Yuriel terbangun di tengah malam, tenggorokan kering. Dia tidak bisa menahan dehidrasi dan turun ke dapur.Mansion ini sangat besar, termasuk ruang makan. Lampu kuning di tiap sudut ruangan membuat ruangan tampak remang-remang. Sekarang larut malam, para pelayan pasti sudah tertidur.Tanpa menghidupkan lampu utama, Yuriel menghampiri kulkas besar di dapur dan mengambil botol air dingin di dalam kulkas. Saat dia meneguk air dari botol, Yuriel merasakan pergerakan di belakangnya. Dia hampir menyemburkan air dari mulutnya ketika sebuah lengan kekar melingkari perutnya. Dia memberontak panik untuk melepaskan diri.“Siapa!”“Sstt ....” desah laki-laki di belakangnya.Jantung Yuriel berdegup. Dia mematung ketika merasakan napas hangat menerpa lehernya. Dia dengan cepat menoleh dan wajah tampan Aleandro menyambutnya.Yuriel merasa lega, namun beberapa detik kemudian dia mengamuk.“Aleandro Gilren, beraninya kamu
“Berhenti.”Langkah Yuriel berhenti di undakan tangga. Dia menoleh memandang Aleandro menatapnya dingin di ruang tamu. Beberapa pelayan juga menatapnya dengan pandangan aneh melihatnya mengendap-endap di atas tangga seperti pencuri.Yuriel menegak punggungnya dan balik memandang ke bawah dengan dagu terangkat.“Apa?”Aleandro menatapnya tajam. Wanita itu sangat tidak sopan.“Segera bersiap, kita akan makan malam bersama keluargaku.”“Makan malam? Mengapa jauh-jauh ke sana. Aku tidak mau pergi.”Aleandro menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi. Dia memberikan jasnya pada Butler Greyson, menjawab Yuriel dengan tenang.“Tidak masalah kalau kau tidak pergi, karena keluarga Kindle akan hadir.”Yunifer akan selalu menderita cemoohan Celine dan Katherine setiap kali mereka makan malam bersama. Dia akan selalu mencari alasan untuk tidak pergi. Aleandro tidak akan heran j
Yuriel mengangkat dagu semakin sombong, menatap Sherly dengan provokatif terang-terangan.Sherly menggigit bibir bawahnya, matanya penuh kecemburuan dan kebencian.“Alen, bagaimana dengan keluargamu, apa kau akan meninggalkan ibumu?”Katherine marah dengan sikap Aleandro pada Yuriel, tampak ditenangkan oleh ucapan Sherly.Aleandro menatap Sherly datar. “Ada Marvin dan Rachel yang menemani ibu. Dia tidak akan sendirian. Lagi pula makan malam ini kalian yang atur, tapi kalian tidak memperlakukan tamu dengan hormat.” Dia menatap Celine dengan ekspresi dingin.“Aku tidak melupakan penghinaan pada istriku.”Sherly hanya menatap ibunya dengan pandangan menyalahkan.Sadar dengan situasi semakin runyam, Gerard mulai gelisah.Cain hampir pensiun dan membiarkan Aleandro menjalankan perusahaan Gilren. Dialah yang membuat hampir setiap keputusan di perusahaan, jika mereka menyinggungnya, takut kerja sama
Ekspresi Aleandro menggelap melihat tampang jijik di wajahnya. Dia diingatkan saat Yuriel bersama Leon dan tidak bisa menahan kemarahan di dadanya. Wanita selalu menolaknya, tetapi tidak keberatan dengan pria lain.Mengingat perselingkuhannya, kemarahan Aleandro seperti letusan gunung merapi. Dia ingin menghancurkan sesuatu. Menahan kemarahannya, dia menatapnya dengan menyipit tajam.“Apa dia pria itu?”“Maksud kamu apa?” Yuriel menatapnya bingung dan kesal.Aleandro terdiam dengan rahang mengeras. Dia ingat Yuriel hilang ingatan dan itu membuatnya frustrasi.Bagaimana wanita itu begitu mudah melupakan perselingkuhannya, sementara dia memikirkannya seperti menelan duri.Aleandro tidak tahu siapa pria itu yang tertangkap bersamanya di ranjang hotel.Tidak ada berita yang memuat wajah pria itu koran, dan mencari tahu hanya akan membuatnya semakin marah dan cemburu.Dia melepaskan tangan Yuriel, dan k
Di kantor Leon, Yuriel dan Ariana duduk di sofa saling berhadapan. Sementara Leon menjelaskan situasinya pada kepala yang baru datang.Kepala sekolah itu seorang pria paruh baya hampir botak, berusia 50 tahun. Dia manggut-manggut mengerti mendengar penjelasan Leon, yang merupakan seorang profesor sekaligus pengajar di jurusan Yuriel.“Anda tidak perlu khawatir kepala sekolah. Saya akan membuat mereka menulis esai refleksi agar kejadian ini tidak akan terulang,” ujar Leon meyakinkan kepala sekolah.Dia agak bingung pada awalnya dengan kedatangan kepala sekolah ke kantornya setelah mendengar perkelahian Yuriel dan Ariana.Kepala sekolah menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan ucapan Leon.“Karena kasus ini melibatkan kekerasan dan perkelahian yang merusak reputasi sekolah. Karena itu, saya sudah berdiskusi dekan lain, untuk mengeluar Yunifer Jenkins dari kampus.”Keheningan jatuh di kantor berukuran minimalis. Yuri
Sementara Leon .... Kepala sekolah menatapnya dengan penuh harap. Namun, Leon membuang muka dan tidak memberikan kursinya pada kepala sekolah. Kepala sekolah sudah menyinggungnya karena mengeluarkan Yunifer tanpa mendiskusikan dengannya. Kepala berdiri dengan canggung. Dia berdiri di sebelah kursi Aleandro seperti seorang pesuruh. Tidak ada orang yang memberinya kursi untuk duduk. “Jadi ....” Suara Aleandro memecahkan keheningan. Dia menatap kepala sekolah dengan tajam. “Mengapa kau mengeluarkan istriku dari kampus?” “Itu ....” Kepala sekolah berkeringat dingin. Jika dia betulan mengeluarkan Yunifer sesuai dengan permintaan keluarga Grinn, maka dia akan menyinggung Aleandro. Tapi, dia juga akan menyinggung keluarga Grinn jika tidak mengeluarkan Yunifer, dia juga tidak bisa menyebutkan kesepakatannya dengan keluarga Grinn. Itu sama saja mengakui bahwa dia menerima uang sogok. Kepala sekolah berada di posisi sulit, dia tida
Keheningan meraja dalam mobil yang melaju di jalan raya. Yuriel tidak kembali ke kelas, dia mengikuti Aleandro pulang ke mansion.Dia sangat cuek memandang keluar jendela mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Aleandro yang sudah tidak ditemuinya selama satu bulan.Di sini lain, Aleandro yang sedari tadi menunggu Yuriel mengucapkan sepatah kata saja, mulai kesal melihatnya diam.“Apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku?” ujar Aleandro, menatapnya dingin.“Tidak ada.” Yuriel menjawab cuek tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.“Kamu sudah membuatku datang jauh-jauh ke sini,” ujar Aleandro dengan penuh tekanan.“Terus?” Yuriel masa bodoh dan menjawabnya acuh tak acuh. “Apa aku yang memintamu datang? Aku cuma menelepon dan kaulah yang datang ke sini dengan kakimu sendiri, tidak ada yang maksa.”“Kamu ....” Sudut bibir Aleandro berkedut. “Bagaim
Yuriel hanya terkekeh. Lagian dia juga lelah setelah kuliah seharian. Dia tidak mood untuk sekadar shopping. Dia hanya menelpon untuk menanyakan kabar Melly.“Lupakan aja, waktunya agak mepet. Aku ingin beristirahat sebentar sebelum pergi ke pesta bar Bule Star.”“Buat apa kau pergi ke sana?”Yuriel tersentak dengan mendengar suara Aleandro. Dia menoleh dengan cepat melihat ke ruang tamu.Di sofa single, duduk sosok pria tampan dengan pakaian santai, menghadapnya. Dia menurunkan koran di tangannya dan menatapnya tajam.“Kapan kau di situ?”“Sebelum kau pulang.”“Tumben kau pulang cepat?” Yuriel mengerutkan keningnya menatap lelaki itu, lalu melirik jam tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul lima sore.“Apa aku tidak boleh pulang ke rumahku sendiri?” Aleandro malah balik bertanya.Yuriel hanya mendengus.“Yayaya, terserah kau. Kau yang