Waktu baru menunjukkan pukul tiga sore setelah acara pengambilan gambar selesai. Kevin mengajak Liora ke rumah sakit untuk periksa, hari ini memang waktunya periksa dan karena dokter yang sering menangani Liora sedang ada di luar kota alhasil Kevin mengajak Liora ke rumah sakit umum.
“Kamu bawa buku ibu hamil?” tanya Liora karena tidak tau akan di bawa ke rumah sakit oleh Kevin.
“Udah. Semua kebutuhan aku siapain biar sewaktu-waktu kita butuh gak bingung. Ayo turun, kita jumpai dokter di dalam. Dokter Widia yang sering periksa kamu lagi gak ada jadi aku bawa kamu ke sini.” Kevin menggandeng tangan Liora begitu keluar dari mobil, pintu di tutup oleh Kevin, keduanya lantas memasuki bangunan rumah sakit.
Lantai putih dan dinding serba putih menyambut kedatangan Liora. Perawat dan para keluarga pasien di rumah sakit itu berlalu lalang kesana kemari sampai membuat Kevin harus mendekatkan Liora padanya agar tidak tertabrak o
Kevin turun dari lantai dua berniat untuk ke ruang kerja, ada beberapa hal yang harus ia kerjakan, Tepat menginjakkan kaki di lantai utama, Kevin langsung di hampiri oleh salah satu asisten rumah tangganya. Kevin menoleh.“Den.” panggil mbok Inem.“Ada apa mbok?” tanya Kevin.“Anu, Den. Mbok mau ijin pulang kampung, ponakan Mbok nikahan, gak enak kalau Mbok sebagai salah satu keluarga sedarah gak datang. Aden kasih ijin Mbok pulang kampung ‘kan, Den?”“Mbak Nunik juga ikut Mbok?” tanya Kevin, karena setau Kevin Nunik adalah anak dari Mbok Inem, Mbok inem mengangguk. “Mbok mau ijin berapa hari?” Kevin kembali bertanya.“Masih belum tau, Den. Kampungnya Mbok kan jauh, mungkin paling lama dua minggu. Tapi kalau Aden bisanya kasih ijin kurang dari seminggu, Mbok sama Nunik nanti bakalan usahain cepet balik.”“Gak Mbok. Tiga minggu juga Kevin kasih ijin kok. Mbok
Sudah tiga hari semenjak Si Mbok dan anaknya pulang kampung, Kevin masih belum mendapatkan pengganti sementara. Asisten rumah tangga yang tersisa hanya Mbak Husni, jelas satu orang mengurus banyak hal di rumah sebesar rumah Kevin pasti akan kelabakan.“Wirdan, orang yang aku suruh kamu datangin ke rumah aku sampai sekarang kok gak datang-datang. Rumah aku kayak kapal pecah nih, asisten rumah tangga di rumah tinggal satu.” Omel Kevin pada orang yang ia percaya lewat sambungan telepon.Hembusan nafas terdengar dari seberang. “Pusat jasa asisten rumah tangga lagi kosong, Vin. Ini aku juga lagi nyariin yang terpercaya biar kamunya gak tambah ngomelin aku kalau salah nyariin orang.” Wirdan menjawab, terdengar kesal.“Buruan. Waktumu tinggal dua hari dari sekarang, kalau sampai gak dapet juga nanti kamu yang bakalan aku jadiin asisten rumah tangga di rumah aku. Suruh nyuci sama ngepel biar tau rasa.”“Kamvret! Lo kira g
“Di lantai tiga ada apa?” tanya Liora yang mulai penasaran pada tombol ketiga di lift, saat ini ia dan Kevin baru saja akan kembali ke lantai dua setelah sarapan, tapi tombol ke tiga di lift tersebut membuat Liora mempertanyakan.“Mau lihat?” tanya Kevin, Liora mengangguk. Kevin pun menekan tombol ke tiga, tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di lantai tiga yang hanya terdiri dari dua ruangan. Semua pintu ruangan tertutup, dengan tulisan “JANGAN MASUK” yang terbuat dari kayu yang di pahat khusus tergantung di depan pintu.“Ini tempat apa?” Liora mulai tidak nyaman, selama tinggal di rumah Kevin baru kali ini ia menginjakkan kaki di lantai tiga, tidak seluas lantai satu dan dua, di lantai tiga cuman ada dua ruangan yang tertutup, selain itu suasananya kosong, hanya sebuah bingkai besar dengan gambar bunga mawar merah, selain itu tidak ada yang lain.Kevin tersenyum tipis. Tangannya menekan handle pintu, Liora sege
Liora kembali diam, mungkin itu adalah hobinya ketika ingin marah tapi tidak tau cara mengungkapkannya seperti apa. Pintu terbuka, Kevin berjalan masuk dan menyusul Liora duduk di tepi tempat tidur, perlahan tangan Kevin menyentuh lengan Liora membuat perempuan itu sadar dari lamunan.“Kamu kenapa?” tanya Kevin perhatian.“Kamu ngebolehin mantan kamu kerja sebagai pembantu di sini?” Liora menimpali pertanyaan lain.Terdengar helaan nafas yang di keluarkan oleh Kevin, Wirdan mengatakan jika suami Almira sudah meninggal, sekarang Almira harus mencari nafkah untuk membayar hutang dan mengurus anaknya yang masih bayi. Kevin tidak bisa mengusir Almira untuk bekerja di rumahnya, bagaimanapun juga Kevin sempat pernah dekat dengan Almira.Kevin tau ini salah, memperkerjakan seorang wanita di dalam rumahnya, bukan masalah wanitanya, tapi masalahnya adalah wanita itu pernah sangat Kevin cintai bahkan sekarang pun mungkin demikian, namun Kevi
“Pak Kevin.” panggil Almira tepat ketika Kevin baru saja menginjakkan kaki di lantai satu rumahnya, kepala Kevin menoleh pada Almira. Kevin ingin bersikap ramah seperti biasanya tapi sepertinya untuk kasus Almira ia tidak bisa.“Ya.”“Bapak mau di buatkan teh atau kopi?” tanya Almira.Kening Kevin mengernyit. “Gak perlu. Aku tidak suka dua-duanya.” suaranya terdengar ketus, berjalan meninggalkan Almira tanpa berkata lebih banyak lagi. Kevin mengumpati dirinya sendiri, yang barusan itu seperti bukan dirinya, Kevin tak pernah berkata ketus pada wanita apalagi pada Almira.Pagi ini Kevin masih akan menyelesaikan pekerjaan yang harus di kirim ke Jakarta lewat email, asistennya sudah menunggu berkas yang harus Kevin tanda tangani. Cukup banyak email yang masuk karena Kevin memang akan mengerjakan tugas kantor di rumah selama ia menjaga Liora sampai melahirkan.Pintu di ketuk beberapa kali, tadinya Kevin pi
Tidak ada yang tau jika Almira adalah mantan Kevin, meskipun sekarang Liora sudah tau, bukan berarti Karin dan Sandra juga tau. Dulu Kevin sangat tertutup dengan hubungannya dengan Almira, dan sekarang pun demikian. Kevin harus menutup diri dari sosok Almira, jangan sampai perasaan yang pernah ia berikan untuk Almira kembali datang lagi.Hari ini Kevin menemani Liora untuk melakukan gerakan olahraga khusus ibu hamil, cukup banyak ibu hamil lain di dalam ruang seluas sembilan kali sebelas meter. Di temani oleh para suami atau keluarga yang lain.Liora terlihat mengikuti arahan dari seseorang untuk melakukan gerakan ringan, gerakan itu di maksudkan untuk mempermudah persalinan saat tiba waktu melahirkan nanti. Kevin duduk di kursi tunggu, menunggu Liora sembari mengerjakan sedikit pekerjaan dari layar ipadnya.Tiba-tiba saja Kevin merasa di senggol pelan oleh seseorang yang duduk di sampingnya, hal tersebut tentu saja membuat Kevin menoleh penasaran.
Sudah tiga hari Almira bekerja di rumah Kevin, setia[ hari ia di hadapkan dengan keharmonisan keluarga Kevin dan itu membuatnya iri. Harusnya yang ada di posisi Liora saat ini adalah dirinya. Saat sedang bekerja, Almira melihat Kevin ebrjalan cepat keluar rumah dan pergi bersama mobilnya, mungkin Kevin pergi untuk membelikan makanan yang di inginkan Liora.Almira mendongak melihat ke lantai dua, lalu ia berjalan ke sana untuk menemui Liora, mungkin Liora butuh sedikit tau kisah masalalunya dengan Kevin.Tok... tok... tok...Liora yang sedang membaca buku panduan menjadi ibu yang baik menoleh. Meletakkan buku ke meja lalu berseru. “Masuk aja, Mbak.” katanya mempersilahkan karena Liora tidak bisa berjalan untuk membukakan pintu berkat kakinya yang masih membengkak. Liora tau jika itu Kevin pasti tidak mungkin mengetuk pintu lebih dulu.Cklek.! Almira membuka pintu, Liora menyambut dengan senyum ramah.“Mbak Mira ada apa ya?&rd
Dua jam pasca melahirkan, Liora masih belum sadarkan diri, box bayi beserta sang bayi dan Kevin yang menemani tak cukup membuat Liora segera bangun.Kevin benar-benar merasa terharu, melihat bayi berkulit merah yang kini sedang tertidur. Padahal seharusnya bayi itu harus meminum asi dari Liora tapi Liora bahkan masih belum sadarkan diri sejak dua jam setelah melahirkan.Bayi yang sedang memejamkan mata itu kembali membuat Kevin matanya mengembun, kembali bulir bening merembes melewati ujung kelopak matanya. Tersenyum tipis ketika apa yang Altar katakan waktu itu benar. Bayinya lahir laki-laki dan sangat sehat.“Aku jadi ayah.” gumam Kevin saat menatapi wajah bayinya, meski masih bayi tapi Kevin tau jika sebagian besar kemiripan dari bayi itu lebih ke ayah dari pada ibu. Mungkin saat Liora bangun, dia akan kesal saat melihat bayinya lebih mirip dengan Kevin.Dari hidung sama bibir persis dengan milik Kevin, bagian alis dan mata masih belu
Ke esokan harinya, Liora terbangun dengan badan pegal-pegal, kepalanya menoleh melihat sang suami yang masih tidur. Liora sedikit merenggangkan tangannya, sejak permainnya dengan Kevin untuk membuat adik untuk Varka selesai, tubuhnya terasa tidak bersahabat kali ini.Liora turun dari tempat tidur, meraih bajunya yang jatuh di bawah tempat tidur untuk ia pakai sebelum ke kamar mandi, di tatapnya wajah yang sedikit bulat itu di kaca besar.“Aku sudah telat berapa hari ya?” gumamnya. Tanpa sepengetahuan Kevin, Liora mencoba alat tes kehamilan, dalam hitungannya ia sudah tidak mendapatkan bulanan sekitar lima hari, Liora sangat berharap jika sekarang ada yang sudah tumbuh di dalam rahimnya, sudah tujuh belas tahun sejak ia melahirkan Varka, Tuhan masih belum mengijinkannya untuk mengandung lagi.Sembari menunggu hasil tes keluar, Liora kembali menghampiri Kevin yang masih terlelap dalam tidurnya. “Sayang, bagun. Kamu kan harus kerja hari ini.
Seorang remaja memasuki sebuah rumah besar menggunakan kendaraan roda dua, motor hitam dengan sedikit corak berwarna merah tersebut lantas berhenti di depan rumah, helm yang di gunakan remaja tersebut di lepas, lantas ia pun masuk ke dalam rumah yang tak di jaga.“VARKA!” serunya. Namun yang di panggil tak menyahut, remaja itu pun berjalan cepat ke arah kamar Varka namun remaja yang ia cari juga tak ada di kamar, sampai ia kembali turun ke lantai utama, mencari ke belakang rumah di mana ada kolam renang di sana.“Woy! Kamvret lu! Gak ingat ini hari apa!” bentak Saga dengan Varka yang sedang asik bermain air seperti ikan lumba-lumba.Varka berenang menepi, sedikit mendongak melihat ke arah Saga. “Napa sih lo! Pagi-pagi dah ngajak ribut aja!”“Eh sompret! Buruan ganti baju, ini kepala isinya apa sih, dasar tukang lupa padahal masih muda. Tante Liora nyuruh aku buat manggil kamu.”Varka mencebikkan
17 tahun kemudian. “Mami!” seorang remaja berlari setelah memakirkan kendaraannya di depan rumah tanpa peduli jika kendaraan tersebut akan menghalangi kendaraan lain yang akan lewat. “MAMI!” kembali ia meneriaki salah satu penghuni rumah, “Mami kemana sih.” sambil berlarian di rumah yang sangat besar itu sendirian. Sementara itu. Orang yang di cari ada di dalam ruang kerja Kevin, setelah memikirkan cukup panjang akhirnya Kevin dan Liora memutuskan untuk tidak pindah ke jakarta meski hal itu mengharuskan Kevin sering pulang balik jakarta sampai tujuh kali sebulan atau bahkan lebih. “Udah tujuh belas tahun, apa kita akan terus menunda untuk kasih adik buat Varka?” Liora menatap pantulan dirinya di depan cermin yang tergantung di dekat pintu sebelum berbalik mendekati Kevin, suaminya itu akhir-akhir ini sibuk dengan layar laptop, Liora mendengus. Kevin terlihat sangat fokus sampai tidak memperhatikan Liora sedetik pun. Merasa di abaikan, Liora mendekat, menutup layar laptop tanp
“Gimana? Sudah kamu temuin?” Airin duduk di samping Gim yang memangku laptop, keduanya sibuk menjelajah internet bersamaan sampai ada sebuah link web yang mengarahkan Gim mengklik link tersebut sehingga membawanya ke sebuah informasi yang sejak kemarin ia dan Airin cari.Airin menepuk bahu Gim dengan cukup keras. “TUH KAN!” ujarnya, Gim meringis akibat pukulan refleks dari Airin. “Apa aku bilang.” lanjutnya sembari menatap Gim dengan senyum lebar.Saat malam hujan kembali turun, langit gelap dan angin yang ikut serta menggoyangkan dedaunan pohon yang basah. Liora sejak tadi memperhatikan Kevin yang sibuk memeriksa informasi dari orang-orang suruhannya dan juga website yang memposting informasi anak hilang.Sudah semakin larut, ketika Kevin menoleh ia melihat Liora tertidur di sofa dengan posisi meringkuk kedinginan. Matanya sedikit bengkak karena banyak menangis. Kevin berdiri dari duduknya menghampiri Liora, mengangkat istrin
Tiga hari kemudian.Selama itu Kevin jarang pulang untuk mencari keberadaan Varka yang tak kunjung di temukan, padahal sudah cukup banyak informasi yang di sebar, mulai dari internet bahkan koran dengan mencantumkan nominal angka yang cukup banyak bagi siapapun yang berhasil menemukan Varka.Namun Varka masih belum bisa di temukan sampai sekarang.“Kenapa cairan asi yang kamu sedot makin hari makan banyak?” tanya Karin, hari pertama satu botol, dan sekarang hari ke tiga Liora bisa menghasilkan asi tiga botol, Karin bahkan tidak bisa mengeluarkan asi nya sebanyak itu untuk Saga.“Kamu gak lagi maksain diri, kan?” Karin menyentuh tangan Liora. “percaya sama kak Kevin, dia pasti bisa bawa Varka pulang dengan selamat.”“Karin, aku kangen sama Varka. Siapa yang penuhi kebutuhan Varka di luar sana? Ini sudah tiga hari Varka di luar jangkauan aku.”“Percaya deh, Varka pasti kembali.” u
Liora merasakan dadanya nyeri, cairan yang harusnya di habiskan oleh Varka kini menetes sia-sia. Dan dari pada harus membiarkan cairan itu terbuang semakin banyak, Liora mengambilnya menggunakan alat agar bisa di berikan untuk Saga.Sudah pukul sepuluh malam dan Kevin masih belum kembali, di luar juga hujan, Liora cemas jika Varka tidak di temukan. Setelah selesai mengambil asupan gizi bayi, Liora menyimpan cairan putih itu ke tempat khusus agar tetap bisa di pakai sampai besok.Sejam kemudian, suara mobil terdengar, Liora sudah siap berdiri menyambut kedatangan Kevin dan Varka, sejak tadi Liora sangat cemas sampai terus berdebar-debar.“Kamu berhasil membawa Varka?!” seru Liora tepat saat Kevin baru saja membuka pintu, harapan yang terpancar di wajah Liora menghilang begitu melihat Kevin datang seorang diri.“Varka mana, Vin?” Liora berlari keluar, mungkin seseorang yang membawa Varka, tapi sebelum Liora keluar, tangan Kevin
Hari sudah malam, di hari yang sama saat kehilangan sang ibu, Kevin juga harus kehilangan putranya yang di culik oleh Almira. Pihak IT yang Kevin miliki telah melacak posisi terakhir nomor Almira yang menghubunginya berada.Kevin juga tidak jadi menghubungi Polisi, jangan sampai Almira mencelakai Varka saat kondisinya terpojok.“Bawa Varka kembali dengan selamat.” pesan Liora, ia tidak ikut saat Kevin akan pergi, Liora takut jika ia ikut nantinya malah menjadi beban untuk Kevin. Tapi tetap saja Liora cemas, ia tak berhenti berdoa agar nanti Kevin kembali membawa Varka.“Aku akan berusaha bawa Varka pulang.”Kevin mengecup singkat kening Liora sebelum pergi ke lokasi Almira berada setelah tim IT berhasil mendapatkan lokasi perempuan itu.Sementara itu, Almira menatap bayi yang amat mirip dengan Kevin masih menangis di atas tempat tidur, Almira tidak diam saja, ia sudah memberikan su-su untuk Varka dan untuk beberapa saat bayi itu sem
Masalah yang di terima oleh keluarga Kevin tak berhenti begitu saja, sepulangnya mereka dari pemakaman. Seluruh penghuni rumah terlihat panik, termasuk para pembantu di rumah besar tersebut, bahkan pak security yang berjaga di luar pun ikut panik di dalam rumah.Kevin mendekati salah satu pembantu di rumahnya. “Bik, ada apa?” tanya Kevin. Tak lama mbak Nunik lari menuruni tangga dan mbak Husni lari dari arah belakang rumah.“ADEN VARKA HILANG, DEN.” seru mbak Nunik panik, kepanikan itu spontan mempengaruhi keterkejutan Kevin dan Liora.“Kok bisa?! Varka masih dua bulan, gimana caranya bayi dua bulan hilang?” Liora kini ikut mencari, si mbok terlihat mencari di kamar Liora sampai bawah kolong tempat tidur. Meskipun mustahil bayi dua bulan merangkak ke bawah tempat tidur.“Periksa keamanan CCTV!” teriak Kevin memerintah. Dan keamanan pun mulai siaga, mereka sigap mematuhi perintah yang Kevin berikan.
Varka di titpkan ke mbok di saat Kevin dan Liora bergegas ke rumah sakit yang menampung para korban kecelakaan pesawat. Kevin bahkan tidak menoleh ke arah Liora karena fokusnya hanya ke depan untuk segera melihat kondisi ibunya, memastikan Sandra baik-baik saja. Meski kemungkinan itu tipis, Kevin tau ibunya tidak bisa berenang.“Kak Kevin juga di sini?” Kevin menoleh sekilas melihat Karin juga datang bersama Altar. “Keadaan mama bagaimana kak?”Kevin juga tidak tau, ia tidak menjawab pertanyaan Karin dan langkahnya terus mencari ruangan para korban. Karin mengikuti di belakang, Liora juga mengikuti sambil berlari.Mereka tiba di ruangan di mana ada tiga mayat di ruangan tersebut yang tertutup oleh kain berwarna putih. Ada seorang penjaga di luar ruangan, satu dokter yang baru saja keluar setelah memastikan para korban tidak bisa di selamatkan.Karin tanpa takut ataupun ragu membuka satu persatu kain putih itu untuk memastikan Sandr