Shawn belum bisa kembali ke kamarnya setelah pertemuan. Ia masih harus mengikuti konvensi partai yang tadi ditinggalkannya. Setidaknya waktu masih sempat untuk makan malam bersama seluruh calon anggota parlemen yang akan maju pada pemilihan kurang dari satu tahun dari sekarang.
Shawn tiba lebih cepat karena ia menggunakan helikopter. Kursinya untuk makan malam bahkan sudah dikosongkan. Shawn memiliki sekutu yang cukup banyak.
Kebanyakan dari mereka memang menyukai kepribadian Shawn yang tak terlalu banyak bicara dan tegas. Itu sebabnya beberapa anggota parlemen yang masih aktif maupun yang sesama calon seperti Shawn, banyak yang mendekat padanya.
“Boleh kutau kemana kamu menghilang beberapa saat lalu, Admiral Miller?” tanya seorang calon anggota kongres di sebelah Shawn. Dia adalah seorang politisi yang terlihat ramah dan banyak tersenyum.
“Oh, aku melupakan ulang tahun keponakanku. Jadi daripada dia terus merajuk, aku terpaksa harus per
Amelia sudah tak sama seperti dulu pasca kejadian yang menimpanya. Ia belum diijinkan untuk beraktifitas seperti biasa dan hanya beristirahat di rumah. Terlebih ia masih menjalani perawatan dari rumah sakit.Berbagai perhatian mengalir pada Amy setelah itu. Ayah dan Ibunya kini tinggal di apartemennya di New York. Jika ada pekerjaan, Chris akan terbang ke Washington menggunakan helikopter.Tak hanya kedua orang tua, namun juga dari Shawn yang mulai sering menghubungi untuk menanyakan kabarnya. Dan belakangan selama dua hari ini, Kiran Kanishka juga meneleponnya. Meskipun Kiran menghubungi perihal pengadilan atas kasus Amy, tapi ia lebih banyak bicara hal-hal santai agar Amy tidak stress.Hanya satu orang yang belum menghubungi Amy sama sekali yaitu, Blake Thorn. Tentu saja pria itu takkan menghubunginya, Blake tak pernah tau nomor ponsel Amy dan mungkin tak memintanya pada Shawn.Amy baru terkejut ketika membuka media sosial Instagram miliknya. Ia membela
The Seven Wolves memutuskan tinggal dalam satu bangunan apartemen yang sama agar keluarga mereka aman dari ancaman Yakuza. Untuk saat ini, tak ada hubungan antara kelompok Yakuza itu dengan kelompok Yousef Kanishka yang mulai perlahan hilang. Setidaknya Shawn bisa sedikit bernapas lega.Tapi masalah memang tak kunjung selesai. Sebelum mereka merampok klub malam milik Kenji Kagawa, Shawn dan teman-temannya harus membantu James saat Delilah hilang. Gara-gara kejadian itu, Daniel Belvedere diseret ke penjara atas tuduhan percobaan pemerkosaan dan penculikan.Tak hanya Daniel tapi juga Nicole Schruman, mantan produser sekaligus kekasih Daniel yang menjebak James Harristian. Itu sebabnya Kiran memiliki tambahan kasus selain milik Amy yang akan selesai setelah menjalani beberapa persidangan.Maka untuk membuat agar para istri dan pasangan mereka tidak merasa cemas, para suami sepakat membuat makan malam bersama untuk saling berkenalan dan mengobrol. Tempat yang dipili
Arjoona tak butuh waktu lama untuk memutuskan pada akhirnya mereka akan menyerang lebih dulu. Untuk itu, Shawn harus memastikan banyak hal termasuk keselamatan bidadarinya yang tengah menjadi Jaksa Penutut bagi kasus Daniel dan Nicole.Sementara itu, kasus Amy sudah selesai dan Rene beserta teman-temannya dijatuhkan hukuman 40 tahun penjara tanpa pembebasan bersyarat dan jaminan.Kiran berhasil membuat Rene mendekam di penjara Federal dengan hukuman maksimal.“Kita akan menyerang dalam tiga hari, bersiaplah!” ujar Arjoona pada semua anggota The Seven Wolves. Shawn mengangguk dan berdiri dari sofa untuk berjalan keluar ketika lengannya sedikit ditarik oleh James.“Aku perlu bicara pada Kiran soal kasus Daniel dan Nicole!” Shawn mengangguk dan berbalik menghadap James.“Kiran sudah berangkat, dia bilang hari ini adalah sidang perdana Daniel. Nicole akan disidangkan besok!” James mengangguk dan menarik napas panjang
Shawn Miller duduk sambil memilin jemarinya dan berpikir. Hari ini hari pertama dalam hidupnya ia tak bisa berbuat apapun dan dipaksa diam. Rasanya menyakitkan dipaksa menyerah padahal masih bisa berbuat. Terlebih ia harus merelakan teman-temannya yang menanggung perbuatan bersama mereka.Dengan wajah terluka, beberapa memar dan darah yang terlihat dari wajah, Shawn terduduk di sofa apartemen rahasia Arjoona lalu mengurut keningnya. Arjoona dan Bryan sedang mengurus Delilah, Vanylla, istrinya Claire serta Deanisa yang tengah hamil setelah mereka disandera oleh kelompok Yakuza beberapa jam lalu.Apartemen mereka diserang dan para wanita itu mempertahankan dirinya sebisa mungkin. Hanya Kiran dan Malikha yang tak terkena penyerangan itu. Itupun karena Malikha belum resmi menikah dengan Aidan sedangkan Kiran sudah tak pulang selama dua hari karena pekerjaannya.“Shawn, kamu baik-baik saja?” tanya Bryan menghampiri sebelum ia keluar. Shawn menaikkan wajah
Shawn Miller berjalan di lorong gedung Kejaksaan Federal New York dengan jas hitam mewah buatan Loro Piana dan berdasi formal. Ia berjalan sendiri dengan pengawasan Blue Handerson, mantan anak buahnya di Navy. Blue mengawal mantan atasannya itu bahkan dengan menempatkan seorang penembak jitu yang akan mengawasi dari jauh."Semua aman, Admiral. Kamu bisa masuk," ujar Blue dari balik earpiece-nya. Shawn tersenyum sejenak ketika tiba di ujung lorong."Terima kasih, Blue," jawab Shawn masih terus berjalan. Tak ada satupun orang yang berlalu di koridor yang tengah ia lewati. Hanya ada semilir angin lembut yang membelai rambut coklat hazel Shawn Miller."Sama-sama, Admiral. Nikmati waktumu." Shawn pun berjalan masuk ke sebuah ruang sidang. Di depan pintu, ia kemudian dihalangi oleh petugas keamanan. Shawn memperlihatkan tanda pengenalnya dan petugas itu pun mempersilahkan Shawn untuk masuk.Shawn duduk di salah satu kursi paling belakang dari ruang sidang itu.
Blake mulai masuk kerja kembali pasca kejadian yang menimpa The Seven Wolves di basement apartemen tempat mereka tinggal bersama. Meski masih meninggalkan bekas memar di pipi kanannya, Blake sudah terlihat sibuk dengan kertas-kertas analisa di atas mejanya. Ia begitu berkonsentrasi sampai tidak mendengar saat sekretarisnya menyela.“Pak ... aku sudah mengetuk pintu!” hardik sekretaris Blake yang berbadan pendek mengetuk meja Blake sampai ia tersentak.“Mariska, bisakah kamu tidak mengejutkan aku seperti itu!” balas Blake ikut menghardik sekretaris itu. Wanita bernama Mariska itu hanya bisa menyengir sambil memberikan beberapa dokumen yang harus diperiksa Blake dari beberapa manajer.“Apa lagi ini?”“Laporan bulanan, Pak!” jawab Mariska cepat. Blake menghela napas berat dan mengambil dokumen tersebut dan mulai memeriksanya. Tapi Mariska masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Blake awalnya tak memperhati
Kiran menerima berita acara untuk kasus dari beberapa tahanan polisi NYPD yang ia kenal. Mereka adalah Jayden Lin, James Harristian, Mars King, Aidan Caesar, Han Kazuya dan Grey Hunter dari Robert Grisham.Robert menyerahkan seluruhnya pada Kiran untuk meneliti dan memutuskan apakah kasus mereka cukup bukti untuk di sidangkan di pengadilan. Namun seperti yang sudah diminta oleh Shawn, Kiran akan menahan kasus tersebut.Bukan karena permintaan suaminya, namun memang tak ada bukti kuat jika teman-teman suaminya itu melakukan kejahatan. Bukti rekaman video di Tuscon Bowling Centre tidak menunjukkan dengan jelas wajah Jayden atau James.Bahkan dengan bantuan ahli vedeo sekalipun, gambar masih terlalu blur dan tak bisa menangkap dengan jelas. Kiran kemudian membuat berita acara menolak kasus tersebut dan mengembalikan berkasnya ke NYPD.Keesokan harinya, seluruh teman-teman Shawn dibebaskan dari tuntutan hukum karena tak cukup bukti. Setelah memastikan jika te
Usai tawa riang dan tarian aneh yang diberikan para anggota The Seven Wolves beserta sang pengantin pria yang tak kalah usil. Musik pun kemudian berganti. Pembawa acara kemudian mempersilahkan para tamu undangan untuk ikut berdansa. Suasana pesta baru serius saat musik romantis diputar setelah sebelumnya mereka berjingkrakan.Han Kazuya adalah pasangan yang pertama terlihat di lantai dansa menari bersama kekasihnya, Stevia Kenneth yang baru saja pulih. Stevia terlihat sangat cantik dengan gaun backless soft yellow yang membuat kulitnya menjadi bersinar. Mereka tak berhenti saling tersenyum dan terlihat Han begitu bahagia. Jayden bahkan mengangkat gelasnya pada Han yang melihat dari balik pundak Stevia yang sedang ia peluk.
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia