“M—maafkan aku, Tuan! A—aku hanya disuruh.”Bi Nani, pelayannya Jason yang menukar obat serta vitamin langsung bersimpuh di hadapan kaki Jason. Tangis ketakutan dan penyesalannya mengalir deras, hingga suaranya gagap saat memohon ampun. Jason sama sekali tak tersentuh oleh air mata bi Nani. Sepulang kerja wanita itu langsung diintrogasi di ruang tengah.“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Jason dengan tatapan murka. Elsa, Arka?” tebaknya.Air mata bi Nani langsung terhenti. Kedua bola matanya membesar sempurna, bibirnya bergetar. Akan tetapi, ia tak segera menjawab.“Jika kamu diam, berarti memang mereka yang menyuruhmu,” ucap Jason seraya memundurkan kursi rodanya menjauhi tubuh pelayannya.“Berapa banyak mereka membayarmu hingga kamu berani berkhianat padaku?” sinis Jason dengan tatapan penuh kebencian.Lagi, bibir bi Nani hanya bisa bergetar dan kesulitan untuk menjawab. Jason pun tersenyum sinis. Sungguh ia tak menyangka orang yang selama ini bekerja dengannya selama lima tahun lebih b
Jason membuka kedua bola matanya setelah mendengar pintu kamarnya tertutup. Ia langsung bergegas bangun dari pembaringannya setelah yakin tak ada Yuna di sana. Kedua tangannya mengepal kuat.“Papa, kamu benar-benar mau menyingkirkanku demi anak tirimu,” geram Jason dengan tatapan nanar. “Maaf, pa. Aku tak akan membiarkanmu! Akan kupertahankan hakku.”Dengan tertatih, ia bergeser menjangkau kursi rodanya dan perlahan berpindah lalu bergegas ke kamar mandi. Kamar mandinya sudah didekorasi agar ia tak kesulitan membilas tubuhnya sendiri. Jason meredamkan emosi dan pikirannya dengan air pancuran yang hangat.Tak perlu lama, setelah busa sabun dalam tubuhnya bersih, ia langsung menutup tubuhnya dengan handuk dan berpindah ke kursi roda. Jason tetap bertekad untuk menghadiri undangan Brian dan menanyakan langsung tentang tujuannya. Ia tak perlu berbasa basi dengan papanya yang sudah terlalu jauh, menurutnya.Akan tetapi, Jason yang hendak bersiap cepat harus terhenti saat baru saja keluar d
Yuna mendorong kursi rodanya Jason hingga memasuki ruang tengah mansionnya Brian. Luas bangunan tersebut tak berbeda jauh dengan mansion Jason. Hanya halaman depannya lebih luas milih CEO lumpuh tersebut. “Selamat datang anakku!” sambut Brian ramah diikuti senyuman lebarnya dan langsung menghentikan langkah Yuna.. Tak ada rasa garis penyesalan ataupun rasa bersalah pada wajah Brian. Lelaki itu tampak bersikap seolah tak terjadi apa pun di antara dirinya dan anak kandungnya. Jason membalas senyuman papanya dengan senyuman lebar. Kemudian ia menoleh ke belakang pada Yuna tanpa bersuara. Akan tetapi dokter cantik itu mengerti maksudnya. Yuna melangkah maju dan menyerahkan paper bag pada Brian. “Aku membawakan kue muffin vanilla keju, kesukaanmu,” jelas Jason saat Brian menerima pemberian Yuna. “Ah, rasanya mungkin sedikit hambar karena aku memesan yang less sugar. Terlalu banyak gula tak bagus untuk kesehatanmu ... Papa harus mulai menjaga kesehatanmu agar bisa berumur panjang!” lanju
“Tuan, Anda baik-baik saja?”Yuna meraih pundak Jason yang tampak gelisah. Lelaki itu tak merespons, tetapi memilih menarik dasinya untuk dilonggarkan. Perjalanan mereka masih sedikit jauh.“Pak Rama, tolong sedikit lebih cepat!” titah Yuna pada sopirnya Jason.“Baik, Dok,” sahutnya cepat.Dokter cantik itu langsung mendekat pada Jason dan membantunya melepaskan dasi serta kancing kerahnya. Kemudian Yuna melepaskan jas tuksedo lelaki itu dengan cepat dan hati-hati. Napas Jason semakin tersengal dan terus kesulitan bernapas.“Atur napasmu dan ikuti instruksi dariku!” pinta Yuna lalu memandu pasiennya.Sayangnya, wajah Jason bertambah pucat dan gelisah. Ia kesulitan untuk mengikuti instruksi Yuna. Tubuhnya mulai melemas dan jatuh dalam pelukan Yuna.“Tuan!” panggil Yuna membawa tubuh Jason pada sandaran kursi.Tubuh lelaki itu terasa dingin. Detak jantung Jason terlalu lemah. Suara napasnya terdengar tercekik.“Tuan, respons aku, jika mendengar suaraku!” Yuna memastikan Jason masih ters
Perlahan Jason membuka kedua matanya. Yuna tampak sedikit salah tingkah. Cemas, jika lelaki itu salah mengartikan maksud dan tindakannya.“Tu—tuan tidak tidur?” tanya Yuna gagap. “Maksudku tadi ....”Yuna tak melanjutkan penjelasannya. Tampaknya Jason sudah mencerna maksudnya dan ia tak berani menduganya. “Maafkan aku jika betingkah tak sopan,” pungkasnya.Jason tersenyum tipis. Ia lantas menyingkirkan selimut di atas dadanya, lalu membawa tubuhnya bangkit. Jason bergeser sedikit untuk duduk. Tentu saja Yuna refleks membantunya dan menyiapkan bantal untuk Jason bersandar. Lelaki itu lalu melirik ke arah lorong ruang gantinya. “Bisa tolong ambilkan kaos tipis untukku di ruangan itu!” pintan Jason sopan.Yuna mengangguk dan bergegas menuju ruangan tersebut. Wajahnya terlihat masih menahan malu, hingga ia menutupi wajahnya setelah berada di sana. Yuna meringis bingung merasa ucapan dan tindakannya terlalu berlebihan.“Bagaimana kalau tuan Jason mengira aku menggodanya?” Yuna bertanya da
“Menggodaku?” Jason berkata terdengar mengejek, bahkan diakhiri desis sinis. Ia lalu menoleh pada Yuna yang tampak terkejut dengan reaksinya.“Mungkinkah kamu merasa kasihan padaku?” sambung Jason menebak. Yuna terdiam sesaat. Ia bukan baru kali ini menghadapi seorang pasien seperti Jason. Terkadang mereka tak ingin dikasihani karena merasa dihina dan mengira tak bisa melakukan apa pun dengan keterbatasan fisik yang dideritanya.“Aku tak butuh belas kasihan ... itu yang ingin Tuan tegaskan?” ucap Yuna langsung membuat Jason tak bergeming.Dokter cantik itu lantas tersenyum dan memilih duduk di tepi ranjang Jason. “Tuan tahu kenapa aku menerima tawaranmu?” tanya Yuna mempertahankan senyuman manisnya.Jason tak menjawab dan tak merespons. Yuna menghela napas panjang nan dalam. Bayangan tentang kebahagiaannya yang diberi kesempatan mengulang waktu membuatnya terus tersenyum, hingga membuat Jason menatapnya penasaran.“Aku pernah merasakan di posisi Tuan Jason. Dikhianati oleh orang yang
Yuna melongo dan bingung dengan tubuh mendadak seperti patung, sulit digerakkan. Iris matanya mengikuti gerakan Jason yang menghampiri dirinya. Dokter cantik itu baru tersadar saat Jason sudah berada di hadapannya.“Kamu masih takut gendut?” tanya Jason, “ambilkan satu untukku! Aku tak bisa tidur dalam keadaan lapar.”Jason menunjuk mie instan cup dalam kabinet atas, dekat kepala Yuna. Dokter cantik itu mendadak seperti orang linglung, tetapi ia menurut. Yuna memberikan satu cup masih dalam keadaan bingung.Lelaki itu sama sekali tak kesulitan membuka dan menaburkan bumbu mie instan tersebut. Tiba-tiba Yuna tersadar saat Jason hendak menuangkan air panas dari dispenser. Secepatnya ia menghampiri lelaki itu, cemas jika Jason terkena air panas tersebut.“Biar aku saja, Tuan—“Ucapan Yuna terpotong. Jason terlalu terkejut saat Yuna mendekati dirinya dan hendak meraih cup di tangannya yang baru saja terisi air panas. Tak sengaja melepaskan cup tersebut, hingga tumpah di atas tangan dokter
Pagi hari sekali, Yuna dan Jason sudah berada di ruang fisioterapi. Pengobatan pertama yang akan dijalani Jason oleh Yuna. Namun sesuai dengan rencana dokter cantik itu, CEO tampan itu diminta menjalani meditasi sejenis yoga sebagai pemanasan dan mengendalikan emosinya.Jason mengikuti semua instruksi dari dokter pribadinya tanpa berani membantah. Kali ini mereka benar-benar terlihat sebagai seorang dokter dan pasien. Yuna bahkan sangat profesional, hingga ia lupa jika tadi malam Jason membuatnya kesal dengan sindiran gendut.“Atur napasmu secara teratur. Hirup oksigen yang dalam, lalu buang secara perlahan!” titah Yuna menciptakan suasana yang tenang untuk menjernihkan pikiran Jason. Dokter cantik itu membuka kedua bola matanya, memastikan Jason melakukan perintahnya dengan benar. 30 menit cukup untuknya melakukan pemanasan dan yoga. Yuna langsung memindahkan Jason pada ranjang besi dalam ruangan tersebut.Beberapa pemeriksaan dan terapi dengan alat-alat yang sudah tersedia di sana,
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman