"Jangan mengundang kemarahan ku!" Wajah Adam terlihat dingin hingga matanya pun menatap tajam Kinanti."Sudah aku katakan, kau boleh meminta cerai setelah anak ku lahir. Ingat Kinanti aku ini suami mu dan punya hak penuh atas diri mu jadi, jangan kau anggap aku hanya sebuah benalu!"Kinanti membuang pandangannya ke arah lain tidak ingin menatap Adam sama sekali."Ayo makan!"Dengan terpaksa Kinanti membuka mulutnya, sekalipun sebenarnya ia sangat malas."Aku sudah kenyang!" Tolok Kinanti setelah makan beberapa suapan.Adam memberikan botol mineral pada Kinanti.Kinanti meneguknya dan meletakkan kembali botolnya, tanpa di duga Adam mengambil botolnya kembali dan meminum dalam botol yang sama."Kau ingin makan yang lainnya?" "Tidak!" "Yakin?""Em!"Ponsel Kinanti terus saja berdering beberapa kali, hingga Adam penasaran siapa yang menghubungi istri gel
Kinanti terus saja menggerutu dalam hati, bahkan setelah turun dari taxi pun."Di minta cerai tidak bisa, nyatanya rumah tangga ini sangat menyiksa," gumam Kinanti. Kakinya perlahan memasuki pintu utama rumah besar milik keluarga Adam, sungguh menyakitkan sekali padahal ia adalah seorang menatu juga. Menantu gelap, miris.Tidak mungkin ada yang bisa menerima gadis miskin dengan latar belakang keluarga broken home.Renata adalah wanita tepat untuk menjadi menantu di keluarga Adam. Cantik, pintar, berasal dari keluarga terpandang. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya.Ibu dan Ayahnya bercerai, keluarga nya hancur berantakan. Sekalipun ia seorang sarjana keperawatan itu pun karena hasil beasiswa yang di dapatkan."Kinanti."Suara Sarah dari arah tangga menyadarkan nya segera beralih menatap wanita tersebut."Iya Nyonya?"Sarah berjalan cepat menuruni anak tangga, lalu matanya melihat sebelah tan
ponsel baru yang barusan di berikan oleh Adam berdering, Kinanti meliriknya dengan malas. Nama Adam tertera di layar ponselnya.Tidak ada keinginan untuk menjawab nya tetapi ponsel nya terus bergetar hingga membuatnya pusing dan menjawab dengan malas."Halo!" Jawab Kinanti dengan nada tinggi.Adam menjauhkan ponselnya dari telinga sejenak merasakan gendang telinga hampir pecah karena pekikan Kinanti."Mas tunggu di ujung pos satpam.""Mau kemana?" Tanya Kinanti tidak suka."Kau mau makan apa malam ini, akan Mas antarkan kemana pun," jawab Adam berusaha berdamai dengan Kinanti."Enggak tertarik!" Kinanti hampir mengakhiri pembicaraan mereka tetapi suara Adam membuat nya urung memutuskan sepihak."Apa bertemu Renata kau tertarik?!""CK!"Kinanti mengacak rambutnya, mengapa ia yang takut Renata tahu bukankah yang seharusnya takut itu adalah Adam."Iya!"
Suara manja itu keluar dari bibir Kinanti saat merasakan tangan Adam menelusuri setiap inci tubuhnya dengan sensual.Sesekali kecupan mesra di hadiahkan di beberapa bagian titik sensitif hingga semakin menggeliat tak karuan.Perlahan Adam membawa Kinanti pada ranjang, pembaringannya dan menindihnya dengan cepat.Melumat habis hingga memaksa masuk untuk mencari lidah yang akan bermain dengan lidahnya.Setelah itu Adam mulai turun menggigit kecil bagian tengkuk Kinanti, dan akhirnya ia sampai pada payudarah yang besar dan menantang.Tangannya mulai mengarah dan mulai meremas dengan penuh sensual, sesaat kemudian Adam merasa panas.Seketika itu juga terbangun dari tidurnya.Membuka mata dan segera duduk, mengusap wajah sampai beberapa kali dan menatap sekitarnya."Mimpi apa itu!"Adam dengan cepat meneguk air yang sudah tersedia di atas meja agar meredam rasa panas karena mimpi barusan.Matanya se
"Sayang, maaf ya kalau semalam kamu akhirnya tidur sendiri."Renata melingkarkan tangannya di pinggang Adam, berjalan masuk dengan beriringan."Tidak apa-apa."Adam tersenyum dan tidak mempermasalahkan sama sekali.Renata baru saja sampai di rumah, Adam menjemputnya pagi ini sesuai dengan keinginan Adam."Sayang, kita ke kamar Kinanti yuk.""Kinanti?"Menyebut nama itu seakan membuat panas, malam tadi mimpi itu sungguh menjadi racun tersendiri, di tambah sentuhan bibir Kinanti pagi tadi seketika membuat diri semakin tidak karuan."Iya, aku kasihan sama dia!" Renata langsung menarik Adam menuju kamar Kinanti."Renata, aku tidak usah ikut," tolok Adam."Kau harus ikut untuk memeriksa nya!"Sekalipun Adam menolak Renata tetap menarik paksa."Kinanti!!!"Renata melihat Kinanti yang tengah membantu memasak di dapur, seketika Renata berjalan cepat dan ingin m
"Mas," Kinanti cepat-cepat berdiri di antara dua pria yang kini terlibat ketengan.Pada siapa Kinanti saat ini harus berpihak.Adam adalah suaminya tetapi tidak ada cinta di antara mereka.Ilham adalah kekasih yang sangat di cintai nya tetapi tidak bisa bersatu karena Adam sudah menikahi nya."Mas, di sini banyak orang," Kinanti menatap wajah orang-orang di sekitar mereka, "kita hanya menikah siri, jangan sampai ada orang yang mengenal Nyonya Renata diantara mereka," ujar Kinanti dengan suara pelan.Adam mulai menenangkan diri sesaat kemudian tangannya menarik lengan Kinanti.Tetapi Ilham juga memegang lengan Kinanti yang satunya lagi."Lepaskan dia!" Pinta Adam dengan tatapan mata tajam."Mas."Wajah melas Kinanti membuat Ilham terpaksa harus melepaskan nya.Sekalipun hati terasa tidak rela.Adam segera memasukkan Kinanti kedalam mobil nya.Setelah melayangkan tatapan ta
"Kamu sudah sarapan pagi tadi?""Belum."Adam tersenyum."Kalau begitu biar Mas pesankan makan untuk kita."Kinanti mengangguk menurut saja.Sampai akhirnya makanan datang, Adam dengan segera menyajikan untuk nya."Sini Mas yang menyuapi," tawar Adam."Mas, memangnya tidak bekerja?" "Tidak, Mas sudah meminta dokter lain untuk menggantikan," jawab Adam, "ayo buka mulutnya."Kinanti perlahan menolak dan memilih mengambil alih piring dan sendok dari tangan Adam."Aku makan sendiri aja Mas.""Ya udah."Adam mengusap perut Kinanti dengan lembut.Setelah selesai maka Kinanti bergegas berdiri, membawa piring kotor untuk di cuci di wastafel.Adam menunggu di meja makan sambil memainkan ponselnya dengan cukup serius, entah apa yang tengah di kerjakan nya dengan ponselnya."Sudah selesai?"Adam memasukkan ponselnya ke dalam saku kemejanya.K
"Kinanti, Mas ingin kau memegang perut mu, sekali saja." Pinta Adam dari jarak beberapa meter.Adam masihmemegang ponsel Kinanti, bersiap-siap untuk mengambil gambar untuk yang kesekian kalinya."Malu tau Mas," mendadak wajah nya memerah saat mendapat permintaan Adam yang terdengar begitu menyeramkan.Adam menunjukan wajah kecewanya, walaupun perut Kinanti belum terlihat membuncit tetapi, Adam ingin sekali mengabadikan momen saat anaknya berada dalam rahim Kinanti.Wanita cantik yang baru saja di sadari Adam."Ayolah Kinanti, satu kali saja," Pinta Adam dengan wajah penuh harap, bahkan tangan yang menangkup."Perut Kinanti masih rata Mas.""Tidak apa, ada anak Mas di dalam nya."Blush!Kenapa Adam mendadak aneh, tanpa di katakan pun Kinanti sudah tahu.Wajahnya seketika memerah karena menahan malu, kata-kata Adam seakan menggambarkan keduanya pernah bercinta.Tetapi, memang benar,