Saat ini semua teman-temannya sedang membicarakannya di bawah.“Enggak disangka-sangka ya si Erica bisa naik jabatan begitu. Padahal dia baru bekerja kemarin,” ucap Andre.“Kalian jangan memojokkan dia seperti itu. Meskipun dia anak magang di sini, tapi pendidikannya bukan main-main. Mungkin juga Pak Rully dan Bu Maria ingin memberinya kesempatan,” ucap Alex berpikir positif.“Tapi, seperti yang kalian tahu kalau si Erica beda banget sekarang. Lihat aja stelannya juga bagus, aku yakin baju yang dipakainya bukan merek kawe!” sahut salah seorang teman wanita.Semua orang melirik ke arah Nuna yang baru saja merapikan meja.“Nuna, dia tidak memberitahu kamu bukan, kalau dia naik jabatan?” tanya Andre.“Bukan urusan kalian. Sebaiknya kita fokus bekerja saja,” kata Nuna.Erica turun ke bawah, dia masuk ke dalam bar. Mengecek stok bar, teman-temannya dulu tidak ada yang menyapanya sama sekali. Erica menjadi gugup.“Ekhem. Kalian kalau butuh apa-apa beritahu aku saja. Laporan kalian di akhir
Sarah yang mendengar iu tercengang. Dia menatap Erica dengan tatapan tidak enak, meskipun mendengar perkataan itu Erica masih mengulas senyum ramah. “Menurutku biasa saja,” kata Sarah seraya menatap Natalie. Natalie tertawa kecil seraya menepuk lengan Sarah. “Adik ipar aku hanya bercanda. Jangan dimasukkan ke dalam hati, aku hanya teringat seorang pelayan restoran saja.” Lalu Natalie menatap Erica seraya memegangi tangannya. “Meskipun Erica ini bukan keluarga terhormat. Tapi, dia pasti tidak pernah bekerja sebagai pelayan restoran bukan?” ucapnya seraya mengulas senyum. Namun,bagi Erica senyuman Natalie hanyalah senyuman palsu. “Kakak tidak salah. Aku memang pernah menjadi pelayan di restoran. Dan aku bangga pada diriku sendiri.” Natalie yang mendengar itu terkejut menatap Erica. “Ups, maaf aku tidak tahu kalau kamu pernah bekerja jadi seorang pelayan restoran.” Erica tersenyum.” Tidak apa-apa kok.” “Kemarin Erica jadi seorang pelayan. Besok dia jadi dokter yang hebat. N
Erica tercengang. Dia sama sekali tidak pernah melakukan pinjaman online. Meskipun dia membutuhkan uang.“Kalau boleh saya tahu berapa hutangnya?” tanya Erica.“Lima puluh juta. Dan dicicil selama 2 tahun, belum termasuk bunga dan juga denda karena sudah telat membayar. Jadi, saya minta agar Ibu segera melunasi hutang Ibu. Atau kami akan mencari Ibu untuk mempertanggung jawabkannya.”Erica semakin terkejut. Bagaimana bisa dia memiliki hutang sebanyak itu, terlebih hanya dalam waktu 6 bulan. Dan bukan dirinya yang meminjam.Karena bingung, dia langsung mematikan panggilan sepihak. Tubuh Erica gemetar dan juga lemas. Dia berpikir keras, siapa yang meminjam uang atas namanya?“Apa mungkin Bibi yang meminjam namaku?” gumam Erica mengingat Bibinya selalu meminta uang padanya akhir-akhir ini.Erica pun tidak meninggalkan gudang. Sore itu juga dia meninggalkan restoran menuju rumah lamanya.Erica pergi menaiki bus. Setelah 20 menit dia turun dari bus dan berjalan kaki masuk ke dalam sebuah g
Leonel yang mendengar itu tertegun.“Mereka yang aku anggap keluarga ternyata duri dalam hidupku. Di dunia ini, aku tidak memiliki siapapun lagi lagi selain adikku. Aku juga ingin bahagia! Apa aku ditakdirkan selalu menderita?”Napas Leonel rasanya terasa begitu berat. Payung saat ini sedang memayungi istri kecilnya, perlahan terlepas dari tangannya. Saat itu juga Leonel memeluk tubuh Erica seutuhnya.“Jangan menangis. Kamu tidak sendirian, kamu memiliki saya.”Pelukan itu semakin erat. Tidak peduli kendaraan berlalu lalang memasuki area perumahan. Leonel tetap memeluk sang istri.“Sekarang kita pulang ke rumah. Kita berdua bisa terkena flu,” ucap Leonel.Akhirnya Erica melepaskan pelukan itu begitu juga dengan Leonel. Leonel meraih tangan sang istri menggenggamnya seraya meraih payung yang semula terjatuh tidak jauh darinya.Pakaian mereka telah basah kuyup. Erica sedikit kedinginan begitu juga dengan Leonel.“Maaf, gara-gara aku kamu jadi basah.”Namun, Leonel memilih untuk tidak me
Sontak Erica terkejut. Tangannya hampir saja menumpahkan air jahe yang semula dipegang olehnya. Dengan hati-hati dia menurunkan cangkir berisikan air jahe.“Ke— kenapa kamu bisa berpikir begitu?” tanya Erica.Leonel menatap sang istri dengan santai. Lalu Leonel menepuk sofa di sebelahnya, agar Erica pindah tempat duduk.Erica pun akhirnya duduk di samping suaminya, dengan tatapan canggung.“Kenapa?” tanya Erica.Leonel menggeser tubuhnya semakin merapat kepada Erica. Mata mereka saling menatap begitu lembut dan wajah Leonel yang hanya berjarak 1 cm darinya membuat Erica tidak bisa bergerak bebas.“Karena kamu banyak mengeluh. Atau mungkin kamu memang ingin menjadi istri saya selamanya?” ucap Leonel membuat sang istri semakin terkejut.Tangan Leonel perlahan meraih pinggang sang istri dan mencengkeramnya kuat. Lalu mendaratkan bibirnya di bibir Erica, Leonel mencium lembut bibir sang istri.Erica perlahan memejamkan matanya membalas ciuman hangat iu, dengan tangan yang memegangi bagia
Erica pun bergeser dan meraih lengan suaminya, ia memeluk lengan Leonel. Erica memejamkan matanya seraya menjatuhkan kepalanya di pundak Leonel.Sontak Leonel terkejut, menunduk menatap istri kecilnya. Thomas yang sedang menyetir tersenyum. Dan memperhatikan mereka berdua di kaca dalam mobil.“Besok memang hari senin. Aku memang tidak bekerja,” sahut Erica.“Maksud saya kamu berhenti untuk selama-lamanya.”Erica membuka matanya sayu dan berair.“Bagaimana, kalau aku tidak mau?” tanya Erica mengulas senyum lalu memegangi perutnya terasa semakin sakit.“Thomas, cari restoran terdekat dari sini,” kata Leonel.“Aku ingin pulang,” jawab Erica kembali memejamkan matanya dan kini kedua tangannya telah menyusup ke dalam jas yang dikenakan oleh Leonel.Leonel, cukup terkejut dengan sikap Erica yang mendadak jadi berani.“Apa yang kamu lakukan?”“Dingin!” jawabnya pelan.Leonel pun menyentuh dahi Erica, tubuhnya panas. Leonel menghela napas. Dan memeluk Erica dengan begitu erat, membuat Erica s
Erica melonggarkan pelukannya menatap Leonel. Mata mereka saling menatap begitu lembut.“Apa kamu ingin mengomeli aku?” tanya Erica.“Kamu mandi saja dulu, setelah itu kita bicarakan.”“Apa tidak bisa sekarang saja?” tanya Erica.Tatapan mata Leonel menajam dan tatapan matanya bagaikan alarm agar Erica tidak lagi tawar menawar dengannya.“Baik, aku akan mandi sekarang.” Erica lari masuk ke dalam kamar mandi.Leonel yang sekarang berada di ruang pakaian teringat kembali ucapan Erica saat berada di mobil dia menghela napas. Lalu menekan satu tangannya pada lemari, dilihatnya cincin pernikahan ini.“Andai saja aku tahu lebih awal,” gumam Leonel.“Apa itu?” tanya Erica yang sudah selesai mandi?”Leonel menoleh dan memutar tubuhnya melihat Erica yang sudah memakai handuk kimono. Leonel mendekat melangkahkan kakinya membuat Erica berdebar.Lalu Leonel mencium bibirnya dengan begitu saja. Sontak Erica terkejut dengan mata yang melotot. Dengan cepat Leonel menarik bibir sang istri dan menyesa
Kenzo menatap Erica dengan mata merah, begitu juga dengan Erica dengan tatapan kesal dan juga kecewa, karena Kenzo harus membahas ini sekarang. Raisya meraih lengan Erica. “Rahasia apa, sebenarnya apa hubunganmu dengan om-om yang dimaksudkan oleh Kenzo.” Erica melihat teman-temannya yang lain mulai penasaran dengan cerita hidupnya. Alih-alih menjawab semua pertanyaan di hati Raisya, Erica malah pergi begitu saja. “Caca, kamu belum menjelaskannya.” Raisya memberontak. “Aku akan menjelaskannya padamu, tapi tidak di sini.” Hati Erica saat ini dipenuhi kegelisahan. Bagaimanapun, dia cemas rahasia yang selama ini disembunyikan tidak lagi bisa disembunyikan. Sementara itu Kenzo hanya bisa melihat kepergian Erica. “Apa yang kalian lihat, enyah!” bentak Kenzo marah kepada anak-anak yang lain yang kini sedang memperhatikannya. Teman-teman Kenzo menepuk pundaknya. “Sebenarnya apa yang terjadi antara kalian?” tanya seorang teman lelaki Kenzo. Namun, Kenzo tidak berniat memberitahu tema
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada
“Ca, tenangkan dirimu. Hari ini, hari baik. Tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak, oke.”Erica mangut-mangut. Dia duduk di sofa.“Kamu pergi saja temui Mama dan yang lainnya, aku ingin istirahat sebentar. Jam berapa penata rias mulai meriasku?”“Saya meminta merias kamu jam 6 saja, acaranya jam 7. Cukup untuk merias kamu,” kata Leonel.“Oke. Aku tidur sebentar,” kata Erica.Leonel mengecup kening Erica.”Jika kamu butuh sesuatu hubungi aku langsung.”Leonel pergi menemui orang tuanya yang berada di kamar khusus. Mereka semua berkumpul di sofa, di sana juga ada Lucio yang cukup canggung berada di tengah-tengah keluarga dari Leonel.“Jadi, ini Lucio. Akhirnya aku melihatmu juga, selama ini kita tidak berkesempatan bertemu. Cukup tampan juga, tetapi pemalu. Wajar saja masih SMA, kalau dipoles sedikit pasti lebih menarik.”Lucio tersenyum tipis.“Kamu juga pas awal masuk SMA masih buluk,” kata Sarah.“Bibi —” Tiara mengerutkan keningnya dan menghela napas.Natalie tersenyum dan menggoda
“Tidak. Saya sangat bersyukur bisa menemukanmu di tengah keramaian wanita di luar sana, meskipun usia kita jauh berbeda. Tapi, saya tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Karena saya tahu, ini jalan hidup saya.”Erica menatap mata suaminya yang tampak teduh. Dia memeluk Leonel, dalam hati kecilnya, ia berharap kalau Leonel tidak pernah mengecewakannya. Bagaimanapun, dia sudah mengorbankan masa mudanya untuk sebuah pernikahan dan rela hamil di saat dia sedang kuliah.“Bagaimana, apa kamu sudah siap? Jika kamu sudah siap kita akan pergi ke hotel, acaranya jam 7 malam. Kamu bisa istirahat sampai sore di sana,” kata Leonel.“Ayo kita pergi sekarang. Keluarga kita sudah berada di sana,” kata Erica.Leonel mengangguk, dia meraih tangan Erica mereka menuruni lift dan menaiki mobil menuju hotel milik keluarganya. Di seberang sana, Catalina saat ini sedang membeli sayur di tukang sayur yang ada di mobil. Dia melihat ibu-ibu seperti biasa tengah berkerumun bersama dengan ibu penjual sayur.“E