Sanjaya mendengar banyak informasi tambahan dari utusannya tentang Nathan. Jadi, kini dia memanggil putrinya. “Katakan dengan jujur pada Papa. Siapa pria bernama Nathan, apa urusan kamu dengan Nathan?”Ini pertama kalinya Nadila merasa diinterograsi oleh Sanjaya dan berhasil membuatnya gemetar karena Sanjaya bukan ayahnya-Abdul yang tidak akan menghukumnya saat melakukan kesalahan. Abdul hanya memberi nasihat tegas untuk setiap kesalahan yang diperbuatnya.“Nathan ....” Nadila sangat grogi walaupun tatapan dan sikap Sanjaya tetap menunjukan kasih sayang berlebihan padanya yang dianggap Nadira.Nada suara Sanjaya tidak dingin, tetapi tetap menusuk Nadila. “Katakan dengan jujur, siapa Nathan dan apa urusan kalian?”Nadila merasa Sanjaya sudah mengetahui banyak hal karena dia pernah menguping percakapan pria itu dengan anak buahnya. “Cari tahu tentang Nathan!” ucap tegas Sanjaya. Satu kalimat ini menunjukan semuanya.Namun, Nadila tidak ingin kembali ke kehidupannya yang dulu. Maka, dia
Pria berperawakan tinggi besar bernama Jack membawa surat perintah dari Sanjaya yang berisi permintaan laporan keuangan donasi.“Saya tidak tahu. Anda harus tanyakan langsung pada Nathan!” ucap tegas Nadira karena saat ini dia tidak bisa memberikan bukti apapun.Surat perintah itu kembali dimasukan ke dalam amplop. “Baiklah. Kapan Pak Nathan kembali?”Sejak awal posisi duduk Nadira selalu tegap hingga aura bangsawannya semakin memancar. “Tidak pasti.”Jack semakin kebingung melihat sikap Nadila yang sangat mirip dengan Nadira-anak majikannya di rumah.Kartu nama disodorkan dengan santun oleh Jack dan sedikit segan karena merasa jika yang dihadapannya kini adalah Nadira. “Mohon bantuannya.”Terdapat nomor telepon milik Jack di bawah cetakan namanya. Jack adalah nama samaran dan Nadira baru mengetahuinya.“Ya.” Ekspresi Nadira sangat datar.Jack berpamitan sangat santun, tidak lupa penuh rasa hormat selayaknya pada Nadira walaupun pria ini belum dapat memastikan dengan siapa dia berbica
Nathan sudah mengurus semuanya, jadi saat kembali pukul delapan malam, laporan penyaluran donasi sudah beralih ke tangan Nadira.“Kasih laporan ini ke orang suruhan Papa kamu.” Nada suara Nathan tidak berubah sejak siang tadi.Namun, Nadira hanya memandangi kertas di tangannya. “Kamu yakin nggak akan ketauan?”“Semoga. Aku nggak bisa pastiin.” Nathan menjawab apa adanya, tetapi membuat Nadira memukul dadanya hingga pria ini mengusap bagian yang terkena kepalan tangan istrinya.“Kamu harus yakin dong ini bisa tipu Papa. Jangan bikin aku takut ketauan!” omelan khas Nadira.Nathan hanya tersenyum tenang seiring mengelus puncak kepala Nadira. “Iya ... yakin ..., pokoknya kasih aja ke orang suruhan Papa kamu.”“Ish. Kenapa jadi aku?” rutuk Nadira.“Kan kamu yang di rumah.”“Harusnya kamu yang kasih!”Nada suara Nathan tidak memperdengarkan perubahan intonasi sedikit pun. “Aku nggak bisa. Aku nggak mau Papa kamu makin tau banyak tentang aku. Tentang kerjaanku, tentang anak-anak didik aku. I
Nadira berjalan anggun bak princess. Itu karena bando di kepalanya, dia merasa sedang menghadiri pesta besar yang berisi orang-orang kalangan atas. Gaya berjalan Nadira berbeda dari biasanya walaupun gaya berpakaiannya tetap sederhana karena yang melekat di tubuhnya adalah milik Nadila. Semua orang yang melihat sosok Nadira hari ini dibuat terpana walaupun secara penampilan biasa saja, tetapi auranya sangat berbeda hingga gadis ini menjadi pusat perhatian. Sama halnya dengan Vika, gadis ini memicingkan matanya, menatap Nadira dengan tatapan elang. "Kenapa dia, kenapa dia nggak keliatan kaya Dila. Dia seperti orang dari kalangan atas!""Iya," celetuk salah satu kawannya. "Dila berubah. Bukan fisik dan wajahnya, tapi auranya. Dia pake baju sederhana, tapi keliatan mewah. Aku rasain itu setelah Dila nikah." "Apa mungkin aura cewek akan berubah setelah nikah? Tapi nggak masuk akal!" "Dia kaya oranglain!" Tatapannya seolah menancap Nadira.Tatapan Vika semakin memicing tajam dan keing
Jack tidak banyak bicara. Sejak kedatangan Nadira ke rumah, dirinya bungkam, tetapi instingnya mengatakan jika Nadira dan Nadila adalah anak kembar karena tidak mungkin adik dan kakak memiliki wajah identik dengan usia sejajar. Hari ini Sanjaya mengabaikan pria bernama Nathan karena bawahannya sedang meneliti laporan yang diterimanya, tetapi jika laporan itu palsu maka Jack yang akan diperintah untuk mengeksekusi penipuan yang dilakukan si dosen muda. Namun, hati Nadira tetap cemas walaupun matahari sudah tenggelam dan tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Jack. "Sayang, makan dulu ...," ucap Sinta yang menghampiri putrinya di kamar. "Iya Ma, sebentar lagi." Nadira duduk di depan meja belajar, tapi bukan sedang belajar karena isi kepalanya dipenuhi kegelisahan. "Kapan suami Dira pulang?" "Katanya sekarang lagi di jalan." Senyuman hambar Nadira karena kegelisahan berhasil merenggut senyuman manisnya. "Ya sudah, kalau tidak mau makan sekarang, kamu makan sama suamimu ya ...." Kek
Tidak ada angin, tidak ada hujan, Nadila mencari Nadira. Gadis ini mengirimkan chat singkat untuk meminta saudara kembarnya bertemu di perbatasan kota.Namun, sekarang Nadira dan Nathan satu paket, maka mereka datang bersama menemui Nadila.“Waw, apa kiamat sebentar lagi?” celetuk Nadira sebagai kesan pertamanya saat melihat wajah Nadila.Tentu saja ucapan Nadira membuat Nadila berdecak kesal hingga gadis ini tidak ingin membuang waktu bersama saudara kembarnya yang brutal. “Aku cuma mau bilang, kalo sekarang aku udah nggak bisa transfer atau tarik tunai. Papa udah nggak izinin aku pake rekening!”Nadira menangkup mulutnya kaget, tetapi suaranya mengejek, “What?” Bahkan dia tertawa puas di akhir.Nadila segera melanjutkan dengan kesal, “Jadi sementara ini aku akan kirim uang lewat ojek online!”Nadira hendak kembali mengejek, tetapi Nathan mencuri start untuk mengatakan kalimat bijak, “Nggak apa-apa, kamu bisa kirim uang lewat mana aja. Kamu punya kesadaran bayar hutang, itu udah bagu
Nathan kembali saat langit hampir gelap, hari ini dia pulang lebih awal dua jam. Nadira adalah orang pertama yang diajaknya berbicara. “Gimana kabar kamu sekarang, udah baikan?” Tatapannya selembut suaranya.“Baik banget!” Nadira menjawab dengan ceria.“Syukur deh.” Nathan senang mendengarnya, tetapi dia enggan memberi tahukan Nadira tentang undangan dari Sanjaya karena mungkin akan kembali merusak suasana hati istrinya.Hingga malam tiba, Nathan tidak pernah membicarakan rencana pertemuannya dengan Sanjaya karena Nadira sedang sangat ceria, bersendau gurau dengan orangtuanya.Lalu, tiba waktu pertemuan. Nathan mengunjungi cabang Sanjaya gruf yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus. Itu adalah tempat pertemuan yang tertera dalam undangan.Sementara, hari ini Nadira tetap di kampus, dia tidak tahu jika suaminya pergi diam-diam.Undangan ditunjukan pada satpam hingga memudahkan Nathan mendapat akses masuk ke perusahaan raksasa ini.Seorang karyawan wanita berkata pada Nathan seusai
Nathan mengirimkan chat pada Nadira saat dirinya senggang, bahkan dia rela menunggu istrinya hingga menyelesaikan materi dan memerintah menemuinya di ruangan.“Tumben suruh aku kesini.” Nadira duduk santai di hadapan Nathan seiring menyeruput jus jeruk yang dibelinya dari kantin walau tidak yakin ini higienis, tetapi uang saku dari Nathan tidak banyak, tidak cukup untuk membeli camilan di restoran.Sementara, Nathan memasang tatapan serius dengan nada suara sedikit tegang. “Ada hal penting yang harus aku omongin ke kamu.”Jus jeruk masih diseruput dengan tenang oleh Nadira. “Sepenting apa?” Dia hanya melirik sekilas.“Sangat penting!” Tatapan Nathan berubah memicing tajam.Kali ini tatapan Nadira hanya tertuju pada Nathan. Pun, ujung matanya sedikit memicing. “Tentang apa?”“Sanjaya Gruf!” lugas Nathan hingga membuat kedua bola mata Nadira melebar dan membulat sempurna.“Apa!” Mulut Nadira menganga lebar.Selama beberapa detik, Nathan mengambil udara hingga paru-parunya terisi penuh,
Seketika, Nathan terhenyak. “Loh, bukan punya kamu?”Nadira mendengus masih dengan tatapan memicing tajam. “Punya siapa?” Nada suaranya menginterograsi. Tapi sebelum Nathan menjawab, dia mengungkapkan kekesalannya, “Kita emang nggak saling suka, tapi pernikahan ini nggak boleh dirusak sama perselingkuhan kamu. Aku nggak mau Mama sama Papa sedih!”“Eh, jangan salahpaham!” panik Nathan. “Aku juga nggak tau kenapa ada lipstik di tas aku ....”“Mana ada orang selingkuh ngaku!”“Serius!”Raut wajah Nathan menjadi satu-satunya pusat perhatian Nadira karena harus membaca kejujuran atau kebohongan pria di hadapannya.Nadira mendapatkan jawaban memuaskan lewat ekspresi wajah suaminya, hanya saja dia masih berburuk sangka. “Pinter banget akting kamu!”“Sumpah!”Seketika, Nadira dibuat lebih kesal setelah mendengar jawaban Nathan yang itu. “Ish!”“Serius, aku nggak tau apa-apa.”Kini, Nadira memilih mengakhiri argumentasi tidak penting ini karena jawabannya sudah jelas jika itu milik Nadila hany
“Aku udah denger kalo Papa rekrut kamu jadi karyawan. Tapi jangan pernah kamu terima!” ucap Nadila pada Nathan bersama tatapan memicing mengiris.Nathan menyunggingkan setengah bibirnya dengan ekspresi datar. “Keputusan ada di aku, bukan di kamu.”Segera, Nadila mendengus seiring mencondongkan tubuhnya ke arah Nathan yang duduk di hadapannya. “Jangan ngawur. Kamu mau rahasia aku sama Dira terbongkar!”“Itu rahasia kamu. Dira sih biasa aja, malahan dia bersyukur banget kalo rahasia kamu terbongkar.” Lagi, Nathan menyunggingkan bibirnya. Kali ini bermakna mengejek.Nadira menambah volume suaranya dan terkesan mengancam, “Jangan gegabah. Dan aku nggak akan biarin kamu jadi karyawannya Papa!”Lagi, Nathan menyunggingkan setengah bibirnya. “Bener kata Dira.”Segera, ujung mata Nadila semakin mengiris. “Apanya? Tapi aku nggak peduli. Jangan bawa-bawa Dira. Ini urusan kita!”“Dira bisa baca karakter dan tindakan kamu,” ucap datar Nathan.“Ck. Jangan sok suci! Bukan cuma aku yang gila harta,
Malam ini tidak terjadi apapun antara Nathan dan Nadira karena setelah si gadis tanpa sengaja meruntuhkan benteng yang dibuatnya, dengan cepat dia membangun kembali bahkan lebih kokoh karena boneka yang semula berjajar di meja, berpindah tempat ke atas tempat tidur.Senyuman kecut Nathan segera berkembang singkat saat menelan kecewa karena isi kepalanya tidak terhujud, tetapi apa daya, hingga saat ini tidak ada cinta antara mereka. Bahkan title ‘Pernikahan mendadak’ selalu menari-nari.Siapa sangka, pagi harinya Nadila menghubungi untuk mengajak Nathan bertemu secara empat mata.Nathan menerima undangan dari Nadila tanpa melibatkan Nadira karena dia takut ini adalah jebakan Sanjaya yang sudah tahu tentang laporan palsunya.Cafe ekslusif adalah tempat yang dipilih Nadila hingga menambah kecurigaan Nathan, tetapi pria ini tetap melangkah apapun resikonya.Sementara di kampus, Nadira mendapatkan perundungan dari Vika. Gadis ini masuk ke dalam jebakannya setelah Vika menyimpan surat pangg
Nathan mengirimkan chat pada Nadira saat dirinya senggang, bahkan dia rela menunggu istrinya hingga menyelesaikan materi dan memerintah menemuinya di ruangan.“Tumben suruh aku kesini.” Nadira duduk santai di hadapan Nathan seiring menyeruput jus jeruk yang dibelinya dari kantin walau tidak yakin ini higienis, tetapi uang saku dari Nathan tidak banyak, tidak cukup untuk membeli camilan di restoran.Sementara, Nathan memasang tatapan serius dengan nada suara sedikit tegang. “Ada hal penting yang harus aku omongin ke kamu.”Jus jeruk masih diseruput dengan tenang oleh Nadira. “Sepenting apa?” Dia hanya melirik sekilas.“Sangat penting!” Tatapan Nathan berubah memicing tajam.Kali ini tatapan Nadira hanya tertuju pada Nathan. Pun, ujung matanya sedikit memicing. “Tentang apa?”“Sanjaya Gruf!” lugas Nathan hingga membuat kedua bola mata Nadira melebar dan membulat sempurna.“Apa!” Mulut Nadira menganga lebar.Selama beberapa detik, Nathan mengambil udara hingga paru-parunya terisi penuh,
Nathan kembali saat langit hampir gelap, hari ini dia pulang lebih awal dua jam. Nadira adalah orang pertama yang diajaknya berbicara. “Gimana kabar kamu sekarang, udah baikan?” Tatapannya selembut suaranya.“Baik banget!” Nadira menjawab dengan ceria.“Syukur deh.” Nathan senang mendengarnya, tetapi dia enggan memberi tahukan Nadira tentang undangan dari Sanjaya karena mungkin akan kembali merusak suasana hati istrinya.Hingga malam tiba, Nathan tidak pernah membicarakan rencana pertemuannya dengan Sanjaya karena Nadira sedang sangat ceria, bersendau gurau dengan orangtuanya.Lalu, tiba waktu pertemuan. Nathan mengunjungi cabang Sanjaya gruf yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus. Itu adalah tempat pertemuan yang tertera dalam undangan.Sementara, hari ini Nadira tetap di kampus, dia tidak tahu jika suaminya pergi diam-diam.Undangan ditunjukan pada satpam hingga memudahkan Nathan mendapat akses masuk ke perusahaan raksasa ini.Seorang karyawan wanita berkata pada Nathan seusai
Tidak ada angin, tidak ada hujan, Nadila mencari Nadira. Gadis ini mengirimkan chat singkat untuk meminta saudara kembarnya bertemu di perbatasan kota.Namun, sekarang Nadira dan Nathan satu paket, maka mereka datang bersama menemui Nadila.“Waw, apa kiamat sebentar lagi?” celetuk Nadira sebagai kesan pertamanya saat melihat wajah Nadila.Tentu saja ucapan Nadira membuat Nadila berdecak kesal hingga gadis ini tidak ingin membuang waktu bersama saudara kembarnya yang brutal. “Aku cuma mau bilang, kalo sekarang aku udah nggak bisa transfer atau tarik tunai. Papa udah nggak izinin aku pake rekening!”Nadira menangkup mulutnya kaget, tetapi suaranya mengejek, “What?” Bahkan dia tertawa puas di akhir.Nadila segera melanjutkan dengan kesal, “Jadi sementara ini aku akan kirim uang lewat ojek online!”Nadira hendak kembali mengejek, tetapi Nathan mencuri start untuk mengatakan kalimat bijak, “Nggak apa-apa, kamu bisa kirim uang lewat mana aja. Kamu punya kesadaran bayar hutang, itu udah bagu
Jack tidak banyak bicara. Sejak kedatangan Nadira ke rumah, dirinya bungkam, tetapi instingnya mengatakan jika Nadira dan Nadila adalah anak kembar karena tidak mungkin adik dan kakak memiliki wajah identik dengan usia sejajar. Hari ini Sanjaya mengabaikan pria bernama Nathan karena bawahannya sedang meneliti laporan yang diterimanya, tetapi jika laporan itu palsu maka Jack yang akan diperintah untuk mengeksekusi penipuan yang dilakukan si dosen muda. Namun, hati Nadira tetap cemas walaupun matahari sudah tenggelam dan tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Jack. "Sayang, makan dulu ...," ucap Sinta yang menghampiri putrinya di kamar. "Iya Ma, sebentar lagi." Nadira duduk di depan meja belajar, tapi bukan sedang belajar karena isi kepalanya dipenuhi kegelisahan. "Kapan suami Dira pulang?" "Katanya sekarang lagi di jalan." Senyuman hambar Nadira karena kegelisahan berhasil merenggut senyuman manisnya. "Ya sudah, kalau tidak mau makan sekarang, kamu makan sama suamimu ya ...." Kek
Nadira berjalan anggun bak princess. Itu karena bando di kepalanya, dia merasa sedang menghadiri pesta besar yang berisi orang-orang kalangan atas. Gaya berjalan Nadira berbeda dari biasanya walaupun gaya berpakaiannya tetap sederhana karena yang melekat di tubuhnya adalah milik Nadila. Semua orang yang melihat sosok Nadira hari ini dibuat terpana walaupun secara penampilan biasa saja, tetapi auranya sangat berbeda hingga gadis ini menjadi pusat perhatian. Sama halnya dengan Vika, gadis ini memicingkan matanya, menatap Nadira dengan tatapan elang. "Kenapa dia, kenapa dia nggak keliatan kaya Dila. Dia seperti orang dari kalangan atas!""Iya," celetuk salah satu kawannya. "Dila berubah. Bukan fisik dan wajahnya, tapi auranya. Dia pake baju sederhana, tapi keliatan mewah. Aku rasain itu setelah Dila nikah." "Apa mungkin aura cewek akan berubah setelah nikah? Tapi nggak masuk akal!" "Dia kaya oranglain!" Tatapannya seolah menancap Nadira.Tatapan Vika semakin memicing tajam dan keing
Nathan sudah mengurus semuanya, jadi saat kembali pukul delapan malam, laporan penyaluran donasi sudah beralih ke tangan Nadira.“Kasih laporan ini ke orang suruhan Papa kamu.” Nada suara Nathan tidak berubah sejak siang tadi.Namun, Nadira hanya memandangi kertas di tangannya. “Kamu yakin nggak akan ketauan?”“Semoga. Aku nggak bisa pastiin.” Nathan menjawab apa adanya, tetapi membuat Nadira memukul dadanya hingga pria ini mengusap bagian yang terkena kepalan tangan istrinya.“Kamu harus yakin dong ini bisa tipu Papa. Jangan bikin aku takut ketauan!” omelan khas Nadira.Nathan hanya tersenyum tenang seiring mengelus puncak kepala Nadira. “Iya ... yakin ..., pokoknya kasih aja ke orang suruhan Papa kamu.”“Ish. Kenapa jadi aku?” rutuk Nadira.“Kan kamu yang di rumah.”“Harusnya kamu yang kasih!”Nada suara Nathan tidak memperdengarkan perubahan intonasi sedikit pun. “Aku nggak bisa. Aku nggak mau Papa kamu makin tau banyak tentang aku. Tentang kerjaanku, tentang anak-anak didik aku. I