Kuburan itu sepi dan khusyuk. Yuriel tidak bisa kesedihannya memandang kuburan Yunifer. Masih segar dalam ingatannya bagaimana dia menyaksikan saudara kembarnya meninggal dalam kecelakaan mobil.
Dia meletakkan bunga tulip putih di makan Yunifer dan menatap wajah saudara kembarnya yang tersenyum lembut dalam bingkai foto. Senyumnya polos, lembut dan tampak tidak bersalah dalam foto itu. Itu membedakan antara Yuriel dan Yunifer.
“Yunifer, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku menemuimu. Maaf baru mengunjungimu.” Yuriel membuang dan menarik napas dalam-dalam untuk mengusir sesak di dadanya.
“Aku sudah membalaskan dendam pada orang yang merengut nyawamu dari kami, apa kamu sudah tenang di sana?”
Angin sepoi-sepoi berembus lembut seolah menggambarkan senyum lembut dari wajah wanita itu.
“Ya, kamu pasti sudah tenang.” Yuriel menghela napas lalu memandang Ginny dan Lewis yang berdiri di sebelahnya.
Mata
“ Aku tidak ingin pusing dengan surat perceraian sekarang selama aku bisa menjauh darinya dan tidak menggagu kehidupan kami,” balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil.“Tapi mengapa kamu tidak memberitahu Yuri bahwa kalian berpisah dan meninggalkan Capital. Kamu akan kewalahan jika dia bertanya tentang ayahnya,” ujar Ginny mengelus rambut hitam Yuri dengan penuh sayang.Yuriel menoleh dan menatap Yuri yang tertidur di pangkuan Ginny dengan ekspresi bersalah. Dia tidak memberitahu putrinya bahwa mereka akan meninggalkan ayahnya dan berpisah.“Aku menjelaskan saat kita sudah kembali ke Kingstown. Aku tidak Yuri bergantung pada Aleandro. Aku ingin membesarkan Yuri sendiri untuk menebus lima tahun kami yang hilang,” ujarnya mengelus rambut hitam Yuri dengan ekspresi bersalah.“Baiklah kalau itu keputusanmu.” Ginny menghela napas dan dia tidak berbicara lagi.Lewis tetap diam dan tidak me
Mobil limosin berhenti di halaman depan sebuah manor mewah dan besar. Remix yang pertama keluar dari kursi pengemudi dan membuka untuk Lewis.Lewis keluar dan membuka pintu untuk Ginny sambil mengulurkan tangannya pada wanita itu.Ginny menerima uluran tangan Lewis dan keluar dari mobil. Dia memandang sebuah manor di rumahnya. Sorot matanya tampak berkilat dingin seperkian detik sebelum menghilang.“Sudah lama sekali aku meninggalkan tempat ini. Aku harap Kak Audrey bisa menerimaku lagi,” ujarnya menatap Lewis dengan tatapan penuh makna.Raut wajah Lewis acuh tak acuh saat dia menjawab.“Itu pasti. Kalian berdua sudah seperti saudara perempuan dua puluh lima tahun yang lalu.”Apa yang disenangi seorang pria adalah memiliki beberapa wanita di sisi mereka dan saling akur berbagi pria yang sama.Lewis termasuk salah satu di antara mereka, berpikir seperti seorang kaisar yang memiliki selir di harem.Saudara
“Ini aku, Kak Audrey. Lewis membawaku ke sini untuk tinggal di sini. Kamu tidak keberatan kan, 'kakak'? Lagi pula kita pernah tinggal di rumah yang sama dua puluh tahun yang lalu.” Ginny tersenyum lembut menekan kata ‘kakak’ seperti saudari perempuan.Namun di mata Audrey itu senyum memprovokasi. Wajahnya masih cantik dan awet. Dia bahkan tidak melihat kerutan di bawah kelopak mata wanita itu. Dia masih cantik seperti dulu dan tampak cocok bersanding di sebelah Lewis yang tampan.Kulit Ginny yang kencang dan awet muda di sebelah Lewis, Audrey merasa seorang ibu mertua yang menyambut menantunya di depan pasangan itu.Dia mengepalkan tangannya menatap Ginny dengan penuh kecemburuan dan kebencian. Mengapa wanita itu mendapatkan apa yang paling dia inginkan!“Halo, Bibi? Kamu masih mendengar kami?” Yuriel melambaikan tangannya di depan Audrey yang terdiam syok menatap Ginny.Audrey mengerjapkan matanya dan perlahan m
Satu tahun kemudian.Seorang gadis kecil berlari turun dari mobil mewah dan berlari masuk ke manor mewah.“Nona muda kecil, tolong pelan-pelan. Anda bisa jatuh.” Pengasuh berusia paruh baya memperingatinya sambil mengejar langkah kaki kecil Yuri.Yuri menoleh sambil menjulurkan lidah pada pengasuhnya.“Tidak mau! Yuri mau main sama adik!” Dengan itu dengan dia berbalik naik ke lantai dua.“Nenek!” panggil Yuri saat melihat Ginny hendak pintu kamar Yuriel sambil membawa nampan berisi obat herbal.Dia melemparkan tas sekolahnya ke lantai dan berlari memeluk kaki Ginny.Pengasuh di belakangnya terengah-engah.Ginny menoleh dan tersenyum lembut melihat Yuri mengenakan seragam sekolah TK berlari kecil memeluk kakinya.Pengasuh mengambil tas Yuri yang dilemparkan ke lantai dan menyapa Ginny dengan sopan.“Nona Ginny, selamat siang.”Karena ada Nyonya sah dan status
Di malam hari.Yuriel terbangun mendengar suara tangisan Freyan kecil di tengah malam saat dia dalam kondisi mengantuk berat. Dalam sekejap dia membuka mata dan ingin bangun memeriksa putranya.Namun sosok tinggi muncul di samping box bayi dan menggendong putranya, membujuknya untuk tidak menangis.Yuriel mengerjapkan matanya melihat pria tinggi dan berambut hitam membelakanginya. Dalam penerang lampu tidur, sosok pria itu mirip Aleandro.Yuriel tertegun untuk sesaat dan memanggil pria itu dengan suara lirih.“Aleandro ….”Pria itu berbalik dan menampilkan wajah tampan Lewis.“Tidurlah, lagi. Aku akan menjaga Freyan.”Dengan begitu Lewis berbalik dan menimang cucunya untuk tidur.Lewis begadang malam ini. Saat dia hendak masuk ke kamar Ginny, dia mendengar cucunya menangis dari kamar Yuriel. Dia masuk ke kamar Yuriel untuk memeriksa cucunya.Lewis sangat menyukai cucu laki-laki
Sudah terhitung berapa jumlah ibu tiri dan saudara-saudara tiri di luar sana yang dia miliki.Reputasi memalukan ayahnya telah menjadi noda dalam hidup Audrey yang sempurna sebagai Nyonya Flint.Jika bukan karena ayahnya berjasa membuat Lewis mencintai dan menikahinya, Audrey sudah lama membuang Harry dan tidak akan membuang uangnya untuk menghidupi anak haram ayahnya di luar sana dengan uang Lewis.Harry tersenyum melihat tatapan Audrey pada gadis di sebelahnya. Dia mendorong gadis muda maju pada Audrey.“Aurel sayang, ayo beri salam pada bibimu, Audrey.”“Halo Bibi Audrey,.” Gadis muda itu tersenyum malu-malu pada Audrey.Pipinya memerah seperti buah persik. Dia memiliki senyum yang cantik dan tampak seperti bunga yang baru mekar.Mata Audrey menyipit tajam menatap wajah gadis yang dipanggil Aurel tampak sangat akrab.Dia terpaku menatap wajahnya saat sebuah kesadaran menghantamnya. Dia menatap a
Yuriel sangat marah hingga dia ingin menangis. Hatinya memanas melihat Aleandro begitu mesra dengan wanita lain.Pria brengsek ini, dia ingin mencekiknya sampai mati!“Tuan Gilren, siapa yang mengundangmu ke acara perayaan putraku? Setahuku aku tidak mengundang mantan suamiku,” ujarnya dengan penuh penekanan pada kata ‘mantan suami’ untuk menunjukkan hubungan mereka dulu di depan Viola.Sebelah alis Viola terangkat menatap Yuriel heran.“Mantan suami? Maksud Nona Muda adalah tunanganku?” Viola bertanya menatap antara Aleandro dan Yuriel bergantian.Ekspresi acuh tak acuh Aleandro menjadi dingin.“Nona Muda Flint, maksud Anda apa? Siapa mantan suamimu?”Yuriel tertegun.“Kamu … kamu tidak ingat siapa aku?” Dia menatap Aleandro dengan mata membelalak.“Nona Muda Flint, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Aleandro balik bertanya dengan sua
Dia berlari memeluk kaki Aleandro.Semua orang mengalihkan pandangan pada sosok Aleandro di belakang Lewis. Mata Yuriel menyipit tajam menatapnya.Mengapa pria itu datang ke sini?Namun dia tidak memperhatikan lebih lama karena perhatiannya terbagi antara Freyan dan Yuri.Aleandro tampak kaku sesaat menatap gadis kecil yang memanggilnya Papa.Mata Yuri tampak basah dan merah karena menangis. Dia menatap Aleandro seperti anak kucing yang ditinggalkan.Aleandro mau tak mau luluh oleh tatapan gadis kecil itu dan membungkuk untuk menggendongnya.“Ssst, sayang menangis lagi.” Aleandro tampak secara alami menghapus air mata dan membujuk Yuri seolah dia telah melakukan itu ribuan kali dan sudah menjadi kebiasaan.Tangisan Yuri semakin keras dan bercampur dengan tangisan Freyan. Dia memeluk leher ayahnya dengan erat dan tersedu-sedu.Entah mengapa Yuriel merasa mata memanas dan dia mengalihkan pandangnya dengan cepat