Shawn Miller duduk sambil memilin jemarinya dan berpikir. Hari ini hari pertama dalam hidupnya ia tak bisa berbuat apapun dan dipaksa diam. Rasanya menyakitkan dipaksa menyerah padahal masih bisa berbuat. Terlebih ia harus merelakan teman-temannya yang menanggung perbuatan bersama mereka.
Dengan wajah terluka, beberapa memar dan darah yang terlihat dari wajah, Shawn terduduk di sofa apartemen rahasia Arjoona lalu mengurut keningnya. Arjoona dan Bryan sedang mengurus Delilah, Vanylla, istrinya Claire serta Deanisa yang tengah hamil setelah mereka disandera oleh kelompok Yakuza beberapa jam lalu.
Apartemen mereka diserang dan para wanita itu mempertahankan dirinya sebisa mungkin. Hanya Kiran dan Malikha yang tak terkena penyerangan itu. Itupun karena Malikha belum resmi menikah dengan Aidan sedangkan Kiran sudah tak pulang selama dua hari karena pekerjaannya.
“Shawn, kamu baik-baik saja?” tanya Bryan menghampiri sebelum ia keluar. Shawn menaikkan wajah
Shawn Miller berjalan di lorong gedung Kejaksaan Federal New York dengan jas hitam mewah buatan Loro Piana dan berdasi formal. Ia berjalan sendiri dengan pengawasan Blue Handerson, mantan anak buahnya di Navy. Blue mengawal mantan atasannya itu bahkan dengan menempatkan seorang penembak jitu yang akan mengawasi dari jauh."Semua aman, Admiral. Kamu bisa masuk," ujar Blue dari balik earpiece-nya. Shawn tersenyum sejenak ketika tiba di ujung lorong."Terima kasih, Blue," jawab Shawn masih terus berjalan. Tak ada satupun orang yang berlalu di koridor yang tengah ia lewati. Hanya ada semilir angin lembut yang membelai rambut coklat hazel Shawn Miller."Sama-sama, Admiral. Nikmati waktumu." Shawn pun berjalan masuk ke sebuah ruang sidang. Di depan pintu, ia kemudian dihalangi oleh petugas keamanan. Shawn memperlihatkan tanda pengenalnya dan petugas itu pun mempersilahkan Shawn untuk masuk.Shawn duduk di salah satu kursi paling belakang dari ruang sidang itu.
Blake mulai masuk kerja kembali pasca kejadian yang menimpa The Seven Wolves di basement apartemen tempat mereka tinggal bersama. Meski masih meninggalkan bekas memar di pipi kanannya, Blake sudah terlihat sibuk dengan kertas-kertas analisa di atas mejanya. Ia begitu berkonsentrasi sampai tidak mendengar saat sekretarisnya menyela.“Pak ... aku sudah mengetuk pintu!” hardik sekretaris Blake yang berbadan pendek mengetuk meja Blake sampai ia tersentak.“Mariska, bisakah kamu tidak mengejutkan aku seperti itu!” balas Blake ikut menghardik sekretaris itu. Wanita bernama Mariska itu hanya bisa menyengir sambil memberikan beberapa dokumen yang harus diperiksa Blake dari beberapa manajer.“Apa lagi ini?”“Laporan bulanan, Pak!” jawab Mariska cepat. Blake menghela napas berat dan mengambil dokumen tersebut dan mulai memeriksanya. Tapi Mariska masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Blake awalnya tak memperhati
Kiran menerima berita acara untuk kasus dari beberapa tahanan polisi NYPD yang ia kenal. Mereka adalah Jayden Lin, James Harristian, Mars King, Aidan Caesar, Han Kazuya dan Grey Hunter dari Robert Grisham.Robert menyerahkan seluruhnya pada Kiran untuk meneliti dan memutuskan apakah kasus mereka cukup bukti untuk di sidangkan di pengadilan. Namun seperti yang sudah diminta oleh Shawn, Kiran akan menahan kasus tersebut.Bukan karena permintaan suaminya, namun memang tak ada bukti kuat jika teman-teman suaminya itu melakukan kejahatan. Bukti rekaman video di Tuscon Bowling Centre tidak menunjukkan dengan jelas wajah Jayden atau James.Bahkan dengan bantuan ahli vedeo sekalipun, gambar masih terlalu blur dan tak bisa menangkap dengan jelas. Kiran kemudian membuat berita acara menolak kasus tersebut dan mengembalikan berkasnya ke NYPD.Keesokan harinya, seluruh teman-teman Shawn dibebaskan dari tuntutan hukum karena tak cukup bukti. Setelah memastikan jika te
Usai tawa riang dan tarian aneh yang diberikan para anggota The Seven Wolves beserta sang pengantin pria yang tak kalah usil. Musik pun kemudian berganti. Pembawa acara kemudian mempersilahkan para tamu undangan untuk ikut berdansa. Suasana pesta baru serius saat musik romantis diputar setelah sebelumnya mereka berjingkrakan.Han Kazuya adalah pasangan yang pertama terlihat di lantai dansa menari bersama kekasihnya, Stevia Kenneth yang baru saja pulih. Stevia terlihat sangat cantik dengan gaun backless soft yellow yang membuat kulitnya menjadi bersinar. Mereka tak berhenti saling tersenyum dan terlihat Han begitu bahagia. Jayden bahkan mengangkat gelasnya pada Han yang melihat dari balik pundak Stevia yang sedang ia peluk.
"Maafkan aku. Aku akan menghadapi semua konsekuensi dari perbuatanku hari ini." ujar Jayden mengeraskan suaranya. Shawn menarik napas panjang saat mendengar Jayden membatalkan pernikahannya tepat di detik terakhir sebelum ia mengatakan –aku bersedia!.Suasana riuh jelas terjadi saat Jayden dengan gilanya membatalkan pernikahan dengan Veronica tapi ingin menikah dengan keponakannya sendiri. Shawn tak jadi masalah soal itu, tapi ia benci jika taruhan triplets ternyata jadi kenyataan. Ya dia memang mendengar seperti apa pertaruhan mereka diatas keputusan Jayden."Ini tidak masuk akal, ini skandal. Ini memalukan!" teriak anggota keluarga Lin yang lain.Para tetua Golden Dragon mulai menyerang Anthony meminta pertanggung jawabannya sebagai Ayah. Suasana jadi makin ricuh dan itu membuat Arjoona mengambil keputusannya sebagai seorang Alpha. Ia langsung mengambil tindakan dengan berdiri di depan Jayden, sementara seluruh sahabatnya mengurung Jayden di tengah. Selu
Pesawat yang membawa Kiran dan Tantria mulai stabil di udara setelah lepas landas beberapa menit lalu. Tak lama kemudian, seorang pramugrari lantas menawarkan sedikit cemilan malam karena sudah lewat makan malam. Kiran pun mengiyakannya dengan senyuman yang tak lekang dari bibirnya.“Maaf, jadi mengganggu istirahat malammu dengan perjalanan dadakan ini, Nyonya Tantria,” uajr Kiran ramah. Tantri menggelengkan kepalanya dan ikut tersenyum.“Aku benar-benar merasa tak enak dengan keluarga Miller. Rasanya jadi menyusahkan seperti ini.” Kiran menggelengkan kepalanya dan masih tersenyum.“Jangan berpikir seperti itu. Suamiku adalah teman baik Jayden Lin, mereka sudah seharusnya saling membantu satu sama lain. Aku juga sudah lama tidak pulang ke Boston.” Tantri mengangguk lalu berterima kasih pada cemilan kecil yang dihidangkan diatas meja di depan mereka.“Kalau boleh aku tau, berapa bulan kehamilanmu?” tanya Tant
DUA BULAN KEMUDIANKiran sudah tak bisa lagi menutupi perutnya yang sekarang mulai membuncit. Itu sebabnya hari ini, Kiran memberikan surat pengunduran dirinya ke Kejaksaan. Tujuannya adalah ia bisa melahirkan dengan tenang di Boston.Surat itu dikirimkan oleh Kiran melalui Pos setelah beberapa hari tak masuk. Oleh karena, ia sedang berada di akhir trimester kedua, Kiran jadi mudah lelah dan agak sedikit manja. Shawn pun harus rela bolak balik Boston New York demi bisa bertemu dan mengurus istrinya.“Admiral!” ujar Kiran separuh memekik saat suaminya pulang. Kiran sudah menunggu di ruang tamu saat hari mulai gelap. Shawn pun langsung semringah dan menyambut pelukan istrinya. Tak lupa ia mencium dan mengecup berkali-kali. Termasuk pada perut hamil istrinya.“Aku merindukanmu!” bisik Shawn lalu mencium bibir Kiran.“Aku juga!” gumam Kiran menengadah dengan manjanya. Shawn semakin tersenyum melihat tingkah Kiran yan
Hari ini Kiran dan Tantria akan pergi bersama ke sebuah Mall di Boston untuk membeli peralatan bayi. Dan seperti perintah Shawn sebelumnya, Kiran dan Tantria akan dikawal oleh lima orang pria yang akan membantu mereka.“Kira-kira, kita akan beli apa dulu, Ma?” tanya Kiran sambil membaca sebuah daftar belanja yang sudah ditulis Tantria untuk Kiran.“Hhmm ... kita bisa coba melihat boks bayi. Shawn bilang dia mau merangkai sendiri bpks bayinya, jadi kita beli saja baby crib yang bisa dirangkai dengan mudah!” jawab Tantri dan Kiran mengangguk sambil tersenyum.“Ah, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan tanpa Mama!” Kiran langsung berubah manja dan memeluk tubuh Tantria dari samping.Tantri jadi ikut terenyuh dan ikut memegang lengan Kiran yang melingkar di tubuhnya. Kiran benar-benar berubah jadi anak yang manis bagi Tantria. Dirinya yang tidak diperlakukan baik oleh anak suaminya, Linda, mendapatkan balasan seorang ana
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia