Baru saja Adam meninggalkan Kinanti bersama Serena tetapi, Kini Adam kembali lagi untuk menemuinya.Rasa bersalah tidak dapat di katakan oleh Adam, semua kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya meninggalkan penyesalan yang begitu dalam dan sangat menyakitkan dirinya sendiri.Bahkan kini Adam juga merasa takut jika Kinanti tidak bisa memaafkan dirinya.Kaki Adam cepat-cepat masuk kedalam rumah, tidak sabar menemui Kinanti kembali.Dengan cepat tangan Adam memegang gagang pintu lalu, memutarnya dan melihat Kinanti masih terlelap karena obat yang barusan ia berikan.Serena tersadar ada yang membuka pintu, cukup terkejut melihat Adam yang baru saja berpamitan kini sudah kembali lagi."Kau boleh istirahat," titah Adam.Serena mengangguk, ia segera menuju kamar yang terletak tidak jauh dari kamar yang ditempati oleh Kinanti.Sedangkan Adam kembali menutup pintu kamar dengan rapat, rasa nya sangat menyesal sudah menghina Kinanti dengan begitu kejam.Entah mengapa kini dirinya seperti manus
Adam segera melakukan tindakan di bantu oleh Serena, setelah tubuh Kinanti tidak lagi kejang-kejang, Adam menarik selimut untuk menyelimuti tubuh Kinanti yang kembali terlelap karena obat yang diberikan oleh Adam."Dokter, nyawa Kinanti dipertaruhkan saat ini, janin itu sulit untuk di pertahankan, bukankah lebih baik janin itu di angkat saja," Serena tidak kuasa melihat penderitaan Kinanti.Wajah pucat Kinanti terlihat sangat memprihatikan, tidak kah ada rasa kasihan Adam melihat ini semuanya."Kita lihat dua hari kedepan, saya masih yakin jika janin itu masih bisa di selamatkan," jawab Adam sambil terus menatap wajah Kinanti."Bagaimana jika sebelum dua hati ternyata Kinanti kehilangan nyawanya."Dengan refleks Adam menatap Serena, kata-kata Serena seakan sebuah ancam yang mengerikan.Kehilangan janinnya maka Kinanti pun akan pergi dari hidup nya.Jika di pertahankan maka resikonya adalah nyawa Kinanti sendiri."Jika janin itu di angkat anda masih berkemungkinan untuk melihat Kinanti
"Kinanti, aku khilaf dan tolong maafkan aku."Sejenak Kinanti berhenti tertawa lalu, beralih menatap wajah serius Adam."Benar kah?" Kinanti tersenyum seakan mengejek Adam."Kinanti, tolong maafkan aku.""Acting anda bagus tuan, cocok untuk menjadi aktor," ujar Kinanti dengan di iringi tawa, "katakan saja anda ingin saya mempertahankan janin ini dan setelah dia lahir anda akan merampasnya, licik sekali," tebak Kinanti."Aku tidak akan mengambilnya dari mu, kemarin aku mengatakan itu karena aku pikir kau dan pria itu sudah melakukan hal kotor dan aku sudah salah setelah mendengar semua penjelasan yang sebenarnya.""Benarkah?!" "Kinanti," Adam menatap Kinanti penuh harap, berharap mendapatkan maaf."Iya, karena, bagi mu aku ini jalang," Kinanti masih belum bisa melupakan rasa sakitnya.Adam sungguh membuat hati nya terluka begitu dalam.Adam tidak lagi berdebat, ia memilih keluar dari kamar lalu segera menuju dapur untuk membuatkan sepiring nasi goreng kesukaan Kinanti seperti biasanya
"Tidak perlu mengatakan jalang, aku ini tidak menggodanya terlebih dulu sehingga dia menikahi aku, kenapa mulutnya malah mengatakan bahwa aku jalang. Dia juga mungkin ragu ini anaknya," Kinanti memeluk perutnya merasa janin itu sangat malang sekali."Kalau dia ragu, dia tidak akan mati-matian mempertahankan anak itu, kau tahu? Dia mengabaikan Ibu Renata demi kamu, demi menjaga mu dan kandungan mu!" Kini bukan lagi Kinanti yang emosi, tapi Serena. Baginya Kinanti dan Adam sama-sama memiliki perasaan hanya saja tidak ada yang berani mengakuinya."Cepat minum vitamin ini, kalaupun kau tidak ingin meminumnya karena suami mu minimal demi anak mu."Serena meletakan beberapa butir obat pada telapak tangan Kinanti, lalu kembali mengambil mineral sisa Kinanti barusan.Kinanti masih diam sambil menatap butiran obat di tangannya."Tapi aku tidak rela jika anak ku nanti akan di ambil.""Minum obat itu sekarang, hilangkan pikiran buruk mu itu, memangnya kau tidak mencintai nya?" Tanya Serena pen
"Kau ingin aku menjadi pembunuh?!""Aku ingin mendapatkan maaf dari mu! Aku sudah mendengar penjelasan dari Nirwan!""Aku tidak peduli!" Kerasnya hati Kinanti tidak dapat di runtuh kan oleh Adam, rasa sakitnya sungguh terlalu hingga sulit untuk berdamai."Jangan terlalu lama berdiri," Adam memegang lengang Kinanti, takut nantinya malah membuatnya tubuh lemah itu terjatuh."Jangan pegang-pegang!""Aku hanya membantu mu, dan hanya ingin kandungan mu tetap baik-baik saja, bisa di selamatkan, setelah itu terserah pada mu, aku pun tidak akan pernah mengambil anak itu!" Jelas Adam, untuk yang kesekian kalinya berharap Kinanti mau mengerti jika ia seorang tidak berbohong."Kau janji?""Iya!"Kinanti menjatuhkan benda tajam di tangannya pada lantai, walaupun begitu masih belum ada kata maaf untuk Adam."Sebenarnya jika di suruh memilih memaafkan mu atau membunuh mu aku lebih memilih membunuh mu, tapi, aku masih waras dan ingin membesarkan anak ku!" Papar Adam. "Ayo Mas bantu, jangan terlalu
"Baiklah begini saja, mau mu sekarang apa asal bisa menerima maaf ku?" Tanya Adam dengan serius.Kinanti membuang pandangannya kesal pada Adam yang tidak memiliki pendirian."Kamu mau kita bercerai begitu kan?" Tanya Adam dengan susah payahnya.Kinanti beralih menatap Adam kembali, menatap wajah pria yang tidak tahu apa yang sebenarnya di inginkan nya."Baiklah, tapi sampai anak itu lahir, aku akan menepatinya, asal kamu mau memaafkan aku.""Kau tidak menepati janji mu, antara apa yang kau katakan hari ini dan kemarin saja berbeda!""Aku berjanji, kecuali kamu tidak memaafkan aku."Kinanti diam tapi sebenarnya ingin berteriak sekencang-kencangnya, jujur saja sudah tidak sanggup berada di posisi saat ini.Kinanti juga seorang wanita yang ingin bahagia, di cintai dan di hargai."Ya," Adam menatap manik mata Kinanti dengan dalam, "kali ini aku tidak akan berbohong dan tidak akan menyakitimu lagi, aku mohon, kau akan ku lepaskan setelah anak itu lahir tapi kau harus mengijinkan aku bertem
Pagi ini semua duduk di kursi meja makan dalam hening menikmati sarapan pagi bersama seperti biasanya."Ini tiket liburan, Kakak mau kalian beberapa hari ke depan honeymoon ke Bali, semua sudah di siapkan kalian tinggal berangkat saja."Hanna meletakan dua tiket liburan untuk Adam dan Renata, tidak ingin rumah tangga adiknya hancur menjadi alasan utama."Kak, aku sedang-""Tidak ada alasan!" Timpal Hanna dengan cepat."Sayang, ayolah, sudah lama sekali kau tidak memiliki waktu untuk ku," Renata memeluk lengan Adam.Matanya berkaca-kaca menahan air mata yang ingin tumpah, perasaan Renata kini ada yang berbeda dari Adam.Cinta Adam tidak sebesar dulu, senyuman Adam tidak lagi setulus dulu, bahkan Adam tak pernah lagi menyentuhnya.Sakit tak berdarah tapi, terhina.Semalam saja Renata menawarkan diri tapi, Adam menolak dengan cara halus.Ini bukan Adam.Suaminya tidak begini."Adam!" Hanna menyadari raut wajah sedih Renata, hingga ia menatap adiknya dengan tajam."Adam, apa yang dikatak
"Dokter Adam mau bicara," Serena memberikan ponselnya pada Kinanti."CK!" Kinanti mendorong ponsel Serena tidak ada rasa tertarik untuk berbicara dengan Adam.Kinanti lebih memilih fokus pada makanan nya dan mulai makan dengan lahap dan berdoa semoga setelah ini tidak akan muntah lagi.Seharian muntah-muntah membuat nya menjadi lemas, bahkan bergerak saja begitu sulit."Kinan," Serena kembali memberikan ponselnya, berharap Kinanti mau berbicara walaupun hanya sebentar."Aku sedang makan."Kinanti menunjukkan piring yang kini berada di atas ranjang, dan ia duduk bersila, menyendok nasi dengan tangan kanan yang masih terpasang selang infus.Sebenarnya kemarin selan infus nya ada di tangan sebelah kiri tetapi, siang tadi Serena memindahkan ke tangan kanan karena tangannya kiri Kinanti mulai bengkak.Hampir satu Minggu sudah tangan Kinanti terpaksa di pasang infus, karena keadaan nya yang kadang-kadang mengkhawatirkan.Sehingga Adam belum mengijinkan Serena untuk melepas selang infusnya.