Selamat datang di season 2 Kakak, saya mau lanjut novel Mentari dan yang lainnya di sini.Salam cinta Kakak.***Beberapa tahun kemudian........................Tubuhnya tegap, hidung mancung, jambang tipis yang melekat pada sebagian wajahnya tidak kalah tampan dari sang Ayah.Matanya setajam elang, namanya Fikri Agatha Sanjaya yang baru saja kembali dari Amerika setelah menyelesaikan pendidikan S2.Niat hati kembali ke rumah untuk memberikan kejutan untuk kedua orang tuanya, sehingga tidak memberitahu pada siapapun.Tepat saat hujan dan juga gemuruh yang saling bersahut-sahutan, lampu pun padam seketika itu juga.Fikri pun melangkah masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya, bibirnya tersenyum bahagia ingin bertemu dengan seorang wanita yang juga membuatnya jatuh hati.Wanita yang selama ini selalu bertengkar dengan nya, tapi sebenarnya Fikri sudah jatuh hati sejak mereka masih duduk di bangku SMP.Awalnya merasa cinta itu hanyalah cinta monyet, sayangnya tidak.Cinta itu ternyata masih
Dengan meremas selimut di dada Diva mencoba untuk melihat wajah Fikri.Tatapan mata Fikri begitu tajam mengarah padanya.Sesaat kemudian Fikri mendekati Diva, rahangnya mengeras sempurna.Dengan buku-buku jarinya yang terlihat, saat terkepal erat."Apa yang kau lakukan di kamar ini?" Tanya Fikri berusaha untuk tetap menahan amarahnya.Glek!Diva meneguk saliva mendengar pertanyaan itu, seketika air matanya menetes sambil menggeleng.Dirinya juga tidak tahu mengapa bisa ada di kamar tersebut.Terakhir kalinya dirinya berada di apartemen milik salah satu sahabatnya bersama dengan Nada juga.Niat hati hanya ingin coba-coba untuk minum, tapi malah membuatnya bingung di saat ini.Ya benar! Diva mengingat saat mereka minum bersama dengan Nada dan beberapa temannya karena penasaran.Tapi setelah nya?Diva tidak tahu apa-apa.Lalu dimana Nada?Apa yang terjadi sungguh membingungkan, Diva tidur mengingat sama sekali."Jawab!" Bentak Fikri.Diva pun tersentak, pertama kalinya mendengar suara k
Plak!Tangan Bayu melayang di wajah Diva, karena Kinanti susah menceritakan apa yang dilihatnya."Bayu! Kamu tidak boleh melakukan itu!" Kinanti memang membenci apa yang terjadi, tetapi tidak membenarkan saat Bayu menampar Diva."Apa yang kamu lakukan sangat memalukan!" Kata Bayu pada anaknya."Aku mengatakan itu karena ingin mencari solusi, bukan malah menamparnya!" Geram Kinanti pada Bayu.Diva memegangi pipinya yang lebam, tanpa sengaja matanya mengarah pada Fikri yang duduk di sofa.Bibir Fikri seakan tersenyum bahagia melihat penderitaan Diva."Mam....Pus," kata Fikri dengan tanpa suara, namun bibirnya bergeser dengan jelas hingga tahu jelas apa yang dikatakan oleh Fikri.Diva semakin kesal, karena terus saja Fikri menganggapnya sebagai tersangka dari samua yang terjadi."Nikahkan saja!" Papar Bayu."Om, Fikri-" "Diam! Sejak kapan kau jadi lelaki pecundang? Bertanggung jawab atas semua yang kau lakukan!" Kata Adam dengan memotong ucapan Fikri.Sepakat untuk menikahkan Fikri dan
Karena acara pertunangan Fikri dan Diva akan dilangsungkan dua hari lagi, maka persiapan pun perlu dilakukan."Tari, cepat Nak!" Renata mendatangi kamar putri sulungnya, sebab sudah menunggu di teras dari tadi. Anehnya Mentari tidak juga keluar dari kamarnya.Mentari masih memilih berada di bawah selimut, sebab dirinya tidak berminat untuk datang ke rumah Kinanti.Kecuali saat Fikri tidak ada.Barulah bersemangat, selain ada Nada juga ada Kinanti dengan masakannya yang menjadi favorit dari lidah Mentari.Dan saat ada Fikri Mentari sangat tidak berminat ke rumah Kinanti."Mom, Tari nggak usah ikut," Mentari tidak berpindah sedikitpun yang ada semakin memeluk guling yang jauh lebih menyenangkan."Kenapa begitu?" "Ada Fikri, Tari nggak mau kalau ketemu sama laki-laki paling menyebalkan itu. Mom tahukan Tari musuhan sama Fikri, tiap ketemu Tari selalu terjolomi." Renata pun tersenyum mendengar keluhan putrinya, tetapi sebenarnya Renata merasa jika Fikri memiliki perasaan terhadap Mentar
Terus saja mengompres lehernya yang terkena gigitan nyamuk nakal, entah mengapa selalu saja dirinya menjadi korban dari kejailan seorang Fikri.Sambil berdiri di depan cermin untuk melihat benda merah keunguan dilehernya, tangannya yang memegang kain pun terus berusaha bergerak agar bekas tersebut segera menghilang.Apa kata dunia jika ada yang melihatnya, terutama Renata.Oh tidak.Mom nya itu pasti akan sangat marah jika saja melihatnya."Apa maunya coba? Kenapa dia selalu saja semena-mena pada ku. Aku ini juga manusia, sejak dulu sampai sekarang selalu saja aku di lecehkan oleh pria gila itu! Kenapa?" Mulut Mentari terus saja menggerutu kesal, sambil memandangi diri di balik pantulan cermin yang lebar di hadapannya.Lagi-lagi Mentari mendesus, otaknya terus saja mencari jawaban atas Fikri yang sangat suka mengganggunya. Sehingga selalu saja Mentari berusaha menghindari untuk bertemu Fikri.Namun, anehnya selalu saja bertemu walau sudah menghindar, tidak tahu mengapa begitu."Kalau
"Kenapa? Apa Kurangnya aku?" Bisik Fikri di telinga Mentari.Mentari semakin kesal, kedua tangannya mencengkram erat masing-masing tangan Fikri berharap Fikri kesakitan dan mau melepaskan diri nya.Tapi sepertinya tidak sama sekali, karena Fikri terlihat tenang dan tidak merasakan apa-apa."Kamu jelek, jahat, yang paling penting, aku nggak suka sama kamu!" Teriak Mentari di depan wajah Fikri.Fikri tersenyum dan mencium bibir Mentari yang menggemaskan itu, di matanya Mentari selalu saja terlihat cantik tanpa ada yang bisa merubah pandangannya tersebut."Kamu apaan sih?" Mentari mendorong wajah Fikri agar menjauh."Yakin aku tidak tampan?" Bisik Fikri dengan suara begitu lembut."Iya memang!" Teriak Mentari pada daun telinga Fikri.Fikri lagi-lagi tersenyum, dirinya memeluk Mentari dengan eratnya karena sangat merindukan, selama berbulan-bulan tidak melihat langsung wajah Mentari."Fikri lepas! Ini sudah pelecehan! Aku bilangin kamu ke Daddy, atau ke Om Adam!" Kali ini Mentari mengeluar
"Mom!" Mentari terkejut melihat Renata yang berhasil membuka pintu kamar nya.Sejenak merasa pintar terkunci, tapi kenapa bisa terbuka.Mata Mentari pun menatap pintu yang terbuka, terlihat ada kunci di sana artinya Renata mencari kunci cadangan.Tapi masalahnya sekarang bukan itu, Mentari pun mengingat ada Fikri di kamarnya.Tamat sudah riwayat hidupnya saat ini juga, Renata pasti marah besar melihatnya bersama laki-laki di kamarnya.Tidak mungkin Renata percaya bahwa Fikri masuk sendiri.Pastinya siapapun akan berpikir jika Mentari sendiri yang mengundang."Kamu kenapa?" Renata pun merasa bingung melihat MentariWajah panik dan ketakutan tentu saja tidak bisa dibohongi."Kamu kenapa? Seperti dikejar setan saja!" Kata Renata lagi.Kebingungan melihat kelakuan aneh anaknya.Mentari pun mulai melihat ke belakang, barusan Fikri berada di sana.Tapi sekarang tidak ada, sehingga membuatnya benar-benar pening.Bukankah barusan Fikri berada di sana juga, ataukah dirinya yang sedang berhalus
Keesokan harinya Mentari pun bersiap-siap untuk berangkat bekerja.Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di rumah sakit.Bibirnya terus saja tersenyum bahagia sebab, apa yang di cita-citakan sudah tercapai dengan baik.Sekali lagi Mentari memastikan penampilannya di cermin.Rok span berpadu kemeja putih adalah pakaian pakaian favorit nya, tapi tidak begitu ketat sebab Renata sangat tidak suka melihat Mentari menggunakan pakaian yang terlalu menonjol.***Berbeda lagi dengan Diva, hari ini dirinya bersiap-siap untuk berangkat menuju kampus, kesukaannya adalah pakaian ketat yang sangat menonjolkan bentuk tubuhnya.Rok mini berpadu dengan kemeja coklat menonjolkan dadanya yang memang besar.Itulah pakaian yang selalu membuatnya begitu percaya diri."Diva," Serena pun memasuki kamar putrinya, seperti biasanya. Tanpa ijin."Umi!" Seru Diva dengan kesal.Serena pun mengibas-ngibaskan tangannya, kemudian memperhatikan penampilan putrinya."Kamu mau ke kampus atau ke club?" Serena sangat ti