Yuriel memandang kosong ke laut yang membentang luas di luar kaca jendela kamar. Matahari mulai terbenam dan sinar senja mengambang di permukaan laut. Burung-burung camar terbang bebas di langit.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Dia tidak menghitung. Hari-hari yang dijalani dalam kurungan di dengan rantai yang mengikat tangan dan kakinya, merantai kebebasannya. Dia memandang burung-burung yang terbang di langit dan merasakan kerinduan untuk terbang bebas.
Yuriel mengalihkan pandangannya memandang ke bawah lautan. Kamarnya berada tepi jurang. Ini mencegahnya memecahkan kaca untuk melarikan diri. Yuriel berpikir bagaimana jika dia memecahkan kaca dan melompat.
Tidak masalah apakah dia akan mati tenggelam atau terbentur batu karang agar bisa terbebas dari tempat ini atau pria seperti iblis itu. Mati pun dia rela.
Saat dia tenggelam dalam lamunannya, pintu kamarnya terbuka dan seorang pelayan dengan hati-hati memasuki kamar dengan nampan di tangan
“Alen!” Sherly menahan tangannya dengan sekuat tenaga.Aleandro kehabisan kesabaran dan menghempaskan tangannya dengan keras hingga membuat Sherly terdorong dan jatuh ke lantai. Kepalanya membentur kayu tepi ranjang dengan keras.“Ugh ….” Sherly meringis memegang kepalanya. Dia merasannya sangat sakit dan cairan hangat mengalir di pelipisnya.Air matanya mengalir melihat darah di kepalanya dan mendongak menatap lelaki berhati dingin dengan tatapan menyedihkan.Aleandro mendengus dan keluar dari kamar dengan acuh tak acuh.“Aleandro!” Sherly memanggilnya dengan putus asa dan terisak.Mengapa pria itu sangat kejam padanya. Dia hanya mencintainya tetapi dia memperlakukannya dengan dingin.Pintu kamar terbuka lebar dan beberapa pelayan yang sedang bekerja lewat menatap Sherly sambil berbisik-bisik.Sherly tampak sangat menyedih. Dia masih memakai gaun pengantin dan terduduk di lantai denga
Aleandro menunggu dengan penuh ketegangan dan berjalan mondar-mandir di luar ruang bersalin. Lama dia menunggu sampai suara tangisan bayi terdengar dari dalam.Aleandro membeku untuk beberapa saat mendengar tangisan bayi dari dalam. Dia tidak mempercayai pendengarannya. Tangisan bayi itu sangat kencang dan nyata.Akhirnya dia bisa mendengar tangisan bayi pertamanya.Tangan Aleandro yang mengepal perlahan mengendur dan jantung berdegup dengan sangat kencang mendengar tangisan bayi pertamanya yang lahir ke dunia.Cindy mendekatinya dan bertepuk tangan memberi selamat pada bos besar.“Selamat Presdir Gilren, akhirnya Anda bisa melihat bayi Anda lahir ke dunia.”Aleandro pulih dari transnya dan senyum tipis mengembang di wajahnya yang kaku. Dia menatap ruang bersalin depannya dengan penuh gairah, seolah dia tidak sabar masuk dan memeluk Yuriel.Tidak lama kemudian pintu ruang operasi terbuka dan seorang dokter keluar.
Senyum yang selalu menghias wajah cantiknya yang penuh kesombongan lambat laun tergantikan dengan kebencian, rasa sakit dan teror di bawah penyiksaannya. Sorot matanya perlahan kehilangan rona kehidupan dan menjadi mati seperti boneka tanpa jiwa. Tubuh yang penuh bekas luka, rantai yang mengikat tangan dan kakinya terbayang dalam benak Aleandro, menenggelamkannya dalam penyesalan yang teramat dalam. “Maafkan aku …. Maaf ….” Aleandro menundukkan kepalanya, pundaknya yang selalu kokoh bergetar menangisi wanita yang telah pergi dan tidak akan kembali selamanya. “Riel ….” Aleandro menatap batu nisan bertuliskan nama Yuriel dengan sorot penuh kesakitan. “Aku selalu berpikir jika aku mengurungmu selamanya, kamu tidak bisa lepas dariku dan memperlakukanmu dengan kejam agar kau menjadi patuh hingga kamu tidak akan pernah berpikir untuk meninggalkanku. Tetapi kamu pergi dari hidupku selamanya …. Kamu pasti bahagia karena tidak lagi tersiksa olehku.” Al
Lima tahun kemudian.Sosok wanita bergaun merah berjalan menyusuri lorong mansion mewah dan berhenti di depan pintu kayu berkualitas tinggi dengan ukiran naga yang sedang mengelilingi gunung. Dia menarik napas sejenak dan mengepalkannya sebelum mengetuk pintu itu.Tok, tok, tok.“Ayah, ini aku.”Yuriel menunggu selama beberapa saat sebelum sebuah suara dingin menyuruhnya masuk.“Masuk.”Yuriel membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kerja. Dia berhenti di depan meja kerja, menatap pria yang duduk di belakang meja. Wajahnya tanpa ekspresi memeriksa dokumen di tangannya tanpa sedikit pun mendongak untuk menatapnya.Lewis Flint, pemimpin tertinggi keluarga Flint. Dia disebut sebagai raja bawah tanah dan penguasa Kingston City. Seluruh bisnis dan lingkup politik di Kingston di bawah kendalinya. Keluarga Flint memiliki pengaruh yang sangat kuat di seluruh tanah air ini selama beberapa ratus tahun.Yuriel menat
Remix adalah anak yatim piatu dari cabang keluarga Flint. Lewis menyelamatkannya dari pembantaian oleh musuh di rumah mereka saat Remix berusia sepuluh tahun.Dia diam-diam membesarkannya dan mendidik Remix secara pribadi sebagai calon penerusnya jika Lewis masih tidak memiliki keturunan.Tidak ada yang tahu tentang Remix karena akan menimbulkan kontroversi dengan keluarga cabang utama lain. Jadi setiap Remix menemui Lewis dia akan lewat jalan rahasia tanpa diketahui siapa pun. Ada banyak mata-mata dari keluarga cabang yang mengawasi mansion Lewis dengan ketat.Lewis menatap pria di depannya dengan pandangan menilai. Karena dia sekarang dia memiliki putri kandung, dia harus menilik kembali penilaiannya tentang Remix sebagai calon penerusnya.“Apa yang kamu pikirkan tentang putriku?”Remix menatap raut wajah Lewis dengan hati-hati. Dia tahu Lewis dari luar terlihat dingin dan tidak peduli dengan Yuriel. Tetapi Lewis diam-diam sangat prot
Aleandro membeku menatap wajah cantik di depannya saat dia melepaskan kaca matanya. Wajah yang tidak akan pernah dia lupakan dan selalu dimimpikannya setiap malam berdiri di depannya dengan senyum provokatif yang sama. Namun sorot matanya menatapnya dengan tatapan asing.Dia merasakan detak jantungnya berdetak sangat kencang. Aleandro berpikir dia mengalami halusinasi sampai suara wanita itu kembali menyadarkannya.“Hei, Tuan. Kamu pria yang tampan.”“Tapi sayang, ‘Junior’-mu sangat lemah.”Senyum miring penuh ejekan mengembang di wajahnya yang cantik.Aleandro tanpa sadar melihat ke bawah tubuhnya dan merasa kehilangan muka melihat bagian selangkangannya mengembang. Dia mengalihkan pandangannya ke depan dan wanita itu sudah menghilang membuatnya ragu wanita itu hanya khayalannya saja.Tetapi aroma parfum dan lilac masih tersisa di udara menyadarkan Aleandro bahwa wanita itu bukan halusinasi.
Yuri menjauhkan kepalanya dari dada Aleandro dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca“Papa, Yuri tidak mau pergi.”“kenapa? Bukankah Yuri ingin selalu bertemu Mama?”Mata gadis kecil itu mulai memerah dan dia terisak dengan suara pelan.“Yuri memang kangen Mama. Yuri mau peluk Mama. Kata Papa Mama selalu bersama Yuri. Tapi Yuri cuma liat makam Mama dan tidak bisa memeluk Mama seperti teman-teman Yuri.”Hati Aleandro sakit melihatnya sedih. Mata hijaunya yang besar meneteskan air mata mengingatkannya pada kesedihan wanita itu saat hari-hari dia mengurungnya bertahun-tahun silam. Itu luka yang tidak bisa hilang dari hati Aleandro.“Papa, Yuri mau peluk Mama.” Suara gadis kecil itu menjadi sengau karena tangisannya.Umur Yuri baru lima tahun. Dia dipaksa untuk menjadi dewasa daripada anak-anak lain karena tidak bisa merasakan pelukan seorang ibu.Nenek sangat tidak menyukainya karena
“Mengapa kamu menanyakan keberadaan ibumu padaku? Aku tidak tahu apa pun tentang ibumu.” Antonius tidak berani bergerak di tempatnya dengan moncong pistol tertuju di dahinya.“Bahkan jika aku tau tentang Ginny, mengapa aku harus menyembunyikannya adikku. Aku sudah pasti mengirimkannya pada Lewis,” serunya dengan gelisah.Yuriel tidak menyingkirkan pistolnya dari Antonius setelah mendengar ucapannya dan menarik pelatuk.Tentu saja dia tahu Antonius tidak tahu apa pun tentang keberadaan ibunya.Mencari keberadaan Ginevra Scott seperti mencari jarum di lautan. Dia telah menghilang selama 25 tahun dan sulit menemukan petunjuk keberadaannya.Yuriel sangat jelas tentang itu.Dia hanya ingin memberi sang paman pelajaran karena sudah memanfaatkannya.“Paman, kau tahu apa yang paling kubenci? Yaitu dimanfaatkan. Kamu sampai ke titik ini karena menjual ibuku dan diriku. Paman, kamu tidak bisa membodohiku lagi
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro