu.”Aku ingin makan mie ayam di pinggir jalan. Mie ayam Pak Joko.”“Di mana? Biar saya belikan,” kata Leonel.“Emh, sebenarnya aku ingin makan di tempatnya. Kalau di rumah kadang rasanya agak beda gitu, boleh tidak?” tanya Erica dengan mata berbinar.Leonel yang melihat ekspresi sang istri tidak berdaya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. “Baiklah kita pergi sekarang,” kata Leonel.Erica mengangguk, Leonel mengambil sebuah jaket untuk Erica kenakan.“Di luar habis hujan, cuaca pasti dingin.
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada