DUA BULAN KEMUDIAN
Kiran sudah tak bisa lagi menutupi perutnya yang sekarang mulai membuncit. Itu sebabnya hari ini, Kiran memberikan surat pengunduran dirinya ke Kejaksaan. Tujuannya adalah ia bisa melahirkan dengan tenang di Boston.
Surat itu dikirimkan oleh Kiran melalui Pos setelah beberapa hari tak masuk. Oleh karena, ia sedang berada di akhir trimester kedua, Kiran jadi mudah lelah dan agak sedikit manja. Shawn pun harus rela bolak balik Boston New York demi bisa bertemu dan mengurus istrinya.
“Admiral!” ujar Kiran separuh memekik saat suaminya pulang. Kiran sudah menunggu di ruang tamu saat hari mulai gelap. Shawn pun langsung semringah dan menyambut pelukan istrinya. Tak lupa ia mencium dan mengecup berkali-kali. Termasuk pada perut hamil istrinya.
“Aku merindukanmu!” bisik Shawn lalu mencium bibir Kiran.
“Aku juga!” gumam Kiran menengadah dengan manjanya. Shawn semakin tersenyum melihat tingkah Kiran yan
Hari ini Kiran dan Tantria akan pergi bersama ke sebuah Mall di Boston untuk membeli peralatan bayi. Dan seperti perintah Shawn sebelumnya, Kiran dan Tantria akan dikawal oleh lima orang pria yang akan membantu mereka.“Kira-kira, kita akan beli apa dulu, Ma?” tanya Kiran sambil membaca sebuah daftar belanja yang sudah ditulis Tantria untuk Kiran.“Hhmm ... kita bisa coba melihat boks bayi. Shawn bilang dia mau merangkai sendiri bpks bayinya, jadi kita beli saja baby crib yang bisa dirangkai dengan mudah!” jawab Tantri dan Kiran mengangguk sambil tersenyum.“Ah, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan tanpa Mama!” Kiran langsung berubah manja dan memeluk tubuh Tantria dari samping.Tantri jadi ikut terenyuh dan ikut memegang lengan Kiran yang melingkar di tubuhnya. Kiran benar-benar berubah jadi anak yang manis bagi Tantria. Dirinya yang tidak diperlakukan baik oleh anak suaminya, Linda, mendapatkan balasan seorang ana
Kiran menarik luarannya sambil berjalan di kerumunan orang-orang yang akan memasuki stadion tempat berlangsungnya kampanye akbar calon senator Shawn Miller. Tak hanya untuk mendengar pidato dan kampanye Shawn, para calon pemilih yang lebih banyak terdiri dari pemilih usia muda ingin bertemu langsung dengan Shawn.Selama beberapa bulan terakhir sebelum masa kampanye berakhir dan pemilu akan dilakukan, elektabilitas Shawn jadi meroket. Wajah tampannya jadi daya tarik pemilih baru dan itu dimafaatkan oleh tim kampanye-nya dengan baik.Kiran ikut masuk dan berdiri di salah satu tribun tak jauh dari panggung utama. Namun jika dilihat seharusnya, Shawn masih bisa melihatnya meski ia tak yakin bisa bertemu.Dan acara puncak pun tiba, saat Presiden Amerika masuk dan naik ke atas podium. Sorak-sorai pendukung Shawn dan presiden menggema sampai ke luar stadion.Tiket kampanye sudah ludes dan banyak sekali para pendukung yang tidak kebagian tiket masuk sama sekali.
Begitu Shawn masuk, matanya langsung menangkap sosok Kiran yang tengah duduk di sebuah sofa sambil mengatur napasnya. Shawn langsung menghampiri dengan cepat dan memegang wajahnya.“Kamu baik-baik saja, Little Flower? Uh, katakan padaku, apa kamu bisa bernapas?” ucap Shawn begitu khawatir melihat istrinya yang masih tersengal hebat seperti tengah mencari oksigen. Kiran tak menjawab dan itu membuat Shawn lantas mengambil sebuah tabung oksigen kecil miliknya. Ia membuka dan langsung menempelkan corongnya pada mulut dan hidung Kiran.“Hiruplah, ini oksigen murni!” ucap Shawn dan Kiran memegang tangan Shawn dan menghirup seperti yang diperintahkan oleh Shawn. Sebelah tangan Shawn terus mengelus tengkuk dan punggung Kiran agar ia bisa jauh lebih tenang.Kiran pun mulai tenang dan bernapas lebih lega berkat tabung tersebut. Tangan Kiran ikut memegang pergelangan tangan Shawn dan terasa dingin. Setelah bernapas lebih baik, Shawn melepaskan tabun
Setelah Kiran memilih, Shawn benar-benar membangun tempat untuk melahirkan bagi Kiran. Layaknya seperti Ayah burung yang membuat sarang bagi betinanya agar bisa bertelur dengan nyaman, Shawn juga melakukan hal yang sama.Bedanya, ia menjadikan sebuah bangunan rumah sambung di sebelah mansionnya sebagai tempat bagi Kiran melahirkan nantinya. Shawn juga meminta dan membayar khusus dua orang dokter ahli kandungan, satu dokter anastesi, dua dokter bedah dan lima orang perawat khusus. Semua petugas dan dokter yang bertugas untuk Kiran sudah menandatangani perjanjian untuk tutup mulut dan tidak bercerita ke publik sama sekali.Semuanya dipersiapkan dengan sangat baik oleh Blue Handerson sesuai dengan perintah Shawn Miller. Rumah itu disulap menjadi rumah sakit mini lengkap dengan jakuzi khusus tempat Kiran akan persalinanan di dalam air.Teknik khusus akan diterapkan pada Kiran untuk mengurangi rasa sakit persalinan secara normal namun di dalam air. Dokter bedah juga
Setelah Kiran dipindahkan ke kamar perawatan khusus, Shawn pun membawa bayinya keluar untuk diperkenalkan pada seluruh penghuni di mansion Miller. Dengan senyuman lebar, Shawn yang telah berganti pakaian dan rapi menggendong bayinya.Tantria begitu antusias untuk melihat baby Miller yang baru saja lahir satu setengah jam yang lalu. begitu pula dengan Shimla yang langsung meneteskan airmatanya.“Owwh, dia tampan sekali!” puji Tantria mendekat dan Shawn langsung memberikan bayinya untuk digendong oleh Tantria. Beberapa pelayan ikut mendekat meski tak menyentuh bayi Miller sama sekali.“Bagaimana Kiran?” tanya Tantria pada Shawn.“Oh dia ada di dalam. Mama dan Bibi Shimla bisa masuk dan melihatnya.” Tantria tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian berjalan masuk membawa bayi Miller untuk masuk melihat keadaan Kiran.Tak berapa lama kemudian, mansion Miller kedatangan teman-teman Shawn untuk menjenguk kelahiran putranya
Shawn duduk di mobilnya dalam perjalanan menuju rumah duka St. Micheal tempat Jayden disemayamkan dan akan dikremasi. Ia masih diam saja sementara Kiran duduk di sebelahnya memperhatikan bayi mereka di dalam sebuah car seat khusus untuk bayi baru lahir.“Admiral?” panggil Kiran lalu meraba lengan dan dada suaminya. Shawn tampak tak bisa menyembunyikan rasa dukanya dan menoleh ke arah Kiran dengan mata berkaca-kaca.“Aku masih belum percaya semua ini. Jayden pasti sedang usil. Dia ... suka melakukan hal-hal seperti ini. Aku yakin ini hanya prank saja!” gumam Shawn mencoba menghibur dirinya. Kiran hanya bisa terus mengelus dan membesarkan hati suaminya.Shawn sedang tak bisa berpikir jernih sekarang dan ia merasa bahwa semua ini hanyalah mimpi. Setelah tiba, pintu mobil Shawn lalu dibuka oleh Blue Handerson dan Shawn pun keluar sambil menggendong bayinya dengan sebelah tangannya yang lain menggandeng tangan Kiran.Beberapa orang tamp
Robert Grisham duduk sendirian di ruang kerjanya usai menonton konferensi pers Shawn Miller yang mengejutkan banyak orang. Begitu rapinya Shawn Miller menyembunyikan pernikahannya dengan Kiran Kanishka bahkan Robert sendiri tak mencurigainya sama sekali.Ia mencoba mengingat lagi semua kejadian di masa lalu yang mengindikasikan Shawn dan Kiran sudah menikah. Tapi otaknya tak bisa berpikir. Hatinya sudah kecewa saat tau jika Kiran ternyata sudah menikah dan hamil. Lebih kecewa lagi ternyata Shawn Miller yang tak disukainya adalah suami dari Kiran.“Robert, apa kamu tau soal semua ini!” tanya atasannya, Phillip Anderson tiba-tiba masuk dan langsung bertanya pada Robert.“Tidak, aku tidak tau apapun!” sahut Robert dengan nada kesal. Ia sedang kesal dan marah malah ditanya soal yang membuatnya makin kesal. Phillip berkacak pinggang mendengus kesal karena ia merasa Kiran sudah menipunya.“Bagaimana Kiran bisa menikah dengan Admira
Shawn membuka mulutnya tak percaya saat mendapat sepucuk surat dari Jayden Lin yang mengaku sudah mati itu. Blue Handerson yang mengantarkannya setelah dititipkan oleh Han Kazuya.Blue sendiri mengulum senyum dan membuang muka ke arah lain. Lebih baik jika dia tak melihat tampang menyeramkan Shawn Miller yang begitu kesal karena setelah enam bulan sepuluh hari Jayden baru memberikan kabarnya. Dan hebatnya dia memberi kabar akan segera menikah dengan Ratu.“Apa dia mengirimkan surat ini dari kuburannya?” ejek Shawn dengan wajah tanpa senyum sama sekali. Blue hanya sedikit menundukkan wajahnya dan memilih tak menanggapi.“Beraninya dia mengirimkan surat padaku untuk datang ke pernikahannya! Dasar tukang tipu!” umpat Shawn begitu kesal dan membuang surat tangan Jayden begitu saja.“Admiral, Tuan Lin sangat menyayangimu dan teman-teman di The Seven Wolves. Dia melakukan ini karena cinta!” ujar Blue mencoba bijaksana. Shawn
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia