Di desa inilah Kinanti di lahirkan, sebuah desa terpencil yang terletak di sudut kota. Jauh dari kata elit seperti kehidupannya saat ini, bahkan di sini hanya terlihat hamparan sawah yang luas.Lama sudah tidak melihat desanya tersebut, membuatnya merasa kerinduan kian semakin dalam.Sebuah sawah yang kini di pandangi dulu adalah tempat nya bermain bersama dengan teman-teman, salah satunya adalah Bayu.Mandi di sungai bersama tanpa rasa takut, pulang saat hari mulai petang. Itu pun karena, orang tua mereka datang dengan membawa sebilah kayu yang mampu membuat jantung berdebar kencang.Merasa kayu tersebut adalah sebuah ancaman yang sangat menyakitkan, padahal pada dasarnya hanya sebagai alat agar segera pulang yang di bawa orang tua mereka.Sehingga ketakutan dan memilih segera pulang, semua itu hanya sebuah kenangan indah yang tidak mungkin bisa di ulang kembali.Ternyata keputusan ini adalah tepat, pulang ke kampung halaman adalah sebuah kebahagiaan yang luar biasa.Seketika bayanga
"Sayang, buka pintunya dong. Jangan ngambek dong. Malu kalau Ayah tau," kata Adam dari depan pintu kamar.Kinanti tidak perduli sama sekali, hanya diam dan memilih berdiri di depan jendela kamar yang terbuka.Malam ini terasa begitu indah, suasana desa yang sunyi benar-benar menciptakan sebuah ketenangan."Sayang," panggil Adam lagi dari depan pintu kamar dengan gorden yang terurai."Ayah ngapain? Ngeronda?" Seloroh Fikri.Adam menatap Fikri penuh permusuhan, sejak tadi anak sulungnya itu terus saja menjengkelkan."Mas Adam, sedang menunggu jemputan Mbak Kinan," celetuk Kenan, sambil berjalan memasuki kamar.Begitu juga Fikri yang ikut masuk ke dalam kamar dengan ukuran 2×2 tersebut.Adam sampai melongo saat melihat kedua anaknya yang masuk begitu saja, awalnya Adam berpikir jika pintunya di kunci.Seketika itu juga Adam ikut masuk, ternyata kamar tersebut tidak memiliki pintu. Hanya gorden yang menjadi penutup daruratnya.Sial! Adam benar-benar merutuki kebodohannya sendiri.Percuma
Tenda pun sudah terpasang di halaman rumah, walaupun banyak drama sebelumnya.Tidak lupa juga api unggun menyala dengan besarnya, terlihat cantik dan menghangatkan tubuh."Bayu, apa kau punya gitar?" Tanya Zidan sambil membalikkan beberapa jagung bakar yang hampir matang."Tidak, aku hanya punya senjata," jawab Bayu dengan serius."Senjata apa? Dasar gila!" Zidan tertawa kecil saat mendengar jawaban Bayu, "adik ipar tidak ada otak!"Tidak menyangka jika ternyata Bayu juga seorang pria humoris, sesuai dengan adiknya yang suka bersikap sesukanya.Serena pun mencubit perut Bayu, kesal sekali saat mendengar jawaban Bayu barusan."Sakit cantik!" Bayu pun menguap perutnya seakan meringis menahan sakit."Makanya nggak usah aneh-aneh!" Serena pun mengerucutkan bibirnya kesal sampai di ubun-ubun pada Bayu."Aneh?" Bayu berpura-pura bodoh, seakan tidak mengerti sama sekali, "maksudnya?" Bayu kembali bertanya."Apanya yang punya senjata?" Kini Serena yang bertanya, dengan suara pelan sambil meng
"Kamu yakin nggak mau ikut liburan di desa bersama yang lainnya?"Dari kemarin hari Zahra terus menutup mulut, tidak ingin berbicara sedikitpun dengan Ferdian. Apa pun alasan Ferdian atas pernikahan ini, tetap saja salah di mata Zahra.Menikahinya dengan memaksa sangatlah tidak bisa di anggap sebagai kesalahan ringan, sungguh yang dilakukan oleh Ferdian kesalahan besar.Menyangkut masa depan Zahra yang sudah di bayangkan bersamaan dengan kekasihnya, orang yang dicintainya, meminangnya dan juga hidup bersama.Anggap saja Ferdian benar mencintainya, lantas bagaimana dengan dirinya yang tidak mencintai Ferdian?Bukankah seharusnya menikah dengan orang yang saling mencintai?Bagaimana jika Ferdian hanya sekedar tertarik, sedangkan besok atau lusa tidak tahu seperti apa?Bagaimana cara menjalani biduk rumah tangga tanpa ikatan cinta? Alasan hanya sebuah keterpaksaan, sampai saat ini pun Zahra belum menerima pernikahannyaBelum lagi dirinya yang sudah tidak suci, semuanya karena Ferdian."
"Zahra?" Kinanti tersenyum saat melihat kedatangan seorang sahabatnya lagi, tentu saja liburan ini akan sangat menyenangkan.Zahra pun begitu bahagia sampai melepaskan tas di tangannya dan ingin memeluk Kinanti.Namun, siapa sangka ternyata tas itu jatuh tepat di atas kaki Ferdian."Kinanti," Zahra menghambur memeluk Kinanti dengan rasa bahagia."Aduh," Ferdian meringis menahan sakit, rasanya luar biasa. Andai saja yang melakukan Adam pasti sudah di hajar habis-habisan, sayangnya ini kecerobohan Zahra.Tentu Ferdian tidak ada keberanian untuk membalasnya, marah saja tidak bisa."Ahahahhaha," Adam dan Zidan menertawakan Ferdian, menurut keduanya hal yang seperti ini jarang terjadi hingga menjadi hiburan di malam ini."Dasar sialan!" Seru Ferdian kesal pada Adam dan Zidan."Siapa yang menjatuhkan benda itu di atas kaki mu?" Tanya Zidan, "istri mu sendiri!" Jawab Zidan lagi, "jadi kau mengatakan bahwa istri mu sendiri sialan?" Tanya Zidan lagi.Zahra pun menatap Zidan dan Ferdian bergant
"Tidak masalah, ayo tanya," Kinanti pun menyetujui, mungkin ada hal yang mengganjal sampai akhirnya Serena memilih bertanya saat ini."Boleh ya Abang," Serena pun menyenggol Bayu yang duduk di sampingnya."Caelah, panggil Abang," Kinanti benar-benar tidak dapat menahan tawa.Seketika ingatan pertengkaran antara Serena dan Bayu membayang di benaknya, rasanya seperti geli-geli lucu hingga membuatnya merinding."Sekarang Abang, dulu......" ejek Zahra menimpali, menirukan suara Serena yang memanggil Bayu dengan panggilan Abang."Musang!" Celetuk Kinanti."Ahahahhaha," tawa mereka semua pecah seketika, malam ini benar-benar tidak bisa di lupakan begitu saja.Hal seperti ini tentunya menjadi hiburan tersendiri bagi mereka yang selama ini terus dilanda konflik rumah tangga yang cukup berat."Sudahlah, ayo Adek mau tanya apa sama Abang," seloroh Bayu."Wahahaha......." tawa lainnya baru saja berhenti, kini kembali menggelegar setelah ucapan Bayu barusan."Kalian udah nggak perang lagi 'kan?" T
"Ayo Renata, kamu atau aku yang bertanya?" Ujar Serena dengan antusias."Sejak kapan kamu mencintai ku?" Tanya Renata menatap Zidan.Zidan ber-dehem dan menatap arah lainya, pertanyaan yang sulit baginya."Kok diam?" Kali ini malah Kinanti yang bertanya karena ikut penasaran."Tau nih, lagi membayangkan apa Kak?" Serena kembali menimpali."Katakan sejak kapan?" Kali ini Adam pun benar-benar penasaran, mereka sudah menjadi teman dekat dan bodohnya tidak menyadari bahwa Zidan jatuh hati pada Renata.Zidan terlalu pandai menyimpan perasaannya, sehingga benar-benar tertutup rapi tanpa ada yang curiga."Semenjak kamu memukul ku dengan sapu lidi," jawab Zidan sambil terkekeh geli."Sapu lidi?" Renata menatap Adam sebab tidak mengingat sama sekali, mereka selalu bersama mungkin Adam mengingatnya pikir Renata."Aku ingat, waktu itu Renata nggak siap PR terus minta contekan dari Zidan. Tapi, ternyata jawaban Zidan salah semua, akhirnya Renata marah dan setelah jam istirahat Zidan di pukuli oleh
Zidan pun membalasnya, hingga akhirnya kedua basah kuyup."Ahahahhaha," kedua tertawa terbahak-bahak mengingat kelakuan konyol mereka sendiri hari ini.Sejak saat itulah Zidan mulai tertarik pada Renata, diam-diam mulai mengagumi Renata dalam diam.Mencari tahu tentang hal-hal yang di sukai Renata, sampai akhirnya ternyata Renata dan Adam saling menyukai dan menghancurkan perasaan Zidan.Flashback off."Ingat 'kan? Masa itu sangat gila," kata Zidan sambil terkekeh geli."Ya memang kau gila! Sok ngasih contekan. Ternyata salah semua, mana aku di manfaatkan untuk mengipas rokok mu. Coba saja kalau ketahuan Bu Jenar? Habis kita, bisa lebih dari sekedar membersihkan toilet sekolah," Renata menepuk dahinya, merutuki kebodohannya yang begitu hakiki."Wah, ternyata Kak Zidan parah. Ngatain aku sekolah nakal, padahal lebih parah!" Kesal Serena mengetahui tentang Kakaknya."Kamu mau tahu hal yang paling nyeleneh yang dilakukan suami mu saat sekolah dulu?" Kini Kinanti yang berbicara, ingin meng