"Iya. Kita istirahat," jawab Haidar tersenyum.
"Jangan cuma istirahat, tapi harus tidur."
Masih menjadi dilema dalam otak. Tifak ada salahnya mengikuti apa yang dikatakan Ciara. Haidar mencoba membuang semua keresahan, fokus ke kebahagiaan yang menjadi hak Ciara juga mendapatkan senyum manis dan obrolan baik saat di atas ranjang.
"Kamu pinter banget ngalihin pikiran Ocyang," puji Haidar.
"Bukan pinter, tapi telah terbiasa. Terlatih dengan cara njenengan yang super menggemaskan," jawab Ciara.
***
"Ngantuk banget, Oc!" Ciara menjatuhkan tubuhnya ke paha Haidar yang baru saja mengambil Al-Quran.
"Tidur aja, tapi jangan di sini! Sini Ocyang antar ke kasur." Haidar kembali menaruh Al-Qurannya, dia belum batal karena bersentuhannya terhalang mukena Ciara.
"Mau di pangkuan nj
"Sayang, biasanya kamu gak suka kan pertanyaan gak bermutu? Untuk apa nanyain hal tersebut?" tanya Haidar. "Kalau aku yang nanya ya suka-suka aja. Lain kalau ditanya, xixixi." Haidar menggenggam jemari istrinya. "Kamu akan selalu ada untuk Ocyang. Kalau ternyata ke depannya kamu menghilang, ya bagaimana Ocyang bisa melangkah? Masih ingat kan? Kakiku tertahan di ragamu. Meskipun kenyataan pasti menyiksa untuk bisa bangkit, gak ada cara lain selain kembali menstel ulang dengan kaki yang berbeda, karena kakiku tetap tertahan di ragamu." "Artinya?" "Jika kamu pergi, Haidar akan tumbuh menjadi orang yang baru, karena Haidar yang kamu kenal ini tentu ikut dalam angin jiwamu." "Hmmm, Sayang!" Ciara bangkit dari tidurnya dan memeluk sang suami. Sebuah kehidupan tidak lepas dari arti kehilangan maupun perpisahan dengan orang lain. Suatu masa itu pasti akan ada. Terkadang, menatap masa depan itu dihantui oleh sebuah kekhawatiran yang begitu besar. Apakah salah? Tidak. Rasa khawatirny
"Iya, Kak. Ini Abi," jawab Ciara. "Mau celita, Kakak kangen, pengen celita!" rengek Uda. "Oooouhh, anak Ibu!" Ciara memeluk Uda. "Anak Ibu emang tahu nama abinya siapa?" "Haidal Jegala." "Masyaallah, nanti ya Sayang. Kalau abi udah sampai hotel, entar telpon. Sekarang makan dulu yuk, adik-adiknya diajak!" pinta Ciara. "Ote Ibu. Saudala-saudala, ayo go makan!" teriak Uda. Selain melihat curahan kasih sayang Haidar yang tiap hari selalu menggelegar, Ciara juga sangat bahagia akan tingkah ketiga putranya. Ia senang, terharu tiap kali ketiganya rebutan ingin dipangku, ingin minum ASI lebih dulu, ingin disuapin dulu, atau saling rebutan juga untuk menyuapi Ciara. Harus dengan apa Ciara mengungkapkan, menceritakan keindahan tersebut? Saat ini, ia ingin bercerita langsung dengan suami, seperti biasa dengan bertatap muka dan saling bersentuhan. Sayangnya, hal itu sekarang tidak bisa. Mungkin, ini dalam hati terindah Ciara khusus bersama para anaknya. Pertumbuhannya yang begitu cepat, m
"Mau bicara apa? Anak-anak udah pada berangkat ini ke kamar mandi,” jawab Ciara. Haidar: “Kamu mandiin sendirian? Mama ke mana?” “Iya, mama masak mau ada acara rutinannya nanti di sini,” kata Ciara. Haidar: “Masak juga bisa ditinggal sebentar. Kamu jangan capek-capek, inget anaknya bukan hanya kembar tiga. Ada baby cantik juga itu dalam perut kamu” Meskipun jarak sedang berpisah, hati mereka itu tetap tertaut. Jiwanya serasa tetap dekat. Perhatian lelaki kepala tiga ini tak akan lengah, terus diberikan walau hanya sebatas kata yang bisa dilontarkan dari kejauhan. “Hahahah, nggih. Gak bakal capek-capek kok.” Haidar: “Bilangnya gitu, tapi ngelakuinnya entahlah. Ocyang gabungkan telpon mama dulu.” “Iihh, gak usah!” KLING. MAMA SITA DITAMBAHKAN. Sita: “Hai anak Mama. Ada Nduk Cia juga. Tumben digabungin. Ada apa Sayang?” Haidar: “Titip Ciara ya Ma. Jangan boleh capek-capek. Mbum mau mandi tolong mama bantu mandiin, tiga soalnya.” Sita: “Oke, mama jaga Cia sebaik mungkin. Oalah,
“Ada apa? Untuk apa?” tanya Haidar. “Aku gak suka ketemu laki-laki yang kemarin itu. Dia kenal perusahaan papa, firasat Bening gak enak,” jawab Bening. “Okey, kamu di sini gak apa-apa,” kata Haidar. “Hmmm, tapi ….” “Ciara di rumah, jadi gak nyakitin dia. Toh ku cuma mau ngumpet kan bukan yang lain.” Haidar menghembuskan napas panjang, dia tahu kekhawatiran Bening. “Be-beneran ya nggak nimbulin salah paham?” Bening masih terlihat sangat gugup. Kemarin Bening sempat ditemui lelaki sekitar usia 40 an, terlihat mempunyai nafsu besar terhadap Bening. Bukan hanya itu, gerak geriknya terlihat dia bukan orang
Di malam yang tidak terlalu dingin itu tiba-tiba Ciara ingin makan ice cream yang tak lain adalah Ice Cream Ecool dari perusahaan Haidar sendiri. Akan tetapi, keinginannya tidak hanya sampai di situ saja, ia ingin makan es krimnya bersama dengan suami di tempat rumah fiksi atau yang dinamakan dengan Romantic House di taman halaman Haidar. Meskipun tidak terlalu dingin, tapi kalau di rumah RH itu bisa lebih dingin daripada di sekitar area rumah Haidar yang lain, tentu ini tidak diizinkan oleh laki-laki yang baru pulang dari Belanda tersebut."Kenapa, hmmm?" tanya Haidar."Pengen makan ICE CREAM ECOOL, tapi di Romantic House," jawab Ciara."Ini malem loh, gak boleh kalau di luar. Makan di kamar aja ya," jawab Haidar."Yaaaah, Baby Girl pengen makan di luar, Abi!" rengek Ciara."Ocyang gak ingin liat kamu dimasuki angin, udah malem kan ganggu tidur kamu juga kalau muntah-muntah," kilah Haidar
"Ya udah, aku keluar aja. Pasti kamu gak tega sama Mbak Ciara." Bening mulai melangkah, ada kesal-kesal cemburunya juga tidak direspon Haidar."E-eh, jangan! K-kamu tidur lagi aja, aku habis ini tidak tidur lagi kok.""Eeh, tapi loh, bukannya kamu---""Kamu salah bulan pesennya, ini yang menjadi sebab Bening masih di sini,"Haidar tidak memperdulikan Bening yang terlihat akan bicara, ia langsung keluar membuka pintu kamar mandi. Jelas Haidar memikirkan keadaan Ciara. Bukan perkara bukan hanya perkara yang tidak di sungai tengah aja tapi ini mengenai perasaan bersalahnya sudah tidur dua kali dengan orang lain selain istrinya sendiri meskipun notabennya dengan kata tidak sengaja. Ginuk memang meresahkan, waktu itu Haidar bersama timnya sudah menyelidiki dan ternyata benar ada tujuan buruk untuk Bening dan perusahaan papanya Bening.FLASBACK OFF."Oc, kenapa belum tidur?" tanya C
"Pengen baleng ibu," bisik Uja."Oohhh, nanti ya. Kita beli dulu bareng Gimom," bisik balik Sita.Keinginan utamanya tetap diungkapkan. Genangan air mata Uja sudah menunjukkan detik mau meletus. Menyikapi hal tersebut, Sita justru menggendong Uja dan mengajak Nenek Gilap untuk menggendong yang lain supaya kalau menangis sudah di luar, tidak didengar oleh Ciara.***"Assalamu'alaikum, anakku sayang. Dunianya sudah berbeda ya, lebih luas kan? Hmmm, moga Adik bahagia, jadi anak sholihah. Abi sayang banget sama Baby Girl ini, Abi percaya kok, pasti kamu juga sayang Abi. Makasih udah kasih kelonggaran buat Ibu. Sekarang Ibu masih pucet habis berjuang untuk temuin kamu dengan Abi. Sayangi ibu ya Sayang."Kiara Basma, anak kedua dari Ciara Basma dan Haidar Jenggala. Kiara lahir setelah adzan subuh di bulan Ramadhan. Wajahnya sangat mirip dengan Ciara sesuai dengan yang mereka angankan di waktu saat Uja, Uha,
Tak ada kebahagiaan yang sempurna, kecuali kita yang menganggap sempurna karena setiap yang dilakukan tangan lemah ini pasti ada kuranganya, entah itu di bagian, awal, akhir tengah maupun yang menyelimuti di Setiap perkara yang dilakukan dengan tanpa disadari. Keadaan Gus Fahim dan Tiara segera diurus. Baru saja mau lega karena pelaku tertangkap, kini malah terjadi kecelakaan."Kamu pulang ya, biar disetir mama. Ocyang langsung ke rumah sakit. Tenang, Tiara pasti segera sadar kok." Haidar memeluk sang istri yang terlihat kaget.***"Pengingat yang tidak mungkin aku ingkari. Walaupun sesuatu akan terjadi lagi memberimu sebuah pemberontakan besar yang mengeruk semua hal yang telaj menjadi kebahagiaanmu, jangan menyerah Sayang. Kamu udah paham bukan? Dunia emang gitu. Jika tumbuhan bisa layu
Haidar segera bangun lagi dan berharap tangis yang didengar bukanlah tangis untuk kematian sang istri dan anak. Bendera kuning yang tertancap, Haidar harap itu hanya salah penempatan. Mencoba berlari meskipun kakinya seperti tetap berhenti di tempat."Assalamu'aalikum. Mama, ini ada apa!" Haidar mengepalkan tangan, melihat semua keluarga berkumpul dengan tangis."Abiiiiiiiiii! Huaaaaaaaa!" Ketiga anak kembarnya langsung memeluk Haidar."Nak, i-ibu sama adik masih di rumah sakit sudah membaik kan? Iya kan?" tanya Haidar.Masih belum ada jawaban. Kembar tiga justru semakin menangis saat dagu mereka diraba oleh Haidar. Jika tidak ada jawaban, jawaban dari diam itu sudah bisa diartikan. Emosi Haidar membludak, ia justru bertanya dengan berteriak!"Orang sebanyak ini kenapa tidak ada yang menjawab!" Air matanya tidak mampu ditahan, ini terlalu sakit.KLING.[ "Selama
Keadaan Ciara dan Kiara kritis. Tentunya tidak berada di ruang biasa. Sita segera menghubungi Haidar akan kabar tersebut. Firasat Haidar nyata, Ciara bukannya melanggar perintah Haidar,melainkan terpaksa ke luar karena mengejar putrinya. Sita: "Hai, pulang sekarang." Haidar: "Ada apa, Mam?" Sita: "(Mengirim foto rumah sakit)" Sita tak mampu mengatakan secara langsung. Raganya terasa lemah sembari memangku ketiga cucu kembarnya yang kini tengah menangis. Ia juga berpikir, pasti di sana Haidar sedang hancur dengan kabar yang akan diberitahukan. Haidar: "Mam, siapa yang sakit? Perasaan Haidar dari kemarin gak enak. Siapa Mam?" Sita: "Yang penting kamu pulang, Nak." Haidar: "Siap pulang, Haidar segera urus, tapi siapa yang sakit? Anak-anak sama Ciara baik-baik saja?" Sita: "Ciara sama Adik Kia." Haidar: "Ya Allah, sakit barengan?" Sita: "Kecelakaan di depan rumah." Haidar: "Innalillaah, kenapa mereka ke luar? Mama kenapa juga membiarkan? Sudah Haidar bilang loh, jangan ke luar!
"Hmmm, nggaklah menurut Ocyang, dia ya dia, Toya ya Toya. Saudara jauh juga, gak terlalu kelihatan deket mereka," kata Haidar. "Kita nggak tahu secara onlinennya!" sahut Ciara. "Sayang ...." Haidar hanya menatap istrinya dengan lama kemudian memberinya pelukan. Sempat berdebat juga antara ada ulah campur tangan Toya. Pikiran Ciara memang suka begitu, tetapi cepat juga kembali ke mode awal. Bodoamat pun menjadi jurus, mereka diamkan sosmednya dulu, baru besok pagi dilihat. *** Haidar: "Sayangku." Ciara: "Iya Sayang." Haidar: "Perasaan Ocyang gak enak. Jangan keluar rumah." Ciara: "Terus? Anak-anak sekolahnya gimana?" Haidar: "Izin aja." Ciara: "Ada apa sebenarnya? Ocyang dapet kabar?" Haidar: "Iya, Sayang." Ciara: "Izin alasannya apa coba?" Haidar: "Biar Ocyang yang izinin. Kamu gak usah mikir itu." Ciara: "Emang ada apa? Ngomong yang jelas dong!" Haidar: "Ada yang berulah karena salah paham." Ciara: "Hah?" Haidar: "Hati-hati lagi dengan Toya dan Galaxy. Galaxy tidak ik
Haidar: "Ibu Cia ...." Ciara: "Tau ah. Nggak chat nggak langsung, bikin kesel terus." Haiadar: "Tau gitu kenapa dirindukan?" Ciara: "Ini nih bodohnya cinta." Haidar: "Kangen, asli pengen ucel-ucel kamu!" Ciara: "Parah sekali OM-OM ini! Apaucel-ucel?" Haidar: "Aisshh pura-pura gak paham." Ciara: "Ucel-ucel itu kan bahasa meremas-remas untuk baju." Haidar: "Kamu dikasih kata yang terfilter dikit gak paham, giliran meremas-remas pasti langsung paham." Ciara: "Hahaha, ciri-ciri istrimu ini cerdas." Haidar: "Kok malah cerdas?" Ciara: "Iya dong, denger kata meremas-remas pasti Ocyang di sana langsung----" Haidar: "Wanitaku, hahaha ... cerdasnya gak ketulungan. Video Call yok!" Ciara: "Haaahh? Pasti mau liat itunya aku." Haidar: "Pikiran kamu .... huuuhhhhh, ya liat wajah kamulah, di sini Ocyang lagi kumpul dengan Segara dan yang lain." Ciara: "Eh, wkwkwk." Tidak lupa Ciara bercerita tentang kejadian-kejadian bersama kembar tiga dan juga Kiara hari ini. Seperti bikin konten a
Ketenangan jiwa dan raga itu sebenarnya terdapat di mana, bisa diperoleh dari mana dan kapan saja hal tersebut bisa singgah dengan sungguh? Jawabannya, setiap detik itu adalah kesempatan untuk meraih pernyataan tersebut. Ciara belum jadi menghidupkan mobilnya dan melihat ke belakang tentang berita penumpahan ice cream. Jika dia sekarang tidak tenang, mendengar pernyataan dari Mas Uja tadi akan langsung marah seperti waktu di rumah kala itu. "Tumpah?" "Iya, kena celana Mas Uja! Adik kok nggak flend, sih!" celetuk Mas Uja. "Maaf, Adik no cengaja, Ibu." Kiara memeluk Mas Uja, tetapi justru Mas Uja menghindari. "Huaaaaaa!" Kiara menangis karena dicuekin Mas Uja. "Mas Uja, nggak boleh gitu dong sama Adik. Adik kan nggak sengaja. Peluk Adiknya dan Adik juga hati-hati kalau makan nggak boleh sambil loncat-loncat. Mas Uja ganti celana dulu itu di belakang Mas, Ibu mau beliin ice cream lagi." Ciara mencium dulu ke keempat anaknya. Mumpung masih di tempat ice cream, Ciara membelikan kembal
Manja itu suatu sifat yang misterinya melekatkan antara yang satu dengan yang lain. Orang kalau terlalu mandiri juga tidak baik karena dengan terlalu mandiri, dia tidak punya akses antara keduanya yang lebih menonjol dan terkesan seperti orang lain itu tidak terangkat. Namun, kalau terlalu manja bisa juga menimbulkan sebuah pertengkaran hebat karena adanya hal tidak sesuai antara diri yang satu dengan yang lain. Musalkan, yang ini ingin melangkah ke A, tetapi dipaksa untuk lebih dahulu ke B demi menuruti keinginannya si A."Isbay nggak pernah bosan," jawab Ciara."Nah, itu sudah terjawab. Gak ada rasa bosan untuk kamu, Cantik.Pernikahan bukan jalan bubar, termasuk kesehatan kamu.” Haidar mengecup kening istrinya sejenak."Uwaahh, bangga rasanya punya njenenengan. Makasih udah perhatian dengan banyak hal. Apapun seperti istimewa karena bersamamu," ungkap Ciara."Iya, karena membahagiakanmu, membuatmu ny
"Kamu pura-pura nggak tahu, kan?” tanya Haidar.“Pura-pura? Enggak! Emang apa yang benar?”Haidar tak kuat untuk menahan tawa lagi ketika istrinya tidak paham dengan apa yang ia maksud. Padahal, itu adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri mereka ketika berada di dalam kamar dan sudah menjadi kebiasaan tradisi terindah sepanjang jalan. Ya seperti tidak mungkin saja kalau Ciara tidak paham dengan apa yang Haidar ucapkan, padahal arahnya sudah jelas ke sana.Namun, memang malam itu Ciara tidak paham apa-apa. Pahamnya tentang sekedar energi yang terkuras karena mereka marah-marah. Waktu awal pembicaraan juga sudah membicarakan tentang energinya yang keluar penuh karena menghadapi emosi-emosi menghadapi mereka berdua. Haidar masih terdiam dan terus memandang ke arah wajah Ciara sampai salting akut dan ujung-ujungnya kembali ke area ngambek lagi.“Aku bukan boneka, Oc!”Sekalinya Haidar sudah mengataka
"Kapok tuh aquarium kesayangan njenengan pecah! Isbay gak ngerasa bersalah, terserah mau dibenci karena di situ gak ada ikannya! Beresin sendiri Isbay gak mau ngeberesin!" Ciara meninggalkan Haidar dan kamar yang berantakan."Kalau kamu memang minta Ocyang marah, baik. Ocyang tidak keberatan untuk menuruti."Jujur, Haidar sangat kecewa. Setiap orang itu punya barang berharga. Aquariumnya kecil, tetapi itu sangat dirawat oleh Haidar. Sampai segitunya Ciara marah, mana malah melawan. Sebenarnya, kecewa besarnya Haidar bukan perkara aquarium pecah, Haidar kecewa besar dengan langkah Ciara yang terkesan tidak menghargai keberadaan Haidar sebagai suami.KLING KLING."Hallo, gimana? Oh, ada kerja sama ke luar kota, sipp. Besok kita berangkat," ucap Haidar dalam telepon."Ternyata cari gara-gara. Pengen trending kasus perselingkuhan, begitu hah?" bentak Ciara.Sukses membuat Ciara semakin geram.
Yang harus dipikirkan lagi setelah perkara Gus Fahim beres, tidak ada. Tinggal menunggu pulih dan mempersiapkan pernikahan Tiara dengan Gus Fahim. Kabarnya, Kang Musa juga akan segera melamar Bening. Haidar terdiam dan menatap Ciara yang sedang berkomunikasi dengan putra dan putrinya. Dua tahun kemudian Putra kembar tiganya sudah berusia 4 tahun, sedangkan putri kecilnya itu sekarang sudah berusia 2 tahun. Kalau berbicara dengan waktu dan memikirkan dengan yang terjadi, hari tentu terkesan begitu cepat. Akan tetapi, berjalannya sudah begitu jauh, tak menyangka ternyata rumah tangga mereka sudah berjalan selama 5 tahun lebih. Hubungan antara keluarga Haidar dengan Toya Galaxy pun juga membaik. Mereka sering bersama dan berbagi tips ketika mengantarkan Uda, Uha, dan Uja belajar di tempat yang sama dengan Barbie. Sekarang Uja yang sangat manja itu sudah semakin pintar saja, tetapi tetap memiliki sifat khasnya, yaitu manja. Meskipun sering cemburu juga, dia sangat perhatian dengan adik