Harry menatap sendu pada Alexandra. Begitu khawatirnya Harry pada Alexandra, hingga sengaja mengabaikan sang istri.
Tak hanya itu, dia juga marah pada Astari, karena pembela-pembelaan yang selalu dilakukan oleh Astari, Nikita menjadi besar kepala dan terlalu banyak menuntut.“Entahlah. Tadi Papa mengatakan jika Papa sedang sibuk. Papa sedang tak bisa berpikir jernih sebelum berhasil menemuimu, Alexandra. Papa begitu khawatir padamu,” ucap Harry, tak semuanya berbohong.Ada kekhawatiran di hati Alexandra, mengingat tabiat ibu tirinya itu, pasti akan berusaha mencari dirinya. Selama ini Astari hanya memikirkan dirinya sendiri dan Nikita.Melihat ekspresi anaknya, Harry pun berkata, “Kamu jangan khawatir, aku tak akan biarkan dia menyentuhmu, Alexa.”“Tuan Christian apapun yang terjadi tolong lindungi Alexandra. Aku sungguh memohon padamu,” ucap Harry pada Christian dengan sinar mata yang begitu memohon.“Apa yang Ayah Mertua takutkan? Sepertinya Anda lupa siapaHarry meminta salah satu karyawannya untuk mengambilkan es batu dan kain atau handuk, yang akan digunakan untuk mengompres pipi Alexandra akibat tamparan oleh istrinya.Sedangkan Christian meminta Eric untuk membelikan alat kompres.Harry dengan telaten membantu Alexandra mengompres lebam di pipi anaknya.“Papa, biar aku sendiri saja.” Harry menggeleng.“Maafkan Papa, Alexa. Papa tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.”Alexandra tersenyum, lalu berkata, “Tidak apa-apa, Papa. Kejadian tadi terjadi begitu cepat hingga aku tak bisa menghindar.”Tak terlalu lama, Eric telah datang dengan membawa alat kompres. Perlahan Christian memasukkan es batu satu per satu ke dalam alat tersebut.“Biar saya saja yang melakukannya, Ayah Mertua,” ucap Christian.Harry tersenyum lalu mempersilakan. Harry bisa melihat perhatian dan kasih sayang Christian pada Alexandra.Harry bisa merasa tenang, meski pernikahan mereka tidak didasari dengan cinta, tapi mereka bisa menjadi pasangan yang baik.Alexan
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel milik Christian. Pesan yang sudah dia tunggu sejak tadi, dari David. Merasa tidak puas, Christian langsung menelpon David."Target sudah dieksekusi, Pak.""Kenapa kerjamu lamban sekali?""Maaf, Pak!"David memberi laporan secara detail pada Christian. Tentang apa yang baru saja dia lakukan pada Astari.Ponsel Harry kembali berdering, sebuah nomor asing kembali menghubunginya. Harry mengernyitkan keningnya."Siapa?" tanyanya.Harry segera mengangkat panggilan tersebut."Dengan Bapak Harry Davendra?""Iya, saya sendiri? Ada yang bisa saya bantu?""Kami perawat dari rumah sakit Medical. Istri Anda mengalami kecelakaan tabrak lari, sekarang sedang mendapat penanganan di rumah sakit, kondisinya sangat buruk. Bisakah Anda segera datang kemari agar kami bisa segera mengambil tindakan operasi."Tubuh Harry seketika bagai tak bertulang, lemas. Tadi siang, dia baru saja mendapat kabar buruk yang nyaris mencelakai p
Nikita tidur beralaskan kasur tipis di sudut ruangan. Dia teringat masa kecilnya, pernah tidur di kasur yang jauh lebih keras dari ini. Tubuhnya juga penuh lebam seperti saat ini, buah dari penganiayaan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri.Nikita tersenyum getir jika mengingat masa kecilnya sebelum tinggal di kediaman Davendra.Saat ini hatinya begitu keras, hingga tak ada tangis sama sekali yang keluar dari matanya. Di dalam hati Nikita dipenuhi kebencian sejak awal, sebelum kedatangannya ke kediaman keluarga Davendra. Kebencian yang disebabkan oleh ayah kandungnya, pria yang telah menyebabkan hidupnya bagai di neraka.Dengan susah payah ibunya bercerai dengan ayahnya, mereka hidup serba kekurangan selama hampir 3 tahun. Kemudian ibunya bertemu dengan teman SMA yaitu Harry, yang telah berstatus duda.Ibunya pun dengan sekuat tenaga merebut hati Harry, akhirnya mereka pun menikah. Astari dan Nikita diboyong ke kediaman Davendra yang megah.Di kediaman Davendra rupanya Nikita harus b
Mendengar pertanyaan dari suaminya, Alexandra pun menggeleng pelan sebagai jawaban.“Lalu kenapa bibirmu seperti bibir keledai yang bisa dikuncir?”Alexandra membulatkan mata, tak percaya jika suaminya bisa bergurau seperti itu.“Tidak, tidak. Lupakan saja. Aku percaya padamu,” ujar Alexandra pasrah.“Kamu tak ingin istirahat?” tanya Alexandra.“Obat insomniaku sedang sakit, bagaimana aku bisa tidur?”Alexandra tersenyum, lalu menepuk brankarnya, meminta Christian untuk tidur di sampingnya.“Kamu pikir aku anak kecil bisa tidur di ranjang sekecil itu untuk berdua?” protes Christian.Alexandra kembali menggeleng. “Aku akan duduk, tidurlah di pangkuanku,” kata Alexandra.Ide yang tidak terlalu buruk. Alih-alih Naik ke atas brankar, Christian justru membawa Alexandra ke sofa.Setelah mendudukkan Alexandra, Christian langsung merebahkan tubuhnya dengan kepala berada di pangkuan Alexandra.Alexandra tak melakukan apa-apa, hanya memberi kecupan selamat tidur, tangan keduanya saling menggen
Alexandra menikmati sejuknya taman belakang rumah sakit. “Benar katamu, Anna. Di sini sangat indah.”Selain pohon yang rindang, bunga-bunga pun bermekaran. Ada air mancur di tengah-tengah taman tersebut.“Dari mana kamu tahu kalau di sini sangat indah, Anna.”“Ini adalah rumah sakit yang Pak Chris dirikan, jadi sedikit banyak aku tahu, Nona.”“Bukankah ini rumah sakit keluarga Hoover, Anna?” tanya Alexandra seraya menengadah memandang Anna.Anna dengan mantap menggeleng, “Bukan, Nona. Rumah sakit ini didirikan oleh Pak Chris dengan yayasannya sendiri, di luar nama besar Hoover.”Alexandra tertegun, dia baru saja mendapat fakta baru mengenai suaminya.Ketika keduanya asik bercengkrama tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya.“Alexandra!”Alexandra dan Anna menoleh ke arah sumber suara.Orang yang juga berada di atas kursi roda itu tersenyum ramah pada Alexandra.“Kak Fandy!” gumam Alexandra.Fandy berjalan-jalan ditemani oleh seorang wanita paruh baya. Alexandra menebak bahwa itu ada
Nikita memicingkan sebelah matanya, dan sikap arogannya tetap terjaga.Tatapan Christian sedingin es gunung Everest.Dia meminta tablet pintar yang sedang dibawa oleh David. David sudah menyiapkan sesuatu yang Christian maksud.Christian memperlihatkan foto Astari yang terbaring lemah di ruang ICU, dengan alat-alat bantu kehidupan untuk menopang hidupnya.“Brengsek!”“Apa yang kamu lakukan pada ibuku? Dasar laki-laki bajingan!” Maki Nikita pada Christian.Nikita hendak menyerang Christian namun dengan sigap dua petugas segera menangkap sebelum semua itu terjadi.“Jangan kurang ajar dengan Pak Chris, Nona!”David sudah memasang badan untuk melindungi bosnya.“Kalian semua brengsek, aku akan membalas kalian semua. Terutama istrimu, Christian. Aku akan membuat perhitungan dengan Alexandra jika terjadi apa-apa dengan Ibuku!”“Sepertinya wanita ini sudah tidak waras, bawa saja dia masuk.” Perintah Christian pada petugas tersebut.Nikita diseret kembali masuk ke dalam sel. Mulut wanita itu
Siapakah yang sedang gawat di dalam? Di ruang ICU ada beberapa orang yang sedang dirawat. Perasaan Harry menjadi tak karuan, sama juga dengan detak jantungnya.“Astari!”“Tuhan, tolong berilah kesempatan kedua untunya.”Harry terus merapalkan doa-doa untuk istrinya.Selang berapa lama dokter pun keluar dari ruang ICU membawa berita duka untuk keluarga pasien.Harry tak henti-hentinya mengucap syukur karena orang itu bukan istrinya, tapi pria itu juga menaruh kesedihan dengan keluarga yang ditinggalkan.Mereka di sini sama-sama menunggu. Menunggu kabar baik ataupun kabar buruk.Setelah mengucapkan belasungkawa Harry meninggalkan rumah sakit, untuk kembali melanjutkan aktivitasnya.Harry sama sekali tak terpikir dengan kondisi Nikita seperti apa. Seperti wanita itu tak pernah ada di hidupnya.Satu per satu kejahatan Nikita dan istrinya pada Alexandra mulai terungkap, setiap harinya ada saja yang memberi tahu hal itu.Asisten rumah tangganya pun sekarang berani membuka suara dan mengungk
Beberapa hari ini Alexandra selalu memanggil Christian dengan panggilan Tian. Christian benar-benar asing dengan panggilan tersebut. Tapi, entah mengapa dia ingin mendengar alasan Alexandra memanggilnya Tian.“Jadi sekarang kamu akan terus memanggilku Tian, Sandra?”Alexandra menghentikan aktivitasnya yang ingin mengambil nasi, kemudian kembali duduk.“Apa kamu tidak suka dengan panggilan itu?” tanya Alexandra sedikit takut.Christian menatap intens pada sang istri.“Aku sangat asing dengan panggilan itu, tapi aku suka karena hanya kamu yang memanggilku seperti itu,” jujur Christian kemudian meminta Alexandra untuk mengambilkan nasi ke dalam piringnya.Alexandra dengan sigap mengambilkan nasi untuk suami dan juga dirinya sendiri.“Mari kita berdoa dulu.” Dengan tenang Christian memimpin doa.“Aku hanya mengikuti jejakmu, Sayang. Karena kamu memanggilku Sandra, tak pernah ada yang memanggilku seperti itu. Aku merasa sangat spesial,” ujar Alexandra.Christian mengangguk, “Bagus kalau b
Gagal sudah rencana Alexandra untuk pulang ke rumahnya dan juga berpesta bersama Fiona. Terlihat jelas dalam guratan wajah wanita itu jika saat ini dia sedang kesal.“Apa seperti itu wajah yang seharusnya kamu tunjukkan pada suamimu setelah lima tahun tidak bertemu!” protes Christian. Alexandra hanya diam dan melirik pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Pria itu sibuk menyiapkan minuman di dalam Limousine mewahnya.Tak ubahnya dengan sang ibu, Aldrich pun berwajah tak bersahabat, tangannya menyilang di dada dan menatap ayahnya dengan tajam sama persis seperti Christian.Kini Aldrich ingat jika pria tampan berwajah tegas itu adalah pria sukses yang ada di televisi, yang membuat ibunya bahkan tidak berkedip memandangnya, namun ketika di dalam kesunyian ibunya menangis karena teringat dengan pria itu.Pria itu juga yang fotonya berada dalam dompet kesayangan ibunya. Aldrich tahu karena pernah sengaja mencari tahu tentang ayahnya.Alexandra bukan tak pernah memberi tahu se
Lima tahun kemudian. Alexandra dapat melewati waktu lima tahun ini hidup bertiga dengan ayah dan juga anaknya. Pria kecil yang tampan, lincah, dan juga cerdas itu dia beri nama Aldrich Tian. Aldrich yang artinya laki-laki bangsawan yang berkarakter dan berbudi luhur, sedangkan Tian diambil dari penggalan nama ayahnya, Christian. Lima tahun yang lalu Alexandra dan ayahnya memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan memilih menetap di kota tanah kelahiran sang ayah. Meninggalkan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui, memulai hidup baru dan juga bisnis baru di tempat tinggal yang baru. Lima tahun berlalu Alexandra dan Aldrich baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi. Alexandra akan menghadiri sebuah pertemuan besar dalam dunia bisnis, perusahaannya masuk dalam undangan khusus di acara tersebut. “Jadi ini kota kelahiranmu, Ma? Lebih semrawut dari dugaanku,” kata Aldrich. Alexandra membulatkan mata. “Kamu berkomentar terlalu pedas Al, jangan sampai orang l
Alexandra akhirnya membuka suara dengan sebuah pertanyaan.Christian tersenyum samar mendengar pertanyaan dari istrinya itu.“Kita bahas itu besok saja, kita tidak perlu buru-buru. Silakan kamu coba susu almond buatanku, kalau enak aku akan rajin buatkan untukmu.”Alexandra menghela nafas pelan, kemudian mengambil gelas yang berisi susu almond itu. Aromanya sungguh menggoda.Alexandra menyeruput susu tersebut, rasanya sangat segar berbeda dengan susu hamil pada umumnya yang membuat eneg.Sedangkan Christian menatap Alexandra dengan antusias menunggu wanita itu berkomentar.“Bagaimana rasanya?”“Enak,” jawab Alexandra singkat.“Kamu suka?” Alexandra hanya mengangguk dengan senyuman setipis tisu.“Baiklah aku akan rajin membuatkannya untuk,” seru Christian.Alexandra tersenyum tipis kemudian kembali meminum susu itu lagi.“Setelah ini kita makan malam, aku sudah buatkan sup salmon untukmu.”Mereka menikmati makan malam bersama dengan menu spesial buatan Christian.Bagaimana Alexandra ti
Seraya menggiring Alexandra ke mobil, Christian menghubungi seseorang.“Dave, berhentilah bermain-main, dia sudah bersamaku sekarang!” titah Christian.“Tanggung, Tuan. Aku ingin sedikit membuatnya tergores,” balas Dave.“Terserah kamu saja!” Christian langsung memutus panggilan tersebut.Di dalam mobil mewah itu begitu sunyi, baik Alexandra maupun Christian tak ada yang membuka suara.Alexandra tidak tahu akan dibawa ke mana yang dia tahu jalan itu tidak menuju ke apartemen Christian.Sedangkan Christian mati-matian menahan diri agar tidak kelepasan, dia ingin sekali memeluk Alexandra, mengucapkan kata rindu, mengecup bibirnya, dan juga menyapa janin dalam kandungan Alexandra, tapi egonya masih begitu tinggi.Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang berada di dekat pantai.Saat keluar dari mobil Alexandra bisa mencium aroma pantai yang khas. Alexandra menghentikan langkah kemudian menghirup dalam-dalam udara d
David menyeringai, dengan sigap dia menghalau tangan Dave, sebuah tembakan melayang entah ke mana.Doorrr!!!Buuugghhh!!!Satu sikutan keras menghujam tepat perut Dave. “Uugghhh!!!”David langsung mengambil alih senjata itu dari tangan Dave.Dave memang ahli dengan senjata api, tapi tak setangkas David dengan tangan kosongnya.“Jangan membuat keributan, Dave. Aku sedang tidak ingin meladenimu!” David mengulang kalimatnya memberi penegasan.Dave meringis, serangan David ternyata cukup kuat, beberapa saat kemudian Dave menegakkan tubuhnya dan bertepuk tangan pelan.“Hebat! Kecepatanmu memang tidak ada tandingannya!” puji Dave.“Ayo kita sedikit bermain-main, aku sudah menantikan pertarungan ini sejak lama!” ungkap Dave.“Tidak denganku, Dave! Aku tidak memiliki banyak waktu,” David langsung masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya menuju ke rumahnya.Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, David merasa Dave datang hanya ingin mengulur waktunya saja. Dalam perjalanan David
David masuk ke dalam ruang rawat inap Alexandra dengan membawa makanan kesukaan Alexandra seperti biasanya.“Aku ada kabar gembira untukmu!” Ucap David pada Alexandra.“Apa itu?”“Jika sore ini hasil pemeriksaanmu bagus semua, dini hari kita bisa keluar dari sini.”“Benarkah?” tanya Alexandra dengan wajah semringah.“Tentu saja, aku tidak pernah berbohong padamu. Tapi….” David menjeda ucapannya.“Tapi apa?”“Tapi aku butuh tahu persiapanmu.”“Persiapan?” tanya Alexandra bingung.“Iya, persiapan. Cepat atau lambat Christian pasti akan menemukan kita. Aku ingin kamu juga bersiap secara fisik dan mental jika tiba-tiba dia menemukan kita, terutama kamu. Aku sendiri tidak yakin akan bisa melindungimu sepenuhnya kali ini,” jujur David.David sendiri juga sedang mempersiapkan diri andai saja Christian melakukan serangan. “Iya, aku sudah mempersiapkan diri, David. Kamu tak perlu khawatir. Justru aku mengkhawatirkanmu, dia orang yang tidak memiliki hati, aku takut gara-gara aku, kamu send
Christian menyeringai mendengar ucapan ayah mertuanya.“Benar Ayah Mertua, aku memang tidak butuh perusahaanmu itu. Kalau begitu jaminkan saja nyawa Anda,” ucap Christian dengan dingin dan tanpa belas kasih.“A-apa?” Harry Davendra pun terkejut. Isi tempurung kelapanya baru saja berpikir seperti itu, lalu pria mengerikan di depannya ini berkata hal yang sama.“Apa Anda tuli?” Christian pun berdiri tanpa menunggu jawaban dari ayah mertuanya, kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membawa Harry dengan paksa.Harry tak bisa berbuat apa-apa, memangnya dia bisa berbuat apa? Dalam hati Harry hanya bisa berdoa semoga Alexandra dalam keadaan baik-baik saja setelah ini.Bisa dikatakan hidupnya begitu sial bisa berurusan dengan Christian Hoover.Harry digelandang keluar dari rumahnya.“Tuan Christian, Anda tidak bisa membawa ….”Belum sempat anak buah David itu selesai bicara sebuah tembakan melesat ke tubuh itu. “Merepotkan sekali!” kesal Christian.Sedangkan tubuh Harry mulai gemetar,
Mendengar panggilan Anna, David pun menghentikan langkahnya dan menoleh.“Ya?”“Kembalilah dengan selamat. Melawan Pak Chris dan Tuan Dave pasti tidak akan mudah,” pesan Anna dengan nada khawatir.“Kamu tak perlu khawatir. Aku tidak akan bertengkar dengan mereka,” balas David lalu kembali melanjutkan langkahnya.“Sayangnya aku tak percaya ucapanmu, Tuan David,” gumam Anna. Lalu masuk ke dalam kamar inap Alexandra.“Anna!”“Ya, Nona?”“Apa David akan baik-baik saja karena melindungiku?” tanya Alexandra dengan nada khawatir. Baik Christian dan David sama-sama manusia tidak mempunyai hati, bedanya Christian masih memiliki kekuatan yang lain, sedangkan David tidak.“Percaya pada Tuan David, Nona. Dia pasti akan baik-baik saja,” Anna mencoba menenangkan Alexandra, kendati dirinya sendiri tidak yakin.“Aku hanya tidak ingin ada pertumpahan darah di antara mereka. Mereka adalah partner dan juga sahabat, aku tidak ingin hanya karena wanita sepertiku mereka terpecah belah,” ujar Alexandra.An
“Aaarrggghhh!!!!” Christian mengerang kesal. Dia meluapkan emosi dengan meluluh lantakkan kamar itu.“Brengsek! Bajingan! David sialan!” Maki Christian.“Alexandra, jadi kamu lebih memilih bersama David setelah mengetahui semua fakta yang ada? Hahahah!” Christian tertawa frustasi.“Hanya orang bodoh yang tetap mau bersama orang yang telah membunuh ibu kandungnya sendiri, ya, orang bodoh. Kamu harus sadar diri Christian, lihatlah semua ini akibat dari ulahmu sendiri,” Christian bermonolog setelah memporak-porandakan kamar tersebut.“Alexandra!” gumam Christian.“Aku ingin menjadi orang egois yang ingin terus bersamamu walaupun kamu tak akan pernah memaafkanku. Sungguh aku mencintaimu, Alexandra!” Monolog Christian lagi kemudian tertawa seperti orang gila.Ya, Christian telah gila. Gila karena kebenciannya telah berbalik arah menjadi cinta, dan sebaliknya untuk Alexandra.Menyesal? Tentu saja dia menyesal, andai dia tahu lebih awal, pasti tidak akan seperti ini jadinya. Dari mana Davi