Share

Part 12

last update Last Updated: 2021-06-29 18:47:29

“Jangan!” jerit Alea dengan air mata yang mulai merebak. Wajahnya pucat dan matanya menatap ngeri ke arah Alec yang ada di atas tubuhnya. “Kumohon, jangan lakukan ini padaku.”

“Apa yang membuatmu berhak memerintahku, Alea?”

“Aku ... aku akan menikah denganmu. Maafkan aku.”

“Semua sudah terlambat. Kau sudah mengacaukan pernikahan kita dan mempermalukan keluargaku dengan cara paling hina. Aku tak pernah merasa sehina ini seumur hidupku.”

“Aku mohon ... aku minta maaf. Aku bersalah padamu dan aku menyesal.”

“Permohonan, permintamaafan, rasa bersalah, dan penyesalanmu. Sepertinya semua masih tak sebanding dengan penghinaan

“Kali ini saja, tolong ampuni aku, Alec. Aku akan memberikan tubuhku untukmu dengan sukarela. Tapi ...”

“Aku harus menikahimu lebih dulu?” cemooh Alec dengan dengusan sinisnya.

Alea mengangguk putus asa. Arsen benar, pernikahan satu-satunya jalan ia menjaga harga dirinya meski harus menjadi pelacur bagi Alec. Sedikit harga diri yang akan ia pertahankan dalam pernikahan mereka nantinya.

“Kenapa kau berpikir aku akan menikahi wanita pemberontak dan pengacau sepertimu? Kenapa aku harus repot-repot melakukan itu semua di detik aku bisa menghancurkan hidupmu dalam satu cengkeraman, saat ini juga?” Alec mengencangkan cekalannya di kedua pergelangan tangan Alea yang tertaut di atas kepala. Alea meringis kesakitan, tapi wanita itu menahan untuk tidak mengaduh.

“Kumohon, beri aku satu kesempatan. Aku ... tadi aku tidak berpikir dengan jernih. Aku tidak siap dengan pernikahan ini.” Alea tak bisa memikirkan kalimat apalagi yang harus keluar dari bibirnya jika permohonannya kali ini ditolak kembali oleh Alec. Meski hatinya mengingkari semua janji dan bujukannya, insting bertahan hidupnya yang terancam tentu memilih untuk berbuat licik.

Alec menyeringai. “Dan sekarang kau sudah siap menikah denganku?”

Alea menggangguk keras dengan hati penuh pengingkaran. Meski kebohongan tampak jelas tersirat di wajahnya, ia tak peduli.

“Pembohong,” kekeh Alec. “Tapi setidaknya kau sudah mencoba.”

Mata Alea terpejam, air mata mengalir diam-diam membasahi di kasur yang menempel di belakang kepalanya. Putus asa, tubuhnya meluruh penuh kepasrahan di ranjang. Wajahnya menoleh ke samping, tak tahan bertatapan dengan mata Alec saat pria itu mulai menjamah tubuhnya sebentar lagi.

Namun, detik-detik menegangkan yang ditunggunya tak juga datang. Alec masih membeku di atas tubuhnya. Napas berat dan panas pria itu masih berhembus di samping wajahnya. Hingga kemudian cengkeraman di kedua pergelangan tangganya terurai dan tubuh Alec menjauh.

Mata Alea terbuka dan melihat Alec yang bangkit dari ranjang dan berdiri menjulang di ujung ranjang. Tetapi Alea tak berani menggerakkan tubuhnya. Takut jika hal itu akan kembali mengusik kemurkaan Alec atau jarak itu disengajakan oleh Alec untuk menikmati ketakutannya.

“Aku tak peduli apa pun yang ada di hatimu, Alea. Tapi selama kau bisa meredakan kemarahanku dengan tubuhmu dan merendahkan diri di ranjangku. Aku pria yang loyal saat membayar kebaikan seseorang.” Alec melempar jas putih miliknya yang tergeletak di pinggir ranjang ke dada Alea. “Pakai itu dan keluarlah dalam satu menit. Aku tak suka membuang waktu meskipun hanya satu detik. Dan sebelum kebaikan di hatiku lenyap.” Alec mengakhiri kalimatnya dan berbalik menuju pintu.

Alea tak punya kesempatan untuk menyerap kalimat Alec lebih dalam lagi, sebelum kebaikan hati pria itu benar-benar lenyap dan berpikir untuk memperkosanya di ruangan ini. Alea pun melompat dari ranjang. Gaun pengantinnya yang sudah robek dan menggantung menggenaskan di sekeliling pinggangnya sudah tak bisa diselamatkan. Segera ia menarik jas Alec dan mengenakannya untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Setidaknya gaun pengantin itu masih bisa digunakan untuk menutupi pinggang hingga ke tubuh bagian bawah.

Alec berdecak ketika menyadari bahwa Alea tak mengenakan alas kaki apa pun ketika muncul dari pintu di belakangnya dalam hitungan detik. Rambut wanita itu yang sudah tersanggul rapi oleh tangan penata rambut ternama yang secara eksklusif meluangkan waktu di hari pernikahannya yang mendadak, kini tampak mencuat ke segala arah. Air mata yang masih membekas dan berbaur dengan make up yang terpoles di wajah Alea membuat wanita itu sempurna kacau. Alec menyumpah dalam hati atas rasa iba bercampur kesal yang muncul dan menguasai hatinya. Ia tak ingin melakukannya, tapi tubuhnya bergerak mendekati wanita itu lalu membungkuk dan membawa tubuh Alea dalam gendongannya.

Alea terkesiap kaget dan tak siap ketika tubuhnya tiba-tiba melayang. Tatapan Alec yang menusuk ketika ia keluar menyusul pria itu, sesaat membuat Alea berpikir bahwa pria itu marah karena mungkin ia terlambat keluar meski hanya sedetik. Tetapi kemudian tiba-tiba Alec mendekat ke arahnya, menjulurkan kedua lengan pria itu mengeliling tubuhnya. Satu di belakang punggung dan tangan lainnya di belakang lutut dan mengangkat tubuhnya dengan mudah.

“Demi keselamatanmu, sebaiknya kau melingkarkan lenganmu di leherku. Atau tulang-tulangmu akan patah karena tergelincir ke lantai,” desis Alec di antara bibirnya yang menipis tajam.

Dengan gerakan kaku, Alea mengikuti kata-kata Alec. Jantungnya berdebar keras ketika Alec semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh pria itu. Wajah mereka yang hanya berjarak beberapa senti pun membuat Alea menahan napas dan segera menunduk dalam-dalam. Takut jika desah napasnya pun akan menyulut kemarahan pria itu lagi.

Seringai tersamar di sudut bibir Alec dengan tubuh Alea yang gemetar dan kaku karena rasa takut. Seperti itulah posisinya bagi wanita itu. Sebagai penguasa dan pemilik.

***

Hanya butuh beberapa menit bagi penata rias handal itu untuk memperbaiki riasan wajah Alea yang hancur karena air mata dan mengubah gulungan rambutnya yang sekarang dibiarkan tergerai. Dan karena gaun rancangan khusus yang dikenakan Alea sudah tak layak disebut pakaian, Alea mengenakan gaun pengantin lain yang tentu tak sebagus gaun pertamanya. Yang entah dari mana asalnya, Alea tak akan bertanya atau memikirkannya. Gaun pengantin itu berbahan ringan dan tak memiliki lengan dengan potongan empire line di bawah lutut. Hiasan berbentuk kelopak bunga mawar putih menebar di sepanjang gaun bagian bawah. Di balik suasana hatinya yang mendung, setidaknya gaun itu terlihat cantik dan indah di matanya.

Setelah Alea sudah siap, tanpa menunggu sedetik pun perias untuk bergegas memintanya untuk berdiri dan keluar dari kamar. Mengatakan bahwa kakaknya sudah menunggu di luar.

“Ini terakhir kalinya kau berbuat ceroboh, Alea. Lain kali aku tak menjamin bisa menyelamatkanmu.” Itulah ucapan selamat yang diucapkan Arsen begitu pintu kamarnya  terbuka.

Alea tak berkata apa pun.

“Aku bahkan mengorbankan harga diriku di bawah kesombongan Cage agar dia tak membatalkan pernikahan kalian. Pikirkan itu jika kau kembali membuat masalah dengannya. Karena ini kesempatan terakhirku membantumu.”

Alea mengangguk. Sudut matanya mencari keberadaan seseorang, yang lagi-lagi dihadapkan pada kekecewaan.

Arsen menyodorkan ponsel milik Alea. “Cage menemukan ponselmu. Panggilan terakhirmu hampir saja menyeret Arza dalam masalah.”

Mata Alea melebar terkejut. “Bagaimana keadaan Arza?”

“Dia baik.” Arsen berhenti sesaat. “Dan itu bukan urusanmu mulai sekarang,” imbuhnya lagi.

“Aku akan menyimpannya.” Arsen menyelipkan ponsel Alea ke saku celananya saat Alea menurunkan pandangan ke arah ponsel dalam genggaman Arsen. “Ayo, aku yang akan membawamu menuju altar.”

Alea menyangkutkan tangannya di lengan yang disodorkan Arsen. Suara musik menyambutnya begitu ia muncul di halaman. Pernikahan memang hanya diperuntukkan keluarga terdekat. Meski acara tertunda selama dua jam, sepertinya tamu undangan tidak ada yang meninggalkan tempat melihat kursi yang disediakan tak ada yang kosong.

Sumpah suci pernikahan yang mereka ucapkan tak sesuci hati Alea menerima pernikahan mereka dengan sukarela. Bahkan tatapan gelap Alec seolah menambah kehampaan di hati Alea. Setelah janji suci diakhiri dengan lumatan bibir Alec di bibir Alea yang terkesan berlebihan di hadapan umum seperti ini, sedikit pun Alea tak berniat menolak. Alec seolah menuntaskan dendam yang telah dipendamnya sejak di hotel, dan Alea tak berani membantah.

Ciuman itu belum ada apa-apanya. Mengingat kebuasan Alec ketika membantingnya di ranjang hotel, Alea harus belajar terbiasa dengan sentuhan-sentuhan Alec meskipun dia tak menginginkannya.

“Aku tak peduli apa pun yang ada di hatimu, Alea. Tapi selama kau bisa meredakan kemarahanku dengan tubuhmu dan merendahkan diri di ranjangku.”Kalimat Alec yang membuat bulu kuduk Alea berdiri kembali terngiang. Dengan cara yang sah, kini ia telah menjadi pelacur Alec.

“Apa kau bahagia?” tanya Alea yang tak bisa menahan lidahnya melihat senyum memenuhi seluruh wajah Alec ketika semua orang telah mengucapkan selamat untuk mereka dan sekarang sibuk menyantap hidangan-hidangan di meja masing-masing. Begitu pun dengan dirinya dan Alec yang duduk di meja mereka.

“Kau tidak?” Alec menoleh. Tatapannya menyipit tajam seolah itu adalah pertanyaan jebakan.

Alea membeku. Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan bahwa dia memang tidak bahagia dengan pernikahan mereka. Senyum yang bertengger di bibir Alec saat meluncurkan pertanyaan itu hanyalah sebuah bentuk sarkasme yang ditujukan untuk membuatnya gugup. Pria itu suka bermain-main dengan emosi. Mempermainkan mangsanya sebelum menelannya bulat-bulat.

“Lebih baik berbohong, Alea. Setidaknya kau perlu menjaga ketenangan hati suamimu,” kekeh Alec. Benar-benar gadis yang polos. Alec mengulurkan tangan menyentuh dagu Alea, lalu ibu jarinya menyentuh sudut bibirnya dan menelusuri bibir bagian bawahnya hingga ke sudut yang lain. Alea membeku, seringai itu muncul lagi dan Alec menarik wajahnya untuk menempel di wajah pria itu.

Saat Alec menyelesaikan lumatannya dan Alea menarik wajahnya mundur demi mengisi paru-parunya dengan udara. Tanpa sengaja, tatapan menangkap sosok Arza yang berdiri tak jauh dari meja mereka dan memandang tepat ke arahnya. Hati Alea mencelos. Baru saja udara menyentuh paru-parunya, kini dadanya kembali sesak. Dan hancur lebur melihat kepedihan yang begitu nyata tersirat di manik Arza. Mereka berdua hancur.

Related chapters

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 13

    Kepedihan di manik Arza sama besarnya dengan yang Alea rasakan. Pria itu berpaling membawa semua kehancuran di hatinya. Memendamnya dalam-dalam di dasar hatinya adalah satu-satunya pilihan yang ia miliki. Ia tak memiliki apa-apa sebelum keluarga ini menerima dirinya dengan tangan terbuka. Memberinya tempat tinggal dan sebuah kehidupan. Sudah seharusnya ia menahan hatinya kuat-kuat agar tak kehilangan keluarganya.“Apa acaranya sudah usai?” Alea berucap gugup dengan wajahnya yang tiba-tiba memucat menatap punggung Arza menjauh. “Aku ... aku ingin kembali ke kamarku.”“Pergilah. Aku perlu menyapa temanku.” Alec mengangguk singkat menyadari keberadaan Roy yang tampak menundukkan kepala menjaga kesopanan karena melihatnya mencium Alea di tempat umum seperti ini. Di saat para sanak saudara dan tamu yang masih menikmati hidangan di sekitar meja Alec dan Alea.Alea bangkit berdiri dan meninggalkan pesta melewati jalanan setapak berba

    Last Updated : 2021-06-30
  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 14

    Resepsi berlangsung dengan sangat meriah. Semua tamu undangan berasal hanya dari kalangan elit dan artis-artis ternama, yang meskipun dibatasi hanya beberapa undangan penting, tetap saja para tamu memenuhi aula gedung Cage Group yang luas.Alea memasang senyum palsu dengan sikap enggan. Kebanyakan para tamu yang sering ia jumpai, adalah konglomerat yang sudah sering menyatakan cinta padanya. Senyum mereka tak benar-benar tulus saat memberikan selamat padanya. Dan ia yakin para gadis yang bergerombol di beberapa sudut juga tengah mengobrolkan dirinya. Dari wajah mereka sudah jelas yang mereka bahas hanyalah kejelekannya.“Kau benar-benar menikah?” Suara wanita cantik dengan gaun menyentuh lantai berwarna hitam yang menampakkan belahan kaki dan seluruh kulit telanjang punggungnya, menyapa Alec. Rambutnya yang bergelombang dicat merah dan dibiarkan terurai, dengan hiasan mutiara berwarna hitam yang disusun membentuk gelombang. Wanita itu melirik sinis ke arah

    Last Updated : 2021-07-03
  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 15

    Dalam satu jam, semua perintah Jean Cage dilaksanakan dengan cepat dan tanggap. Semua pengawal dan pelayan melakukan tugas mereka tanpa hambatan sedikit pun. Dan di sinilah saat ini Alea berada. Di ruang tidur Alec, yang sudah dihias dengan segalam macam pernak-pernik khas kamar pengantin baru.Bunga-bunga hampir di setiap meja dan sudut kamar. Kelopak bunga mawar yang disebar di seluruh ranjang. Dan lampu kamar yang diatur dengan cahaya temaram. Alea mengalihkan pikirannya dari segala macam hiasan di kamar. Tampak gugup menatap penampilannya di depan cermin.Matanya terpejam ketika membuka jubah tidurnya dan melihat tubuhnya yang hanya berbalut kain tipis berenda berwarna peach. Kain itu sama sekali tak menutupi kulitnya sedikit pun. Desahan keras lolos dari bibirnya dan jantungnya berdegup dengan kencang. Tak mampu membayangkan apa yang akan dilakukan Alec pada tubuhnya.Kilasan ketika Alec mendorong tubuhnya berbaring di meja kerja pria itu kembali melintas.

    Last Updated : 2021-07-05
  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 16

    Rasa sakit dan remuk di seluruh tulang-tulangnya membangunkan Alea dari tidurnya yang terlalu lelap. Ia tahu di mana dirinya berada dan dengkur halus siapa yang berhembus di ujung kepala bagian belakangnya. Sambil menahan ringisan karena rasa nyeri yang berpusat di pangkal paha, Alea berusaha memindahkan lengan Alec yang melingkari pinggangnya sepelan mungkin. Mendesah lega melihat Alec yang masih terlelap dalam tidurnya ketika berhasil duduk dan memisahkan tubuh dari Alec.Alea memegang selimut menutupi ketelanjangannya hingga di dada, kepalanya melongok ke lantai mencari kain di sekitarnya. Bersyukur jubah tidurnya teronggok tak jauh dari kakinya. Setelah mengenakan kain untuk menutupi kulitnya, Alea turun dari ranjang dengan hati-hati. Kepalanya menoleh ketika mendengar getar ringan dari arah nakas sebelum ia sempat berdiri. Ia pun memungut benda persegi berwarna merah muda tersebut dan berdiri. Rasa sakit di antara kedua kaki membuat Alea sedikit kesusahan mencapai pintu

    Last Updated : 2021-07-05
  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 17

    Alea menatap ponselnya dengan muka terlipat ke bawah. Ia tak bisa menghubungi siapa pun, tapi itu lebih baik daripada Arsen yang akan terus merecokinya dengan berbagai pertanyaan yang menyebalkan. Lalu, bagaimana ia bisa bicara dengan Arza? Mungkin ia akan ke kantor Arsen dan mengajak Arza untuk membeli ponsel baru.“Aku akan membelikanmu ponsel baru.” Suara Alec memecah rencana yang baru saja tersusun rapi dalam batinnya.Alea mendongak, melihat Alec yang sudah mengenakan pakaian santainya keluar dari walk in closed. Lalu, ia menggeleng dan menjawab, “Tidak perlu.”“Aku tak suka ditolak.”Ketegasan dalam suara dan tatapan Alec mau tak mau membuat Alea mengangguk setelah diam sejenak. Sepertinya rencananya dengan Arza tak akan berjalan mulus.“Dan maaf aku tak bisa memberimu liburan bulan madu. Aku baru saja kembali ke perusahaan dan segudang pekerjaan benar-benar menyita waktuku. Pernikahan ini be

    Last Updated : 2021-07-05
  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 18

    “Minumlah, ini akan membuatmu nyaman.” Alec meletakkan cangkir berisi teh hijau yang masih mengepulkan asap di nakas.Alea memejamkan matanya. Menarik selimut menutupi wajah. Air matanya sudah mengering, tapi tubuhnya masih lemah dan tak punya tenaga untuk bangkit terduduk meminum minuman yang dibawa Alec. Ia bahkan tak lapar ataupun haus.Alec menarik selimut Alea, mendudukkan wanita itu dan menyuapi Alea menandaskan isi cangkir dalam keheningan. Alea sendiri yang tak menolak perlakuan Alec. Dalam keadaan normal saja ia tak sanggup membantah Alec, apalagi saat hatinya berduka seperti saat ini.Tepat ketika Alea menandaskan minumannya, ponsel Alec bergetar. Alea sempat melirik nama Sesil tertera di layar ponsel pria itu yang berkedip.‘Sesil?’ Sepertinya nama itu terasa familiar.“Ada apa, Sesil?” Alec menjawab panggilan tersebut di depan Alea.Mata Alea melebar, teringat akan wanita cantik yang i

    Last Updated : 2021-07-08
  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 19

    Tak ada pembahasan penting yang Alea ataupun Arza bicarakan. Alea lebih pendiam dari biasanya dan Arza memahami dengan sangat perubahan sikap tersebut. Adiknya itu baru saja kehilangan ibu kandung, begitupun dengannya. Meski tak cukup lama mengenal Natasya Mahendra, tapi wanita paruh baya itu memberinya kasih sayang yang tak bisa ia dapatkan sebagai anak yatim piatu. Yang tak pernah bisa ia lupakan meski sosok itu sudah pergi ke tempat yang sangat jauh.Arza kembali mengantarkan Alea tepat jam sepuluh malam. Menurunkan Alea di depan gerbang rumah Alec yang tinggi.“Alea?” Arza menahan pergelangan tangan Alea sebelum wanita itu membuka pintu mobil.Alea menoleh. Kembali bersandar ke punggung jok dengan kerutan di kening.“Malam ini, jangan lupa minum obat tidurmu. Apa kau menyimpan obatmu?”“Ya.” Alea mengangguk. Tadinya niat Alea membawa obat tidurnya adalah untuk meredakan kepanikannya karena harus berada satu r

    Last Updated : 2021-07-08
  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 20

    Alea benci dengan tatapan itu pada tubuhnya. Alea sangat jijik hingga perutnya mual ketika tangan kotor itu menyentuhnya.‘Jangan sentuh aku!’ tangisnya menyesakkan dada. ‘Kumohon.’‘Tidakkk!!!’Alea terbangun dengan rasa haus luar biasa dan sangat membutuhkan udara. Keringat membasahi sekujur tubuhnya dan napasnya ngos-ngosan. Ia segera membekap mulutnya ketika melihat Alec berbaring di samping menghadap ke arahnya. Beruntung pria itu tak terganggu oleh keresahannya. Ia pun menyalakan lampu nakas dan menandaskan segelas air putih yang tersedia di sana. Lalu turun dan melangkah ke kamar mandi tanpa membuat suara sekecil apa pun.Setelah mengusap wajahnya dengan air dingin, Alea menatap pantulan wajahnya yang sepucat mayat di wastafel. Bagaimana pun ia menyangkal kecantikan yang terukir di setiap sudut wajahnya, Alea tak bisa tak mengakui bahwa dirinya memang cantik. Mungkin bagi sebagian besar

    Last Updated : 2021-07-08

Latest chapter

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   New Story (Saga & Sesil)

    “Jadi, hari ini kau mempunyai seorang tunangan?” Saga menoleh, menutup pintu ruang rawat Sesil, dan menemukan tangan kanan sekaligus kepercayaannya itu berdiri bersandar di dinding samping pintu, Alec Cage. Dengan kedua tangan bersilang di depan dada dan kaca mata hitam tersampir di kepala. Jaket, kaos, jeans dan sepatu serba hitam, cukup mencolok di dinding rumah sakit yang berwarna putih. “Dan besok aku akan menjadi seorang suami. Tak terduga, tapi cukup menyenangkan, bukan.” “Dia bahkan sama sekali tidak mendekati kriteria wanita yang akan kau lirik, apalagi untuk ditiduri.” “Kau melakukan pekerjaanmu dengan sangat baik, Alec. Cincinnya sangat pas di jarinya.” “Dalam hati, aku mengingkari keputusanmu, Saga. Tapi aku tak pernah mampu mempertanyakan keputusanmu.” “Aku tahu.” “Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan dari pria itu. Tidak seharusnya kau melakukan ini pada tunangannya.” Saga menelengkan kepala menatap Alec, se

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Extra Part

    Alec memegang tangan di dalam genggamannya. Basah dan licin. Meremas tangannya begitu kuat. Sekuat tenaga yang mampu dikerahkan. Wajah basah yang dipenuhi peluh itu menoleh ke arahnya. Alec menyematkan dukungan lewat tatapannya. Mempersembahkan cintanya yang begitu besar lewat sinar di matanya. Alea membalasnya dengan seulas senyum tipis di wajahnya yang pucat.Ia ingin penderitaan ini cepat berakhir. Ia benci melihat Alea tidak berdaya seperti ini. Pun dengan kerapuhan wanita itu yang ternyata menyimpan kekuatan teramat besar. Alec memohon semua ini bisa cepat berakhir.Harapannya terkabul. Satu dorongan yang begitu kuat, kemudian kepala Alea terhentak ke belakang, dan kemudian suara tangis bayi bergema memenuhi ruangan.“Aku berhasil,” gumam Alea sangat lirih dengan mata terpejam.Alec menunduk. Mengecup kening Alea yang basah dengan kecupan yang sangat dalam seraya mengangguk. “Ya, kau berhasil melakukannya.”

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 52 (End)

    “Semuanya baik-baik saja. Hanya tekanan dalam perut. Tidak ada darah dan bukan kontraksi ataupun tanda-tanda keguguran.” Alea nyaris menangis lega mendengar penjelasan dokter.“Sebaiknya sang ibu menghindari tindakan-tindakan keras semacam ini lagi. Beruntung tidak terjadi kecelakaan yang serius,” lanjut sang dokter setelah menanyakan tentang rambut berantakan Alea dan sudut bibir wanita yang sedikit robek. Juga luka cakaran di lengan.Alea meringis menahan malu. Mengelus rambut di samping kepalanya mencari kesibukan.“Baik, Dok.”“Suami harus tetap membuat keadaan mood ibu hamil tetap stabil. Tekanan dan stres juga bisa memanding kontraksi yang tidak kita inginkan.”Sekali lagi Arza mengangguk.Dibantu Arza untuk turun dari ranjang pasien. Saat itulah ia baru menyadari tidak membawa sepatu. Sepatunya entah hilang di mana dalam pertarungannya dengan Naina. Tadi Arzalah yang menggendongnya naik

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 51

    Setelah merengek beberapa kali kalau kakinya pegal dan tak kuat berdiri lebih lama lagi, akhirnya Alec mengijinkan Alea pergi ke dekat kolam renang untuk beristirahat. Satu-satunya tempat di rumah ini yang sepi dari tamu undangan.Alea duduk di pinggiran kolam, merendam telapak kakinya yang pegal. Dan udara malam yang berhembus, seketika melenyapkan kegerahannya.Ternyata wanita bernama Sesil itu bukan siapa-siapa, tak henti-hentinya Alea tersenyum mengingat fakta tersebut. Mengulang momen ketika Alec berkata, ‘Apa aku pernah mengatakan itu anakku?’Rasanya dada Alea mengembang dan ingin meledak.‘Bolehkah ia sedikit berharap pada hubungan mereka?’Berharap bahwa Alec memang begitu peduli padanya. Bukan sebagai istri. Bukan sebagai pengandung anak pria itu.‘Apakah harapannya terlalu berlebihan?’Alea takut jika harapannya yang terlalu tinggi, rasa kecewa yang akan didapatkannya saat terhem

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 50

    Alec pulang lebih malam dan Alea masih duduk di sofa menonton televisi. Pria itu mengambil remote TV dan langsung mematikannya.“Sudah malam, Alea. Pergilah tidur.”“Aku masih ingin menonton.”Alec menatap Alea sejenak. “Naiklah ke tempat tidur dan hanya lima belas menit.”Alea ingin membantah, tapi ia memilih diam dan menurut. Berpindah ke tempat tidur.Alec menyalakan TV kembali dan meletakkan remotenya di nakas samping Alea.“Apa kau sudah minum vitaminmu?” Alec membuka laci tempat tablet vitamin Alea disimpan. Memastikan jumlahnya berkurang.Alea mengangguk meski tahu pria itu pasti sudah tahu dari laporan pelayan.Alec memasukkan kembali tablet di tangannya ke nakas. Melonggarkan dasinya ketika hendak membalikkan tubuh.“Alec?” Alea menahan lengan pria itu.Alec menoleh.Alea diam sejenak. “A-apa ... kau akan memiliki anak dengan wanita

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 49

    “Bangun, Alea.”Alea hanya diam ketika Alec menggoyangkan pundak untuk membangunkannya.“Kau harus makan.” Alec tahu wanita itu berpura-pura tertidur. Ia bahkan sudah hendak naik ke mobilnya untuk berangkat ke kantor ketika pelayan melaporkan bahwa Alea tidak memakan makan pagi di saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Yang seharusnya sudah satu jam yang lalu wanita itu menghabiskannya, saat ia masih disibukkan panggilan di ruang kerja.“Apa kauingin makan dari mulutku seperti anak kecil?”Mata Alea membuka, seketika dia bangun terduduk.Alec duduk di pinggir kasur dan mulai menyuapkan satu sendok nasi ke mulut Alea. Entah apa yang membuatnya melakukan hal itu di saat ia sudah sangat terlambat untuk pergi ke kantor, dan bukannya malah membujuk istrinya yang tengah merajuk. “Buka mulutmu.”“Aku bisa makan sendiri.” Alea mengambil piring nasi di tangan Alec.Alec membiarkan

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 48

    “Sepertinya pergelangan kaki istrimu terkilir di kolam renang, Alec,” beritahu Jean Cage ketika Alec masuk ke kamar.Alec duduk di pinggiran ranjang menggantikan Jean Cage, memeriksa pergelangan kaki kanan Alea dan menyentuhnya pelan lalu mendengar ringis kesakitan Alea. “Apakah sakit sekali?”Alea mengangguk.“Sebelah sini?” Alec menekan dengan hati-hati. Mencari pusat rasa sakit tersebut.Sekali lagi Alea mengangguk.Alec kembali mengamati pergelangan kaki Alea dengan lebih teliti. Kemudian menyentuhnya dengan kedua tangan di atas dan bawah, dan secara tiba-tiba menekannya ke arah yang tepat dengan gerakan yang secepat kilat dan perhitungan yang pasti. Ia sudah sering kali mengalami dan menangani kaki atau tangannya yang terkilir, tentu saja hal seperti ini tidak ada artinya.Alea menjerit, tersentak kaget dengan rasa sakit yang lebih besar seperti menghantam pergelangan kakinya dengan keras, sebel

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 47

    “P-perutku,” tahan Alea ketika Alec nyaris menimpakan seluruh tubuh pria itu di atasnya.Alec langsung mengangkat tubuhnya, menyentuh perut Alea dengan hati-hati. “Apakah sakit?”“Sedikit.” Alea mengangguk pelan. “Lakukan dengan pelan-pelan.”“Katakan jika aku membuatmu tak nyaman.”Ada sesuatu yang berbeda dalam keintiman mereka kali ini. Penyerahan Alea yang sepenuhnya menjadi miliknya. Semua sentuhan, kecupan, ciuman, dan rayuan wanita itu dipersembahkan untuknya. Setiap tetes keringat wanita itu karena demi kesenangannya.Alec belum pernah merasakan kepuasan sebesar ini terhadap diri Alea. Keduanya saling memuaskan satu sama lainnya. Bersama-sama memberi kepuasan untuk yang lain. Juga untuk diri mereka sendiri. Mencapai puncak bersama dan saling menjeritkan nama yang lain. Dalam gelombang kenikmatan yang meledak dan berakhir dengan desahan puas.Tubuh Alec jatuh di atas Alea. Me

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 46

    Alec menghambur ke arah Alea dalam dua langkah yang lebar, menyambar pergelangan tangan wanita itu terlalu kuat lalu menyeretnya keluar balkon. Menyeruak di antara kerumunan para tamu yang menatap keduanya penuh ingin tahu. Mengabaikan rintih kesakitan wanita itu ketika melintasi lorong menuju lift. Begitu pintu lift terbuka, Alec mendorong Alea lebih dulu dan Naina menyusul.Naina terlihat sangat gembira dengan adegan yang terpampang di hadapannya. Kilatan licik tak henti-hentinya melintasi bola mata gelap wanita itu. mencari sudut terbaik melihat ekspresi tersiksa Alea.Alec mengeluarkan kunci dari saku jasnya dan langsung memasukkannya ke lubang di bawah deretan angka. Alea mengenali kunci itu seperti yang dimiliki Arsen. Lift itu meluncur turun dengan sangat mulut tanpa hambatan. Tak akan berhenti hingga sampai di lantai yang tuju. Dan tentu saja tak akan ada seorang pun yang akan merecoki amarah Alec terhadap Alea.“Sakit, Alec,” rintih Alea men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status