Jantung keduanya seperti tabuhan genderang yang memenuhi seluruh ruangan dengan cahaya yang temaram itu.“Iya, Mas Tian Sayang, aku sangat-sangat merindukanmu. Kenapa kamu tak pulang-pulang?” balas Alexandra.“Maafkan aku, Sayang. Banyak urusan yang harus aku kerjakan. Aku sampai tak sempat mengecek keadaanmu. Apa kamu baik-baik saja?” “Huummm. Aku baik-baik saja, Sayang.”“Apa yang kamu rasakan saat ini?” tanya Christian.“Aku hanya merasakan rindu padamu.”“Sejak kapan kamu pintar membual?” balas Christian.“Aku tidak membual, ini jujur dari dalam lubuk hatiku.”Christian terasa lebar, entah mengapa hati berbunga-bunga mendapat pernyataan seperti itu.‘Apa kamu sudah gila, Christian? Dia ini hanya istri jaminan yang kamu jadikan alat untuk mendapatkan warisan, sadarlah!’ monolog Christian berperang dengan batinnya.“Kamu tau, Tian Sayang?”“Tidak!” jawab Christian memotong ucapan Alexandra.Sontak saja dia mendapatkan cubitan kecil di pinggang karena Alexandra yang kesal.“Aku belum
Alexandra dan Christian mulai larut dalam buaian surga dunia tapi bel apartemen itu kembali berbunyi. Awalnya pria itu abai, tapi makin lama semakin berisik, membuat Christian berdecak kesal.“Sepertinya itu bukan David, Sayang,” ujar Alexandra dengan nafas yang tersengal-sengal setelah Christian melepaskan pagutan bibirnya.“Menyebalkan sekali, mengganggu saja!”Alexandra tersenyum lalu mengecup pipi pria itu. Wanita itu hendak mengatakan jika dia akan melihatnya, tapi Christian sudah lebih dulu beranjak.“Biar aku saja yang melihatnya, kalau perlu akan ku bunuh dia!” ucap Christian dengan kesal.Alexandra justru terkekeh melihat tingkah suaminya. Wajar saja Christian semarah itu, pasti dia susah mengendalikan hasrat yang mulai naik.Sementara suaminya membukakan pintu, Alexandra menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi.Christian menuju pintu dengan kesal, dalam hatinya terus memberi sumpah serapah pada orang yang mengganggunya sejak tadi. “Cari mati!” gumam
“Aku sudah selesai.” Christian mengelap bibirnya dengan kain yang tersedia.Christian melihat ke arah Alexandra yang hanya diam dan menatapnya penuh keraguan.“Ada yang ingin kamu katakan?” tanya Christian.Alexandra menggeleng lemah, tidak mungkin dia mengatakan jika ingin Christian berada di rumah saja untuk menemaninya. Karena pasti banyak pekerjaan yang sudah menanti, apalagi ini adalah awal minggu.“Tidak, aku hanya ingin mengatakan, semangat untuk hari, Sayang,” ujar Alexandra.“Terima kasih, Sayang. Maafkan aku, tapi aku harus segera berangkat, hubungi saja jika ada yang kamu butuhkan,” kata Christian. Kemudian mendaratkan kecupan di pipi kanan dan kiri Alexandra.“Ah, iya Sayang. Hati-hati di jalan.” Pada akhirnya Alexandra harus merelakan kepergian Christian.Alexandra kembali duduk di kursi sembari memandangi meja makan yang masih ada beberapa makanan yang tersisa dan tak tersenyum.Alexandra tersenyum kemudian mencari keberadaan Lisa.“Lisa, apa kamu sudah sarapan?”“Sudah
Alexandra mengambil benda pipih itu dari tasnya. Di layar datar itu muncul nama Harry–ayahnya–melakukan panggilan.“Papa.” Senyum terkembang dari bibir Alexandra.“Halo, Papa!”“Halo, Alexa. Bagaimana keadaanmu? Papa dengar kamu baru saja mengalami insiden yang tak terduga. Apa kamu baik-baik saja?”Terdengar nada bicara Harry sangat khawatir.“Aku baik-baik saja, Papa. Aku juga sudah berkuliah, Papa tak perlu khawatir.”Entah dari mana ayahnya itu tahu tentang kejadian yang dialaminya, tapi Alexandra merasa bahagia mendapat perhatian dari sang ayah.“Bagaimana keadaan Papa sendiri?”“Papa baik-baik saja, Alexa. Hanya saja–,” Harry menjeda kalimatnya.“Hanya saja apa, Pa?”“Ibumu keadaannya semakin memburuk, beberapa waktu lalu sempat drop. Tapi sekarang sudah kembali membaik.”Alexandra hampir lupa dengan kondisi Astari, dia juga sudah lama tidak mengunjungi wanita yang sudah hidup dengannya selama belasan tahun itu.“Syukurlah, semoga keadaan ibu akan segera membaik, Pa. Maafkan Ale
Alexandra mengernyitkan keningnya, Christian terlihat sangat serius.“Apa itu?” tanya Alexandra menjadi penasaran.“Pejamkan matamu!” titah Christian.Dengan hati berdebar Alexandra mengikuti perintah suaminya, menutup mata.“Jangan coba-coba mengintip!” titah Christian lagi.“Iya, aku tidak akan mengintip. Tapi aku sangat penasaran, kenapa aku harus memejamkan mata?”Christian diam mengambil sebuah kotak beludru dari saku celananya, membuka isi kotak tersebut dan mengambil isinya. Sambil tersenyum Christian berjalan ke belakang kursi Alexandra, merapikan rambut panjang itu lebih dulu dan menyibakkan ke samping. Kemudian memasangkan sebuah kalung polos dengan bandul berinisial A ke leher Alexandra. Christian tahu Alexandra tak menyukai sesuatu yang berlebihan dan mencolok oleh sebab itu dia memilih kalung dengan model sederhana namun elegan.Kalung itu tampak seperti kalung emas putih pada umumnya jika bukan ahli perhiasan tak akan tahu jika kalung itu harganya cukup fantastis.“Buk
Waktu begitu cepat berlalu, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Alexandra sedang bersiap-siap, di minggu tenang ini dia akan menginap di rumah keluarga Davendra selama tiga hari.Seperti yang sudah dikatakan oleh Christian, Alexandra akan ditemani oleh Anna dan Lisa.Alexandra dan Anna sedang mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke rumah sang ayah.“Senangnya, ternyata Nona masih punya seorang ayah. Aku sangat merindukan sosok ayah,” ujar Lisa saat membantu Alexandra mengemasi barang-barang.Lisa mendadak melankolis ketika mengingat sang ayah.“Apa beliau sudah meninggal, Lisa?”“Iya, Nona. Ayahku meninggal ketika aku masih kecil, beberapa tahun kemudian ibuku menyusul ayahku.” Wajah Lisa seketika murung.“Maafkan aku Lisa, Aku tak bermaksud membuatmu bersedih. Sebenarnya kita tak jauh beda, ibuku juga meninggal saat aku masih kecil. Aku hanya sedikit beruntung, karena ayahku masih hidup walau aku sempat kehilangan sosoknya selama belasan tahun,” ucap Alexandra.Alexandra mem
“Ibu bagaimana kabarmu di sana? Ibu pasti sudah bahagia di sana, Ibu sekarang tak perlu khawatir, Alexa mempunyai pria yang melindungi Alexa. Papa juga sudah kembali melihat ke arah Alexa.”Alexandra tersenyum getir, meski berkata seperti itu dalam hatinya merasa sedih ketika mengingat kontrak pernikahan dengan Christian yang pasti akan berakhir.Alexander menggelengkan kepala, mengusir gundah yang sempat hadir.Alexandra tersenyum, mengingat sedikit kenangan bersama ibunya yang masih tersisa.Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Alexandra. Sebelum membuka pintu Alexandra meletakkan pigura foto sang ibu di tempat semula. Gegas Alexandra membuka pintu kamarnya, melihat siapa yang mengetuk pintu.“Nona, Pak Harry mengajak untuk makan siang bersama,” kata pelayan di rumah itu.“Terima kasih, aku akan segera turun.” Dari pintu yang berbeda, Anna dan Lisa keluar dari kamarnya.Alexandra makan siang bersama Harry Davendra begitu juga dengan Anna dan Lisa.Kedua wanita bawahan Christia
Mungkin Alexandra tidak menyadari jika suaminya memang posesif dan protektif. Selama ini dia hanya menganggap Christian melindunginya karena kepentingan pribadinya. Sebab Alexandra adalah sasaran kelemahan Christian.Tak ingin terus berada di kamar, Alexandra turun ke lantai satu menuju dapur. Dia melihat pelayan yang sudah puluhan tahun ikut dengan keluarga Davendra sedang menyiapkan makanan untuk makan malam.“Biar aku bantu, Bi.”“Iya, Nona.” Wanita paruh baya itu tidak menolak. Keduanya dulu memang sering berkutat di dapur bersama.“Sudah lama kita tidak masak bersama ya Non.” Ujar wanita yang biasa dipanggil Bibi itu.“Iya, Bi. Aku rindu padamu. Pada masakan Bibi juga,” ujar Alexandra.“Bibi juga rindu, Non Alexa. Boleh Bibi peluk sebentar?”Kedua wanita berbeda generasi itu saling berpelukan mencurahkan rindu. Alexandra sudah menganggap bibi itu seperti ibunya sendiri. Bibi selalu ada tatkala Alexandra me
Gagal sudah rencana Alexandra untuk pulang ke rumahnya dan juga berpesta bersama Fiona. Terlihat jelas dalam guratan wajah wanita itu jika saat ini dia sedang kesal.“Apa seperti itu wajah yang seharusnya kamu tunjukkan pada suamimu setelah lima tahun tidak bertemu!” protes Christian. Alexandra hanya diam dan melirik pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Pria itu sibuk menyiapkan minuman di dalam Limousine mewahnya.Tak ubahnya dengan sang ibu, Aldrich pun berwajah tak bersahabat, tangannya menyilang di dada dan menatap ayahnya dengan tajam sama persis seperti Christian.Kini Aldrich ingat jika pria tampan berwajah tegas itu adalah pria sukses yang ada di televisi, yang membuat ibunya bahkan tidak berkedip memandangnya, namun ketika di dalam kesunyian ibunya menangis karena teringat dengan pria itu.Pria itu juga yang fotonya berada dalam dompet kesayangan ibunya. Aldrich tahu karena pernah sengaja mencari tahu tentang ayahnya.Alexandra bukan tak pernah memberi tahu se
Lima tahun kemudian. Alexandra dapat melewati waktu lima tahun ini hidup bertiga dengan ayah dan juga anaknya. Pria kecil yang tampan, lincah, dan juga cerdas itu dia beri nama Aldrich Tian. Aldrich yang artinya laki-laki bangsawan yang berkarakter dan berbudi luhur, sedangkan Tian diambil dari penggalan nama ayahnya, Christian. Lima tahun yang lalu Alexandra dan ayahnya memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan memilih menetap di kota tanah kelahiran sang ayah. Meninggalkan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui, memulai hidup baru dan juga bisnis baru di tempat tinggal yang baru. Lima tahun berlalu Alexandra dan Aldrich baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi. Alexandra akan menghadiri sebuah pertemuan besar dalam dunia bisnis, perusahaannya masuk dalam undangan khusus di acara tersebut. “Jadi ini kota kelahiranmu, Ma? Lebih semrawut dari dugaanku,” kata Aldrich. Alexandra membulatkan mata. “Kamu berkomentar terlalu pedas Al, jangan sampai orang l
Alexandra akhirnya membuka suara dengan sebuah pertanyaan.Christian tersenyum samar mendengar pertanyaan dari istrinya itu.“Kita bahas itu besok saja, kita tidak perlu buru-buru. Silakan kamu coba susu almond buatanku, kalau enak aku akan rajin buatkan untukmu.”Alexandra menghela nafas pelan, kemudian mengambil gelas yang berisi susu almond itu. Aromanya sungguh menggoda.Alexandra menyeruput susu tersebut, rasanya sangat segar berbeda dengan susu hamil pada umumnya yang membuat eneg.Sedangkan Christian menatap Alexandra dengan antusias menunggu wanita itu berkomentar.“Bagaimana rasanya?”“Enak,” jawab Alexandra singkat.“Kamu suka?” Alexandra hanya mengangguk dengan senyuman setipis tisu.“Baiklah aku akan rajin membuatkannya untuk,” seru Christian.Alexandra tersenyum tipis kemudian kembali meminum susu itu lagi.“Setelah ini kita makan malam, aku sudah buatkan sup salmon untukmu.”Mereka menikmati makan malam bersama dengan menu spesial buatan Christian.Bagaimana Alexandra ti
Seraya menggiring Alexandra ke mobil, Christian menghubungi seseorang.“Dave, berhentilah bermain-main, dia sudah bersamaku sekarang!” titah Christian.“Tanggung, Tuan. Aku ingin sedikit membuatnya tergores,” balas Dave.“Terserah kamu saja!” Christian langsung memutus panggilan tersebut.Di dalam mobil mewah itu begitu sunyi, baik Alexandra maupun Christian tak ada yang membuka suara.Alexandra tidak tahu akan dibawa ke mana yang dia tahu jalan itu tidak menuju ke apartemen Christian.Sedangkan Christian mati-matian menahan diri agar tidak kelepasan, dia ingin sekali memeluk Alexandra, mengucapkan kata rindu, mengecup bibirnya, dan juga menyapa janin dalam kandungan Alexandra, tapi egonya masih begitu tinggi.Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang berada di dekat pantai.Saat keluar dari mobil Alexandra bisa mencium aroma pantai yang khas. Alexandra menghentikan langkah kemudian menghirup dalam-dalam udara d
David menyeringai, dengan sigap dia menghalau tangan Dave, sebuah tembakan melayang entah ke mana.Doorrr!!!Buuugghhh!!!Satu sikutan keras menghujam tepat perut Dave. “Uugghhh!!!”David langsung mengambil alih senjata itu dari tangan Dave.Dave memang ahli dengan senjata api, tapi tak setangkas David dengan tangan kosongnya.“Jangan membuat keributan, Dave. Aku sedang tidak ingin meladenimu!” David mengulang kalimatnya memberi penegasan.Dave meringis, serangan David ternyata cukup kuat, beberapa saat kemudian Dave menegakkan tubuhnya dan bertepuk tangan pelan.“Hebat! Kecepatanmu memang tidak ada tandingannya!” puji Dave.“Ayo kita sedikit bermain-main, aku sudah menantikan pertarungan ini sejak lama!” ungkap Dave.“Tidak denganku, Dave! Aku tidak memiliki banyak waktu,” David langsung masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya menuju ke rumahnya.Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, David merasa Dave datang hanya ingin mengulur waktunya saja. Dalam perjalanan David
David masuk ke dalam ruang rawat inap Alexandra dengan membawa makanan kesukaan Alexandra seperti biasanya.“Aku ada kabar gembira untukmu!” Ucap David pada Alexandra.“Apa itu?”“Jika sore ini hasil pemeriksaanmu bagus semua, dini hari kita bisa keluar dari sini.”“Benarkah?” tanya Alexandra dengan wajah semringah.“Tentu saja, aku tidak pernah berbohong padamu. Tapi….” David menjeda ucapannya.“Tapi apa?”“Tapi aku butuh tahu persiapanmu.”“Persiapan?” tanya Alexandra bingung.“Iya, persiapan. Cepat atau lambat Christian pasti akan menemukan kita. Aku ingin kamu juga bersiap secara fisik dan mental jika tiba-tiba dia menemukan kita, terutama kamu. Aku sendiri tidak yakin akan bisa melindungimu sepenuhnya kali ini,” jujur David.David sendiri juga sedang mempersiapkan diri andai saja Christian melakukan serangan. “Iya, aku sudah mempersiapkan diri, David. Kamu tak perlu khawatir. Justru aku mengkhawatirkanmu, dia orang yang tidak memiliki hati, aku takut gara-gara aku, kamu send
Christian menyeringai mendengar ucapan ayah mertuanya.“Benar Ayah Mertua, aku memang tidak butuh perusahaanmu itu. Kalau begitu jaminkan saja nyawa Anda,” ucap Christian dengan dingin dan tanpa belas kasih.“A-apa?” Harry Davendra pun terkejut. Isi tempurung kelapanya baru saja berpikir seperti itu, lalu pria mengerikan di depannya ini berkata hal yang sama.“Apa Anda tuli?” Christian pun berdiri tanpa menunggu jawaban dari ayah mertuanya, kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membawa Harry dengan paksa.Harry tak bisa berbuat apa-apa, memangnya dia bisa berbuat apa? Dalam hati Harry hanya bisa berdoa semoga Alexandra dalam keadaan baik-baik saja setelah ini.Bisa dikatakan hidupnya begitu sial bisa berurusan dengan Christian Hoover.Harry digelandang keluar dari rumahnya.“Tuan Christian, Anda tidak bisa membawa ….”Belum sempat anak buah David itu selesai bicara sebuah tembakan melesat ke tubuh itu. “Merepotkan sekali!” kesal Christian.Sedangkan tubuh Harry mulai gemetar,
Mendengar panggilan Anna, David pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Ya?”“Kembalilah dengan selamat. Melawan Pak Chris dan Tuan Dave pasti tidak akan mudah,” pesan Anna dengan nada khawatir.“Kamu tak perlu khawatir. Aku tidak akan bertengkar dengan mereka,” balas David lalu kembali melanjutkan langkahnya.“Sayangnya aku tak percaya ucapanmu, Tuan David,” gumam Anna. Lalu masuk ke dalam kamar inap Alexandra.“Anna!”“Ya, Nona?”“Apa David akan baik-baik saja karena melindungiku?” tanya Alexandra dengan nada khawatir. Baik Christian dan David sama-sama manusia tidak mempunyai hati, bedanya Christian masih memiliki kekuatan yang lain, sedangkan David tidak.“Percaya pada Tuan David, Nona. Dia pasti akan baik-baik saja,” Anna mencoba menenangkan Alexandra, kendati dirinya sendiri tidak yakin.“Aku hanya tidak ingin ada pertumpahan darah di antara mereka. Mereka adalah partner dan juga sahabat, aku tidak ingin hanya karena wanita sepertiku mereka terpecah belah,” ujar Alexandra.An
“Aaarrggghhh!!!!” Christian mengerang kesal. Dia meluapkan emosi dengan meluluh lantakkan kamar itu.“Brengsek! Bajingan! David sialan!” Maki Christian.“Alexandra, jadi kamu lebih memilih bersama David setelah mengetahui semua fakta yang ada? Hahahah!” Christian tertawa frustasi.“Hanya orang bodoh yang tetap mau bersama orang yang telah membunuh ibu kandungnya sendiri, ya, orang bodoh. Kamu harus sadar diri Christian, lihatlah semua ini akibat dari ulahmu sendiri,” Christian bermonolog setelah memporak-porandakan kamar tersebut.“Alexandra!” gumam Christian.“Aku ingin menjadi orang egois yang ingin terus bersamamu walaupun kamu tak akan pernah memaafkanku. Sungguh aku mencintaimu, Alexandra!” Monolog Christian lagi kemudian tertawa seperti orang gila.Ya, Christian telah gila. Gila karena kebenciannya telah berbalik arah menjadi cinta, dan sebaliknya untuk Alexandra.Menyesal? Tentu saja dia menyesal, andai dia tahu lebih awal, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Dari mana Davi