"Boleh, mau nanya apa?" tanya Ciara.
"Misal anak kita beneran kembar tiga. Mau gak selang beberapa hari program lagi? Eh maksudnya setelah suci dari nifas," kata Haidar.
"Hahaha, mau Om berapa, sih?"
"Kamu nggak nolak? Ini hanya pertanyaan, kalau mau tolak ya tolak aja gak masalah, " sahut Haidar.
"Memangnya jawaban harus ditolak? Gak boleh diiyakan?"
"Ya boleh aja, memangnya juga beneran sanggup kamu misal segera hamil lagi setelah melahirkan?" tanya Haidar lagi.
"Hehe, siap kalau Om siap. Kalau masalah begituan, Om yang bisa lebih bijak."
"Hhhh, tapi kamu yang ngerasain. Coba dibayangin, sanggup?"
"Bisa sanggup bisa tidak. Kalau Ocyangku ini sanggup, siap nggak siap bisa kok dijamin pasti Isbay juga sanggup."
Masalah anak, Haidar memang ingin
"Ya ampun, mau Hai mau! Aku masih manusia waras yang tahu kepedulian, cuma ya, kalau aku mau nakal bisa banget manfaatin ini nomer ponsel kamu," ungkap Segara. "Hahaha, gak boleh nakal, inget bulan depan mau nikah," sahut Haidar. Sebenarnya, benar juga apa yang diucapkan Segara. Apalagi ini soal memegang jarak jauh tentang perempuan. Namun, Haidar sudah yakin hal tersebut bisa aman di tangan sahbatnya. Kalau hal ini ketahuan istrinya, sudah dipastikan habis muka Haidar. Ia tak mungkin mau hal tersebut terjadi, memilih untuk tidak chat atau kalau chat modelnya pasti dirubah. "Sebentar, sekarang aku mau chat dan telepon istri dulu. Kamu ... beli makanan sana!" pinta Haidar. Jadwal penerbangan masih belum mulai. Haidar memanfaatkan dengan chat dan telepon dulu, sebelum nomornya dibawa terbang ke Malaysia. Segara keluar sebentar untuk membeli makanan. Haidar: WANITAKU, KAMU KHAS SEKALI MENJADI IRAMAKU. IRAMA YANG TUTUR SAPANYA SELALU MENGGEMA, IRAMA YANG TAK PERNAH GAGAL MENJADIKAN LI
"Ada," jawab Segara. "Apa?" tanya Haidar. "Yaaa, tetap seperti sebelumnya. Pengawasan secara terbuka. Gak tenang Hai, apalagi sembunyi-sembunyi dari istrimu," jawab Segara. "Gak bisa. Trik mereka kali ini memanfaatkan Bening. Sudahlah, kita harus berkorban." "Aduh, tapi kalau malah jadi korban gimana?" "Tulus gak sih mau bantu?" Haidar meninggikan suaranya. "Sepurane Bro, abot ...." "Kamu orang baik, wes berangkato! Gak ada pilihan, mode maksa!" *** "Toy, cepetan jalannya!" Spion menarik tangan Toya untuk segera lari dari ruang Haidar setelah berhasil mengambil berkasnya Bening di jam malam yang listriknya sengaja mereka matikan di bagian tertentu saja supaya mempermudah triknya tidak diketahui satpam. "Awww! Sakit!" Di luar dugaan, rok Toya membalik ke atas saat jatuh menabrak kursi. "Toya, i-itu. Ahhh, kamu seksi!" "Spion, t-tapi kita---" "Nggak usah sok polos! Aku mau menikmati tubuhmu! Kamu boleh anggap aku Haidar, begitu pula aku anggap kamu Ciara." Spion mengangkat t
"Bolehkah kita ngobrol seperti biasanya? Ocyang lelah dan sangat merindukanmu," kata Haidar. "Boleh," jawab Ciara. "Apakah bisa pembukaan bicara kita sebaiknya tidak dicampuri oleh orang lain?" "Maksudnya tidak bahas mereka-mereka?" tanya Ciara. "Iya, Sayang. Kan Ocyang rindunya sama kamu, begitu pula sebaliknya kan?" "Hehe, nggih, tapi mereka---" "Udah ada Mama yang nyamperin," sahut Haidar. "Ehmm, tapi Isbay kepo." "WANITAKU, KINI RINDUKU TELAH SENYAP KARENA PELUKANMU YANG MERAYAP. JAUH DARIMU ITU SEBENARNYA SAMA SAJA DENGAN MENGHIMPUN LUKA DAN MENGGALI DUKA." "BERANI MENCINTAI HARUS SIAP DITAMU RINDU! Sayangku, rindu banget denger suaramu memberi kata-kata lagi. Makanya gak usah nekat cari kejutan ke luar negeri segala, cukup di sampingku setiap saat ... ini justru kejutan yang tak ada lawan. Jauh-jauh ke sana mana coba kejutannya?" Ciara memainkan hidung suaminya. Sesak sekali mendengar tagihan kejutan tersebut. Bukannya mendapat kejutan, justru masalah baru timbul lagi.
Flassback on. Malam itu Haidar mengajak Toya ke kantor untuk menagih berkasnya Bening. Sengaja berdua saja supaya tidak banyak mulut yang adu bicara. Karena sebelumnya, berkas Bening yang mau dimanipulasi itu sudah divideo oleh temannya Haidar, tetapi ternyata hal tersebut juga sudah diketahui pihak Spion dan Toya yang ujungnya rencana di balik rencana mereka pun meracuni Haidar. "Obat tidurnya jangan sampai lupa!" bisik Toya ke salah satu pihaknya yang akan mengantarkan minuman ke Toya dan Haidar. Dengan santai Toya masuk ke ruang Haidar. Ini menjadi kesempatan emas baginya, atas bayi yang ia kandung yang mana aslinya itu benih dari Spion. Haidar terkejut saat melihat berkas Bening yang ternyata masih utuh di lacinya. Namun, ia tidak langsung keluar saat itu, terlebih dahulu meminum air putih yang sudah tercampur oleh obat tidur. "Kamu curiga apa, Hai ... baru pulang dari Malaysia kok langsung begini? Jelas-jelas berkas Bening di laci kamu. Sama ... jangan-jangan mau berduaan deng
"Apa ya?" "Ayo tebak! Cluenya botol hijau," kata Ciara. "Mmm, tahu! Sprite ... bener?" "Hahaha, nggih leres. Makanya kalau nonton tuh jangan skip iklan, masa iklannya minuman favorit sendiĺri malah gak tahu," ejek Ciara. "Kalau nonton yang aku tonton ya ekspresi kamu, Sayang." "Masa?" "Iyalah, kamu lebih menarik dari semua tontonan yang pernah kulihat," "Masyaallah, bisa aja buat istrinya bahagia." Ciara mencium hidung mancung suaminya. "Ini tujuanku, kamu harus bahagia. Nyaman sekali bisa mendekapmu." Haidar menatap bibir manis istrinya. "Natapnya jangan gitu! Serem Om!" Ciara memejamkan mata. "Nikmat luar biasa kok dibilang serem, mau kamu diapain, hmmm? Mau ditatap mananya? Apa minta yang kembar dua itu?" "Astaghfirullaah! Kenapa suamiku nafsu sekali, huaaaaaaaa!" "Itu justru bagus selama nafsunya sama kamu." Haidar mulai memainkan mainannya. "Om Sayang, mending main sambung qoutes aja yuk! Temanya senja." Ciara menyingkirkan tangan Haidar yang malam itu sangat nakal.
"Nggak boleh, kamu lagi hamil muda," jawab Haidar."Apa hubungannya?""Memangnya tahan dengan bau vanili? Bukannya kamu masih sensitif sekali dengan bau-bau yang seperti itu, hmm?" Haidar mengambil ponsel Ciara dan membalas chatnya Rasa.Ciara: Sorry, gue masih suka mual muntah Ras, belum tahan sama baunyaHaidar: Oh iya hamil muda. Ya udah lanjutkan tempur lo ama suami! ByeCiara: Sip, peka lo. Bye"Awas aja aneh-aneh balasnya!" celetuk Ciara."Hahaha, nggak aneh, cukup simple," jawab Haidar.***"Ocyang, ini kan ... obat tidur," kata Ciara.Setelah membeli emas yang dibicarakan semalam, Ciara ikut suaminya ke kantor. Haidar melarang para OB membersihkan ruang kantornya karena masih ingin mencari bukti. Tanpa sengaja, Ciara me
"Gak suka main syarat!""Syaratnya mudah kok, nguntungin kamu juga. Beneran gak mau?" tanya Haidar."Apa, sih?" Ciara mendengkus kesal."Cium Ocyang," jawab Haidar."Males, bau ... entar muntah lagi," kata Ciara."Bau apaan? Nggak bau Sayang."Cupp"Dah, hhh!"Hahaha, kamu suka dicium, tapi kenapa males kalau nyium?" Haidar mulai menstater mobilnya."Xixixi, risih aja sebenarnya," jawab Ciara.Dua manusia yang bersatu dan menjalankan ibadah terpanjang ini terlihat bahagia sekali. Senyumnya merekah masih terngiang masalah yang telah terselesaikan. Dalam mobil, Ciara terus mengamati suaminya, sampai membuat Haidar salah tingkah. Mereka ini pasangan yang awalnya ditemukan ketika kesempatan dalam kesempitan berlangsung yang akhirnya berada dalam kawasan perjo
"Mau benerin kaos aja," jawab Haidar "Oohh, kirain mau kabur! Aaargghh! Pengen mecahin semua kaca-kaca ini!" Ciara memejamkan mata sejenak. "Sayang, sini-sini curhatnya sambil peluk Ocyang biar marahnya reda," sahut Haidar. Ciara memeluk Haidar. "Oc, aku lebih tenang kalau seperti ini. Jangan pernah pergi!" "WANITAKU, DUNIA JUGA TAHU KALAU KAMU MANIS. NAMUN, DUNIA TERLALU LUAS DAN PAHIT, MANISMU AKAN HAMBAR JIKA DIBAGI UNTUK DUNIA LUAS YANG SEPAHIT INI. TUHAN TAHU AKAN ITU, SEHINGGA ... TUHAN HANYA MENATAKAN MANISMU UNTUKKU." Katanya, lelah dan amarah seorang istri itu akan benar-benar reda ketika telah menyentuh dan disentuh suaminya. Itu terjadi juga untuk Ciara, begitupun sebaliknya untuk Haidar. Waktu di kampus, Ciara emosi dengan dosen yang mendekati ditambah ada mahasiswa sebelah yang dengan judesnya tidak pro mengenai tahlil. "Kesel loh liat kelakuan dosenku di kampus!" celetuk Ciara. "Sama dosen kok kesel." Haidar membelai pelan rambut istrinya. "Iiihh, emang ke
Haidar segera bangun lagi dan berharap tangis yang didengar bukanlah tangis untuk kematian sang istri dan anak. Bendera kuning yang tertancap, Haidar harap itu hanya salah penempatan. Mencoba berlari meskipun kakinya seperti tetap berhenti di tempat."Assalamu'aalikum. Mama, ini ada apa!" Haidar mengepalkan tangan, melihat semua keluarga berkumpul dengan tangis."Abiiiiiiiiii! Huaaaaaaaa!" Ketiga anak kembarnya langsung memeluk Haidar."Nak, i-ibu sama adik masih di rumah sakit sudah membaik kan? Iya kan?" tanya Haidar.Masih belum ada jawaban. Kembar tiga justru semakin menangis saat dagu mereka diraba oleh Haidar. Jika tidak ada jawaban, jawaban dari diam itu sudah bisa diartikan. Emosi Haidar membludak, ia justru bertanya dengan berteriak!"Orang sebanyak ini kenapa tidak ada yang menjawab!" Air matanya tidak mampu ditahan, ini terlalu sakit.KLING.[ "Selama
Keadaan Ciara dan Kiara kritis. Tentunya tidak berada di ruang biasa. Sita segera menghubungi Haidar akan kabar tersebut. Firasat Haidar nyata, Ciara bukannya melanggar perintah Haidar,melainkan terpaksa ke luar karena mengejar putrinya. Sita: "Hai, pulang sekarang." Haidar: "Ada apa, Mam?" Sita: "(Mengirim foto rumah sakit)" Sita tak mampu mengatakan secara langsung. Raganya terasa lemah sembari memangku ketiga cucu kembarnya yang kini tengah menangis. Ia juga berpikir, pasti di sana Haidar sedang hancur dengan kabar yang akan diberitahukan. Haidar: "Mam, siapa yang sakit? Perasaan Haidar dari kemarin gak enak. Siapa Mam?" Sita: "Yang penting kamu pulang, Nak." Haidar: "Siap pulang, Haidar segera urus, tapi siapa yang sakit? Anak-anak sama Ciara baik-baik saja?" Sita: "Ciara sama Adik Kia." Haidar: "Ya Allah, sakit barengan?" Sita: "Kecelakaan di depan rumah." Haidar: "Innalillaah, kenapa mereka ke luar? Mama kenapa juga membiarkan? Sudah Haidar bilang loh, jangan ke luar!
"Hmmm, nggaklah menurut Ocyang, dia ya dia, Toya ya Toya. Saudara jauh juga, gak terlalu kelihatan deket mereka," kata Haidar. "Kita nggak tahu secara onlinennya!" sahut Ciara. "Sayang ...." Haidar hanya menatap istrinya dengan lama kemudian memberinya pelukan. Sempat berdebat juga antara ada ulah campur tangan Toya. Pikiran Ciara memang suka begitu, tetapi cepat juga kembali ke mode awal. Bodoamat pun menjadi jurus, mereka diamkan sosmednya dulu, baru besok pagi dilihat. *** Haidar: "Sayangku." Ciara: "Iya Sayang." Haidar: "Perasaan Ocyang gak enak. Jangan keluar rumah." Ciara: "Terus? Anak-anak sekolahnya gimana?" Haidar: "Izin aja." Ciara: "Ada apa sebenarnya? Ocyang dapet kabar?" Haidar: "Iya, Sayang." Ciara: "Izin alasannya apa coba?" Haidar: "Biar Ocyang yang izinin. Kamu gak usah mikir itu." Ciara: "Emang ada apa? Ngomong yang jelas dong!" Haidar: "Ada yang berulah karena salah paham." Ciara: "Hah?" Haidar: "Hati-hati lagi dengan Toya dan Galaxy. Galaxy tidak ik
Haidar: "Ibu Cia ...." Ciara: "Tau ah. Nggak chat nggak langsung, bikin kesel terus." Haiadar: "Tau gitu kenapa dirindukan?" Ciara: "Ini nih bodohnya cinta." Haidar: "Kangen, asli pengen ucel-ucel kamu!" Ciara: "Parah sekali OM-OM ini! Apaucel-ucel?" Haidar: "Aisshh pura-pura gak paham." Ciara: "Ucel-ucel itu kan bahasa meremas-remas untuk baju." Haidar: "Kamu dikasih kata yang terfilter dikit gak paham, giliran meremas-remas pasti langsung paham." Ciara: "Hahaha, ciri-ciri istrimu ini cerdas." Haidar: "Kok malah cerdas?" Ciara: "Iya dong, denger kata meremas-remas pasti Ocyang di sana langsung----" Haidar: "Wanitaku, hahaha ... cerdasnya gak ketulungan. Video Call yok!" Ciara: "Haaahh? Pasti mau liat itunya aku." Haidar: "Pikiran kamu .... huuuhhhhh, ya liat wajah kamulah, di sini Ocyang lagi kumpul dengan Segara dan yang lain." Ciara: "Eh, wkwkwk." Tidak lupa Ciara bercerita tentang kejadian-kejadian bersama kembar tiga dan juga Kiara hari ini. Seperti bikin konten a
Ketenangan jiwa dan raga itu sebenarnya terdapat di mana, bisa diperoleh dari mana dan kapan saja hal tersebut bisa singgah dengan sungguh? Jawabannya, setiap detik itu adalah kesempatan untuk meraih pernyataan tersebut. Ciara belum jadi menghidupkan mobilnya dan melihat ke belakang tentang berita penumpahan ice cream. Jika dia sekarang tidak tenang, mendengar pernyataan dari Mas Uja tadi akan langsung marah seperti waktu di rumah kala itu. "Tumpah?" "Iya, kena celana Mas Uja! Adik kok nggak flend, sih!" celetuk Mas Uja. "Maaf, Adik no cengaja, Ibu." Kiara memeluk Mas Uja, tetapi justru Mas Uja menghindari. "Huaaaaaa!" Kiara menangis karena dicuekin Mas Uja. "Mas Uja, nggak boleh gitu dong sama Adik. Adik kan nggak sengaja. Peluk Adiknya dan Adik juga hati-hati kalau makan nggak boleh sambil loncat-loncat. Mas Uja ganti celana dulu itu di belakang Mas, Ibu mau beliin ice cream lagi." Ciara mencium dulu ke keempat anaknya. Mumpung masih di tempat ice cream, Ciara membelikan kembal
Manja itu suatu sifat yang misterinya melekatkan antara yang satu dengan yang lain. Orang kalau terlalu mandiri juga tidak baik karena dengan terlalu mandiri, dia tidak punya akses antara keduanya yang lebih menonjol dan terkesan seperti orang lain itu tidak terangkat. Namun, kalau terlalu manja bisa juga menimbulkan sebuah pertengkaran hebat karena adanya hal tidak sesuai antara diri yang satu dengan yang lain. Musalkan, yang ini ingin melangkah ke A, tetapi dipaksa untuk lebih dahulu ke B demi menuruti keinginannya si A."Isbay nggak pernah bosan," jawab Ciara."Nah, itu sudah terjawab. Gak ada rasa bosan untuk kamu, Cantik.Pernikahan bukan jalan bubar, termasuk kesehatan kamu.” Haidar mengecup kening istrinya sejenak."Uwaahh, bangga rasanya punya njenenengan. Makasih udah perhatian dengan banyak hal. Apapun seperti istimewa karena bersamamu," ungkap Ciara."Iya, karena membahagiakanmu, membuatmu ny
"Kamu pura-pura nggak tahu, kan?” tanya Haidar.“Pura-pura? Enggak! Emang apa yang benar?”Haidar tak kuat untuk menahan tawa lagi ketika istrinya tidak paham dengan apa yang ia maksud. Padahal, itu adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri mereka ketika berada di dalam kamar dan sudah menjadi kebiasaan tradisi terindah sepanjang jalan. Ya seperti tidak mungkin saja kalau Ciara tidak paham dengan apa yang Haidar ucapkan, padahal arahnya sudah jelas ke sana.Namun, memang malam itu Ciara tidak paham apa-apa. Pahamnya tentang sekedar energi yang terkuras karena mereka marah-marah. Waktu awal pembicaraan juga sudah membicarakan tentang energinya yang keluar penuh karena menghadapi emosi-emosi menghadapi mereka berdua. Haidar masih terdiam dan terus memandang ke arah wajah Ciara sampai salting akut dan ujung-ujungnya kembali ke area ngambek lagi.“Aku bukan boneka, Oc!”Sekalinya Haidar sudah mengataka
"Kapok tuh aquarium kesayangan njenengan pecah! Isbay gak ngerasa bersalah, terserah mau dibenci karena di situ gak ada ikannya! Beresin sendiri Isbay gak mau ngeberesin!" Ciara meninggalkan Haidar dan kamar yang berantakan."Kalau kamu memang minta Ocyang marah, baik. Ocyang tidak keberatan untuk menuruti."Jujur, Haidar sangat kecewa. Setiap orang itu punya barang berharga. Aquariumnya kecil, tetapi itu sangat dirawat oleh Haidar. Sampai segitunya Ciara marah, mana malah melawan. Sebenarnya, kecewa besarnya Haidar bukan perkara aquarium pecah, Haidar kecewa besar dengan langkah Ciara yang terkesan tidak menghargai keberadaan Haidar sebagai suami.KLING KLING."Hallo, gimana? Oh, ada kerja sama ke luar kota, sipp. Besok kita berangkat," ucap Haidar dalam telepon."Ternyata cari gara-gara. Pengen trending kasus perselingkuhan, begitu hah?" bentak Ciara.Sukses membuat Ciara semakin geram.
Yang harus dipikirkan lagi setelah perkara Gus Fahim beres, tidak ada. Tinggal menunggu pulih dan mempersiapkan pernikahan Tiara dengan Gus Fahim. Kabarnya, Kang Musa juga akan segera melamar Bening. Haidar terdiam dan menatap Ciara yang sedang berkomunikasi dengan putra dan putrinya. Dua tahun kemudian Putra kembar tiganya sudah berusia 4 tahun, sedangkan putri kecilnya itu sekarang sudah berusia 2 tahun. Kalau berbicara dengan waktu dan memikirkan dengan yang terjadi, hari tentu terkesan begitu cepat. Akan tetapi, berjalannya sudah begitu jauh, tak menyangka ternyata rumah tangga mereka sudah berjalan selama 5 tahun lebih. Hubungan antara keluarga Haidar dengan Toya Galaxy pun juga membaik. Mereka sering bersama dan berbagi tips ketika mengantarkan Uda, Uha, dan Uja belajar di tempat yang sama dengan Barbie. Sekarang Uja yang sangat manja itu sudah semakin pintar saja, tetapi tetap memiliki sifat khasnya, yaitu manja. Meskipun sering cemburu juga, dia sangat perhatian dengan adik