Renata tidak ingin terus dalam kesedihannya, hingga memilih keluar dari zona menyedihkan tersebut.Menutup luka lama dan membuka lembaran baru penuh kebahagiaan.Semoga saja."Kamu udah pinter ngelawak ya," Zidan yang tengah serius berbicara malah tertawa terbahak-bahak melihat ulah Renata yang aneh."Aku ngantuk, katanya besok mau jalan-jalan. Kok aku di ajak ngomong terus!""Abis aku ajak bikin adik buat Mentari kamu enggak mau!""Zidan!" Renata berbalik memunggungi Zidan, rasanya aneh jika mengingat pertemanan mereka kini malah menjadi pasangan suami istri.Di tambah lagi Renata tahu bertapa Zidan sangat nakal, memanggilnya seringkali dengan sebutan tolol.Sungguh Renata tidak menyangka kini mereka sudah menikah.Malah kini bersikap manis seperti seorang pria yang baru dikenalnya.Memang tidak salah.Hanya saja Renata butuh waktu untuk menyesuaikan keadaan kini dan masa lalu saat masih menjadi teman baik.Renata pun sedang berusaha untuk mencintai Zidan dengan sepenuh hati.Andai sa
Mata Serena terlelap dalam tidur, Bayu menatap wajah istrinya hanya dengan penerangan rembulan malam.Ada rasa penasaran yang mendalam dengan penuh rasa curiga, mungkinkah benar Serena tidak pernah melakukan KB setelah saat itu.Sudah bertahun lamanya menikah, sampai saat ini pun belum ada tanda-tanda kehamilan hingga dirinya juga bertanya-tanya adakah yang salah dari mereka berdua.Bayu pun merasa memiliki peluang untuk berbicara dengan Kinanti, perlahan keluar dari dalam tenda menghubungi Kinanti agar keluar menemuinya kembali.Kinanti hampir saja terlelap, terpaksa harus menemui Bayu yang memohon."Apa?" Ketus Kinanti saat masih berada di ambang pintu rumah sederhana sang Ayah."Aku ingin bicara, sekaligus meminta bantuan mu!" Bayu pun menarik tangan Kinanti untuk duduk di kursi.Adam melihat dari jendela kamar, dirinya tidak merasa cemburu dengan kedekatan Bayu dan Kinanti lagi. Sebab, dirinya sadar persahabatan Bayu dan Kinanti begitu tulus.Justru Adam merasa berterima kasih ka
Pagi yang cerah dengan pemandangan yang begitu asri, menyejukkan mata dan terasa lebih berbeda.Suasananya yang nyaman dan tentram tentunya sangat mempengaruhi kesehatan pikiran, sejenak menepikan banyaknya pekerjaan di kota.Menikmati liburan sederhana. Namun, penuh kesan yang berbeda."Selamat pagi sayang?" Adam mengecup kening Kinanti saat terbangun dari tidurnya.Melihat istrinya tengah mengambil ponselnya dibawah bantal.Kinanti pun tersenyum melihat Adam yang sudah bangun tidur."Kinan, bikin Mas kebangun ya?"Adam tersenyum penuh cinta menatap istrinya yang begitu cantik, bulu mata lentik, rambut panjang yang terurai indah.Walaupun sebenarnya ranjang dengan kasur yang terbilang cukup keras tetapi, tidak ada keluh yang terlontar dari bibir Adam.Dan mungkin sebenarnya Adam merasa kamar yang mereka tempati jauh dari kata bagus, tetapi tetap saja Adam menikmati tidurnya walaupun sedikit sulit memejamkan mata."Maaf ya Mas, di kampung memang begini. Kinan, udah biasa hidup begini,
"Fikri dan Kenan sama Kakek," kata Rahmat.Rahmat merasa bahagia ketika kedua cucunya datang mengunjunginya, momen seperti ini terbilang langka. Sehingga tidak akan menyia-nyiakan begitu saja."Ayah masih sakit, sebaiknya istirahat," kata Kinanti tidak memberikan ijin."Ayah sudah sembuh, apa lagi kalau bermain dengan cucu Ayah," Rahmat tersenyum bahagia melihat cucu-cucunya yang tampan."Tapi Ayah.......""Sayang," Adam menegur Kinanti.Melihat Rahmat begitu bahagia bersama cucunya membuat Adam tidak tega untuk melihatnya, mungkin bagi kita benar jika terlalu lelah bisa membuat keadaan lebih buruk.Tetapi tidak bagi sebagaimana seorang, seperti Rahmat yang begitu bahagia saat kedua cucunya datang mengunjunginya.Bahkan sakitnya pun terasa sehat."Baiklah, tapi nanti Fikri dan Kenan harus menjaga Kakek," ujar Kinanti pada kedua anaknya."Siap ibu negara, hehe," keduanya cengengesan saat Kinanti memberikan perintah."Ayah juga jangan lupa untuk istirahat," Kinanti tersenyum melihat waj
Semuanya berjalan dengan pasangan masing-masing, Kinanti dan Adam berjalan paling depan.Kemudian Zidan dan Renata, berlanjut Serena dan Bayu. Sedangkan yang paling belakang ada Ferdian dan Zahra.Di antara ke empat pasangan suami istri itu hanya Zahra dan Ferdian yang tidak berpegang tangan.Keduanya hanya diam tanpa bicara, bahkan bibir Zahra terus mengerucut saat Ferdian sesekali meliriknya."Apa lihat-lihat!" Ketus Zahra.Pemandangan yang indah seketika terasa rusak karena melihat wajah Ferdian, ingin sekali menelan suami sialannya itu hidup-hidup agar terakhir di toilet. Setelah itu mata indahnya tidak akan melihat wajah menyebalkan Ferdian lagi.Ferdian hanya diam saat Zahra mengibaratkan bendera perang, tidak ada senyum apa lagi jawaban.Wajahnya hanya datar tanpa bicara, sampai akhirnya tanpa sengaja Zahra menginjak kulit pisang dan terjatuh di atas aspal."Aduh," Zahra meringis menahan sakit pada bokongnya yang tersentak."Zahra," Serena berhenti melangkah dan menoleh kebelak
"Mas, turunin, udah jauh!" Kinanti melihat ke belakang, tidak terlihat Imas sama sekali.Bahkan mereka sudah berlari begitu jauh."Apa benar?" Adam pun berhenti dengan napas yang terengah-engah.Kinanti pun turun dari punggung Adam, tidak tega melihat suaminya dengan napas yang terengah-engah merasakan lelah."Sayang, apakah banyak yang seperti itu di desa ini? Kalau banyak sebaiknya kita pulang secepatnya, atau tetap berada di dalam rumah saja," kata Adam masih melihat ke belakang, memastikan bahwa benar-benar tidak ada wanita tua dan tidak waras barusan mengejar mereka.Sedangkan di depan sana, Zidan, Renata, Serena, Bayu, Ferdian dan Zahra juga berhenti berlari.Adam dan Kinanti pun bergabung bersama yang lainnya.Semua masih mengatur napas, mencari udara sebanyak-banyaknya agar bisa menjadi normal kembali.Terkecuali Kinanti, sebab dirinya di gendong oleh Adam.Tiba-tiba saja Kinanti tertawa terbahak-bahak, hingga yang lainya bingung."Sayang, apa kau sedang kesurupan?" Adam pun m
Sekembalinya ke rumah, Kinanti bergegas menuju kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, dengan pakaian bersih."Dasar jorok!" Ejek Zahra saat Kinanti mulai bergabung bersama mereka yang duduk di teras rumah.Kinanti pun tersenyum sambil mengusap wajahnya beberapa kali, pertama kalinya peristiwa itu terjadi.Sungguh hamil kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya, dirinya selalu ceria, mudah tertawa hanya karena hal yang terbilang biasa saja.Mungkin hormon kehamilan yang membuat nya menjadi demikian."Apa kabar!" Sapa Bayu saat melihat seorang pria bersepeda motor melewati jalan tepat berada didepan rumah Rahmat.Melihat Bayu seketika pria itu memarkirkan sepeda motornya, kemudian turun dan berjalan ke arah Bayu.Bayu pun berdiri dari duduknya, berjalan dan bersalaman ala pria dengan pria tersebut."Aku baik, kau apa kabar?" Tanya Pria itu sambil sebelah tangannya menepuk pundak Bayu layaknya teman dekat."Aku baik juga," Bayu menjawab tidak kalah antusias, lama tid
"Mas, apaan 'sih?" Tanya Kinanti bingung.Sepertinya tidak ada masalah tetapi Adam malah membuat masalah.Adam pun melengos pergi ke kamar, entah mengapa dirinya mendadak tidak terkendali saat ini."Mas!" Panggil Kinanti masih berada di luar.Kinanti pun melihat Bayu."Ini karena kamu!""Kenapa aku?" Tanya Bayu bingung."Ngapain kamu panggil Hendra barusan?""Suami mu saja yang sensitif!" Bayu pun berusaha untuk membela dirinya."Itu Afifah juga nanyain kamu, kamu pernah cium dia kan?" Tanya Kinanti kesal."Cium?" Tanya Serena yang dari tadi hanya diam saja mendadak berbicara."Mana ada!" Elak Bayu takut Serena marah.Kinanti pun segera masuk menyusul Adam yang sudah masuk terlebih dahulu.Kinanti pun mendorong pintu kamar dengan perlahan, setelah itu melangkah masuk mendekati suami nya yang tengah duduk di sisi ranjang.Perlahan Kinanti duduk di samping Adam, ingin membujuk suaminya agar suasana menjadi lebih baik."Mas," Kinanti pun menyadarkan kepalanya pada lengan Adam.Adam menat