Nikita memicingkan sebelah matanya, dan sikap arogannya tetap terjaga.Tatapan Christian sedingin es gunung Everest.Dia meminta tablet pintar yang sedang dibawa oleh David. David sudah menyiapkan sesuatu yang Christian maksud.Christian memperlihatkan foto Astari yang terbaring lemah di ruang ICU, dengan alat-alat bantu kehidupan untuk menopang hidupnya.“Brengsek!”“Apa yang kamu lakukan pada ibuku? Dasar laki-laki bajingan!” Maki Nikita pada Christian.Nikita hendak menyerang Christian namun dengan sigap dua petugas segera menangkap sebelum semua itu terjadi.“Jangan kurang ajar dengan Pak Chris, Nona!”David sudah memasang badan untuk melindungi bosnya.“Kalian semua brengsek, aku akan membalas kalian semua. Terutama istrimu, Christian. Aku akan membuat perhitungan dengan Alexandra jika terjadi apa-apa dengan Ibuku!”“Sepertinya wanita ini sudah tidak waras, bawa saja dia masuk.” Perintah Christian pada petugas tersebut.Nikita diseret kembali masuk ke dalam sel. Mulut wanita itu
Siapakah yang sedang gawat di dalam? Di ruang ICU ada beberapa orang yang sedang dirawat. Perasaan Harry menjadi tak karuan, sama juga dengan detak jantungnya.“Astari!”“Tuhan, tolong berilah kesempatan kedua untunya.”Harry terus merapalkan doa-doa untuk istrinya.Selang berapa lama dokter pun keluar dari ruang ICU membawa berita duka untuk keluarga pasien.Harry tak henti-hentinya mengucap syukur karena orang itu bukan istrinya, tapi pria itu juga menaruh kesedihan dengan keluarga yang ditinggalkan.Mereka di sini sama-sama menunggu. Menunggu kabar baik ataupun kabar buruk.Setelah mengucapkan belasungkawa Harry meninggalkan rumah sakit, untuk kembali melanjutkan aktivitasnya.Harry sama sekali tak terpikir dengan kondisi Nikita seperti apa. Seperti wanita itu tak pernah ada di hidupnya.Satu per satu kejahatan Nikita dan istrinya pada Alexandra mulai terungkap, setiap harinya ada saja yang memberi tahu hal itu.Asisten rumah tangganya pun sekarang berani membuka suara dan mengungk
Beberapa hari ini Alexandra selalu memanggil Christian dengan panggilan Tian. Christian benar-benar asing dengan panggilan tersebut. Tapi, entah mengapa dia ingin mendengar alasan Alexandra memanggilnya Tian.“Jadi sekarang kamu akan terus memanggilku Tian, Sandra?”Alexandra menghentikan aktivitasnya yang ingin mengambil nasi, kemudian kembali duduk.“Apa kamu tidak suka dengan panggilan itu?” tanya Alexandra sedikit takut.Christian menatap intens pada sang istri.“Aku sangat asing dengan panggilan itu, tapi aku suka karena hanya kamu yang memanggilku seperti itu,” jujur Christian kemudian meminta Alexandra untuk mengambilkan nasi ke dalam piringnya.Alexandra dengan sigap mengambilkan nasi untuk suami dan juga dirinya sendiri.“Mari kita berdoa dulu.” Dengan tenang Christian memimpin doa.“Aku hanya mengikuti jejakmu, Sayang. Karena kamu memanggilku Sandra, tak pernah ada yang memanggilku seperti itu. Aku merasa sangat spesial,” ujar Alexandra.Christian mengangguk, “Bagus kalau b
Mendengar pertanyaan dari Nikita, Harry hanya diam, dia tak ingin mengambil resiko, Alexandra jauh lebih penting saat ini.Bukan pilih kasih tapi hanya ingin melindungi Alexandra yang selama belasan tahun ini dia abaikan. Rasanya bersalahnya pada Alexandra jauh lebih besar ketimbang simpatinya pada Nikita.Nikita mengangkat kepalanya, terlihat sekali wajah putus asa wanita itu.“Papa hanya diam saja? Aku sudah bisa menangkap jawabannya.”Harry hanya bisa memandang memelas ke arah anak tirinya.“Jangan memandangku seperti itu, Papa. Papa cukup rawat Mamaku dengan baik. Kelak kalau Mamaku sembuh dan aku keluar dari tempat ini, aku akan menjemput Mamaku pergi dari hadapanmu, Papa,” kata Nikita dengan suara yang lantang.Emosinya mulai naik, nafasnya tersengal.“Pulanglah, Pa.”Nikita berdiri dan berjalan menjauh dari sang ayah. Dua petugas sudah menunggunya di pintu.Harry sama sekali tak memandang kepergian Nikita. Dia pun keluar dari tempat itu tanpa menoleh sedikitpun. Harry berusaha
Alexandra menghembuskan nafas pelan setelah mendengar penjelasan dari Anna.Alexandra memilih diam dan memandang ke luar jendela. Pemandangan sore di kota saat ini cukup bagus.Nanti, Alexandra akan mencoba bertanya pada Christian saat di rumah.Anna melirik sekilas ke arah Alexandra, ada rasa kasihan, tapi dia bisa apa jika memang atasannya tidak menginginkan istrinya mengetahui informasi tentang saudara tirinya.Menurut Anna memang lebih baik Alexandra tidak tahu tentang wanita itu. Hati Alexandra terlalu baik, bisa saja dia akan meminta pengampunan untuk Nikita.Mobil melesat masuk ke basement parkiran, ada parkiran khusus untuk Christian dan semua anak buahnya jadi mereka tak perlu khawatir kesulitan mencari parkiran.“Mari, Nona. Kita sudah sampai.” Anna menyadarkan Alexandra dari lamunannya.Dua wanita itu turun dari mobil, kemudian berjalan menuju lift. “Nona, kalau boleh tahu, apa kamu menyayangi saudara tirimu?”“Tentu saja aku menyayanginya, terlepas dari semua yang telah d
Samar-samar Christian mendengar suara langkah sepatu high heels mulai mendekat ke arahnya. Fokus pria itu masih pada gadget pipihnya.Beberapa detik kemudian dua pasang kaki wanita berdiri di depannya.“Tuan Christian, sambutlah, ratu Anda telah tiba,” ujar si penata rias.Christian mengangkat kepalanya, memandang ke arah Alexandra. Pria itu sungguh mengagumi paras cantik istrinya, yang terlihat begitu elegan dengan gaun pilihannya. Gaun dengan bahan serat poliester dengan perpaduan bordir bunga yang indah berwarna emas di luarnya, leher berbentuk bulat, lengan pendek, serta panjang selutut. Tak lupa tali di pinggang sebagai pelengkap. Alexandra terlihat begitu elegan. Tak lupa make up natural yang menampakkan wajah asli Alexandra semakin membuatnya bersinar.Alexandra menyunggingkan senyum manisnya, sejujurnya dalam hati dia menunggu reaksi suaminya.“Ayo, kita bisa terlambat,” ajak Christian dengan wajah datar.Jelas saja hal itu menimbulkan kekecewaan di hati si penata rias dan
“Selamat malam Ayah, Ibu. Bagaimana kabar kalian?” sapa Christian pada kedua orang tuanya.Alexandra pun melakukan hal yang sama seperti Christian.“Aku pikir kamu sudah lupa dengan rumah ini!” Hardik Anthony.“Bagaimana mungkin aku melupakan rumah yang penuh kemewahan ini, Ayah?”“Hai, menantuku, setidaknya kamu harus mengingatkan suamimu untuk datang ke rumah ini,” ucap Anthony pada Alexandra.“Baik, Tuan Anthony,” balas Alexandra dengan sopan.“Rupanya kamu tahu tentang tata krama meski berasal dari keluarga rendahan,” sarkas Amanda–ibu Christian.Pandangan Alexandra dan Amanda bertemu. Alexandra tersenyum ramah kemudian berkata,”Terima kasih, Nyonya Amanda.”Christian cukup terkesan dengan cara Alexandra menanggapi intimidasi dari ibunya. Selama menikah dengan Christian, diam-diam Alexandra mendapat pelajaran tata krama ala konglomerat dari David.Alexandra juga mendapat detail informasi tentang sifat Amanda. Sekarang dia memiliki bekal untuk menghadapi Amanda.Setelah menyapa k
“Tuan besar James tengah menuju kemari, Tuan.” Kepala pelayan memberi informasi pada Anthony dan orang-orang yang berada di ruangan tersebut.James adalah kepala keluarga Hoover, kakek dari Christian.Bukan hanya Alexandra yang tegang, yang lain pun sama, tak terkecuali Amanda.Yang terlihat tenang hanya Christian dan Anthony.Seluruh anggota keluarga sudah berdiri untuk menyambut kedatangan James.Tak berapa lama, orang yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Pria tua yang masih terlihat energik dengan tongkat kayu di tangannya. Di belakang James berjalan seorang asisten pribadi yang tampak seumuran dengan Christian.James langsung berjalan ke arah Christian dan Alexandra.“Selamat malam, Kakek. Bagaimana kabarmu? Saya datang ke mari bersama istri tercinta, Alexandra.”“Alexandra beri palam pada Kakek.” Alexandra dengan patuh memberi salam pada James dengan lembut.Pria tua itu hanya menatap datar pada Alexandra, tatapan yang hampir sama den