Yuna kembali menatap lekat wajah Vina. Terlihat jelas raut wajah kecewa dan nelangsanya memudar. Tentu saja dokter cantik itu keheranan.“Apa yang terjadi? Kamu tidak ingin menanyakan penyebab janinmu harus dikeluarkan?” tanya Yuna memastikan.Dari cerita teman seprofesinya, terutama dokter kandungan yang kini menangani Vina. Pasien mereka mengalami syok dan terguncang cukup lama setelah tahu janin yang mereka kasihi tak bisa diselamatkan. Yuna memang melihat raut wajah syok dan kecewanya Vina, tetapi kini sudah berubah. Tentu saja ia curiga.Sadar Yuna menatapnya waspada, Vina memberanikan diri bangkit dari pembaringannya. Sontak saja Yuna refleks bangkit dan membantu wanita di hadapannya yang berstatus pasien untuk bangkit. Dokter cantik itu bahkan mengatur posisi duduknya Vina agar terasa nyaman.
“Tamara. Sepupunya tuan Jason ... wanita itu lebih licik dariku,” terang Vina dengan tatapan sungguh-sungguh.Yuna tersentak. Jujur saja ia sedikit tak percaya dengan jawaban Vina. Akan tetapi, ia dapat melihat wanita di hadapannya tak ada rasa ragu sedikit pun.Vina memang munafik, tetapi hatinya lebih percaya dengannya. Kedua bola mata Yuna bergerak ke kanan dan ke kiri, seolah mencerna dan berpikir tentang ucapan mantan sahabatnya atau menyingkirkan rasa ragu yang masih menahannya untuk percaya. Ia lantas menunduk dengan pikiran yang berkecamuk.Bukankah Jason mengatakan jika Tamara terjebak dalam jeratnya Arka dan dia tak bisa lepas lalu meminta bantuan Adam. Penjelasan Jason terdengar sangat meyakinkan, tetapi tatapan wanita di hadapannya sama meyakinkan juga. Sadar Yuna tak merespon, Vina tahu mantan sahabatnya ragu.“Yuna, kamu harus percaya padaku! Jangan biarkan Jason salah jalan!” pinta Vina memohon seraya meraih tangan dokter cantik itu.Sontak saja Yuna langsung membuka ma
Di depan ruangan rawat Vina sudah dijaga oleh dua petugas keamanan. Mereka bahkan menahan Yuna yang hendak masuk ke dalam sana. Sontak saja dokter cantik itu terkejut dengan reaksi mereka.“Mohon maaf, Dokter Yuna tak diizinkan masuk sesuai instruksi yang baru saja saya terima,” jelas salah satu petugas tersebut seraya menahan tubuh Yuna agar tak memaksa masuk.Sementara petugas sebelahnya mengizinkan para dokter lain masuk ke dalam. Yuna lantas menghela napas sebentar dengan raut wajah bingung dan panik. Ia lantas menatap petugas yang menahannya setelah semua dokter masuk ke dalam. Setidaknya Vina pasti akan mendapatkan penanganan yang tepat.“Kenapa saya tak boleh masuk?” cecar Yuna langsung. Ia bahkan memberikan tatapan kesal.“Berdasarkan laporan perawat yang terakhir masuk, pasien mengalami kejang setelah Dokter Yuna keluar. Jadi, kami diminta untuk memastikan keselamatan pasien di dalam. Bukankah saat ini Dokter Yuna bukanlah dokter tetap di rumah sakit ini, jadi Dokter tak ada
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo