#Istri_Gaib
Bab 29 : Ulah Maura
Maura duduk di pinggir sungai sambil mengamati dua orang penambang pasir yang menyelam untuk mengambil pasir lalu memasukkannya ke sampan. Ia tak senang dengan kegiatan para manusia itu, sama tak senangnya dengan Nindi yang sudah berusaha merebut Haikal darinya.
Kini ia sudah bersiap untuk menarik salah satu dari pria perusak ekosistem sungai itu, membuat sang penambang tak bisa timbul lagi ke permukaan. Temannya yang menungggu di atas sampan mulai gusar sebab temannya yang menyelam tak kunjung muncul.
“Yok, kok lama banget nyelamnya?” teriak temannya sambil masuk ke air dan menenggelamkan kepala.
Akan tetapi, makhluk berambut merah itu telah membawa si penambang pasir ke dasar sungai dengan tak lupa menghisap ubun-ubunnya terlebih dahulu. Itulah sumber kehidupannya dan resep wajah cantiknya di malam hari. Ia tersenyum puas lalu melepas pemuda yang sudah tak bernyawa itu.
Dengan tanpa berdosa, Maur
#Istri_GaibBab 30 : Kalah SaingHaikal segera turun dari taxi dan berlari memasuki perkarangan rumahnya. Dengan cepat, ia segera membuka kunci rumah dan segera masuk. Langkahnya langsung menuju kamar Nindi. Ia sudah tak sabar untuk mengetahui keadaan dari mama calon anaknya itu.Segera dibukanya pintu kamar dan melangkah masuk. Nindi terlihat berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam.“Nin, Abang udah pulang. Kamu kenapa?” tanya Haikal sambil mengusap pipi istrinya yang terlihat lembab.Nindi membuka mata dengan tangan masih memegangi perutnya.“Nin, kamu kenapa? Perutnya kenapa? Ayo kita segera ke rumah sakit saja!” ujar Haikal dengan panik.“Gak usah ke rumah sakit dululah, Bang! Ini udah tengah malam,” jawab Nindi lagi.Haikal memegang perut Nindi, ia benar-benar cemas dengan keadaan keduanya, istri juga calon bayi mereka.“Sekarang udah agak baikan, Bang,” ujar Ni
#Istri_GaibBab 31 : Rencana Bu Ida“Assalammaualikum,” ucap Bu Ida, ibunya Haikal dari depan pintu.Nindi segera mempercepat langkah menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Ia langsung tersenyum melihat ibu mertuanya sudah melangkah masuk di ruang tamu.“Waalaikumsalam, Bu,” jawab Nindi seraya meraih tangan ibu mertua dan menciumnya.“Kamu lagi ngapain?” tanya Bu Ida sambil memberikan mangkok yang dibawanya.“Lagi di kamar saja, Bu, baca novel. Apaan ini, Bu?” tanya Nindi sambil membuka tutup mangkok dan menghirup baunya.“Ini bubur pedas buatan Mbak Hennimu, ayo dicicipi!” jawab Bu Ida sambil duduk di ruang tengah.“Oke, Bu, Nindi ambil sendok dulu,” jawab Nindi dengan mata berbinar-binar, dari aromanya saja ia sudah tergiur.Beberapa saat kemudian, Nindi sudah kembali dari dapur dan langsung menikmati bubur pedas bawaan mertuanya. Bu Ida ter
#Istri_Gaib Bab 32 : Nindi Melihatnya “Bu, jangan lusa acara pengajiannya, ditunda saja! Haikal dan Nindi masih sama-sama sibuk,” ujar Haikal melalu ponsel. “Loh, Nindi udah setuju kok,” jawab Bu Ida. “Hari jum’at nanti, Nindi dinas dari pagi ketemu pagi, Bu.” Haikal mulai mengarang kebohongan. “Masa? Kok kemarin Nindi gak bilang gitu, malah dia setuju. Kal, rumah kamu itu memang harus dibacakan doa-doa, banyak makhluk halus di sana, buktinya Nindi digangguin. Ibu gak mau sampai terjadi apa-apa dengan menantu dan calon cucu ibu, ya,” ujar Bu Ida lagi. “Bu, gak ada makhluk halus di rumah kami, ibu jangan mengada-ngada,” bantah Haikal dengan dahi yang berkerut. “Ah, kamu ini, paling suka membantah! Sudah jelas-jelas istrimu diganggu kemarin.” Suara Bu Ida terdengar meninggi. “Haikal nggak membantah, Bu. Hanya minta ditunda saja.” Haikal menghela napas berat, ia tahu membantah ucapan ibunya sangat mustahil. “Ya sud
#Istri_Gaib Bab 33 : Semakin Aneh Taxi melaju menuju rumah, Nindi masih terlihat cemas dengan perasaan tak nyaman. Ia begitu mengkhawatirkan suaminya itu. Kalau benar yang diserempet Dokter Budi itu memang suaminya, ia akan membuat perhitungan dengan dokter bermata sipit itu. Ia menggenggam tangan dengan kesal. Taklama kemudian, taxi telah tiba di depan rumah Haikal. Nindi langsung turus dan membayar ongkosnya, lalu memasuki perkarangan rumah. ‘Tok-tok’ Nindi mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak ada jawaban dari dalam kamar. Mungkin suaminya sudah tidur, sebab sekarang sudah pukul 22.15. Wanita yang sedang hamil empat bulan itu mengeluarkan kunci cadangan dan memasukannya ke knop pintu, lalu mendorongnya perlahan. Nindi memasuki rumah, lampu ruang tamu dan tengah sudah dimatikan, ia semakin yakin kalau suaminya itu sudah tertidur. Ia hanya ingin memastikan keadaan suaminya itu baik-baik saja. “Ahh ... ahh .... “ Terdeng
#Istri_GaibBab 34 : Tukang UrutNindi menghampiri Haikal yang sedang duduk di depan televisi. Pria berkaos biru itu terlihat sedang fokus pada tontonannya.“Abang nggak kerja hari ini?” tanya Nindi sambil menatap suaminya.“Izin dulu, Nin, tangan dan lutut Abang sakit. Otot terasa tertarik, kayaknya mau ke tukang urut,” jawab Haikal sambil melirik istrinya yang kian hari semakin montok berisi itu.“Gimana bisa kecelakaan sih, Bang?” tanya Nindi lagi sedikit penasaran dengan ulah Dokter Budi.“Kayaknya pengemudi mobilnya lagi mabok. Abang udah di pinggir, masih aja diserempet” ujar Haikal sambil meluruskan tangannya.Nindi menggeser duduk, sedikit mendekat ke arah suaminya. Lalu menyentuh tangan kanan Haikal yang berbalut perban.“Sakit ya, Bang?” tanya Nindi makin prihatin.“Dikit aja,” jawab Haikal sambil mengusap perut Nindi lalu menciumnya. &ldqu
#Istri_GaibBab 35 : RuqyahHaikal menarik tangannya dengan wajah merah padam, keringat membanjiri sekujur tubuh. Ia terhenyak di sopa sambil mengontrol pernapasan.“Kenapa, Bang?” tanya Nindi sambil memegang pundak sang suami, ia kebingungan melihat ekspresi wajah Haikal yang terlihat seperti habis kesentrum itu.“Ah, nggak apa-apa,” jawab Haikal sambil mengelap keringat di dahinya.Sedangkan Bu Ida dan Bang Bumi hanya saling lirik sembari menyunggingkan senyum. Nindi yang tak mengerti akan semuanya, hanya melirik ketiga orang itu bergantian.“Eh, Kal, di ruang tengah aja kali ya urutnya?” tanya Bu Ida sembari beranjak dari sopa ruang tamu lalu mengajak Nindi masuk ke dalam menyiapkan tikar untuk Haikal rebahan saat diurut nanti.Nindi mengikuti sang mertua dan segera mengeluarkan tikar, lalu beranjak menuju dapur untuk membuat minuman kepada tamunya itu.Sedangkan di ruang tamu, Bang Bumi t
#Istri_GaibBab 36 : Cerita Ibunya MauraDengan tampang kusut, Maura kembali ke sungai. Hatinya sangat kesal karena tak bisa bertemu pria yang selalu ia rindu itu. Baginya, ungkapan rasa cinta dan kasih sayang hanya dengan penyatuan raga. Ia selalu terbayang-bayang dada bidang suami yang selalu memberinya kehangatan.“Bang, aku merindukanmu!” gumam Maura sambil duduk di pinggir sungai, matanya mulai menitikkan cairan merah. “Apa yang terjadi pada rumahmu, mengapa aku tak bisa masuk dan menemuimu, Bang?” sambungnya sambil melempar batuan ke tengah sungai.Maura tertegun, hatinya mulai digerogoti kebencian. Bayangan wajah ayu Nindi yang telah berhasil mencuri suaminya membuat wanita jadi-jadian itu menggeram dengan marah.“Bang Haikal hanya milikku, dia hanya suamiku saja!” jeritnya nyaring.Seorang nelayan dengan mengayuh sampan kecil melewati sosok yang memang tak terlihat mata orang awam itu. Ia sedang me
#Istri_GaibBab 37 : TerpisahHaikal berbaring di kamarnya, ia baru teringat akan Maura yang beberapa hari ini tak pernah datang menemuinya. Ia jadi bimbang, karena terlalu asyik dengan Nindi hingga melupakan istri pertamanya itu.“Ah, Maura ... kamu ke mana? Maafkan Abang yang sudah khilaf melupakanmu, Abang rindu kamu, Sayang,” gumam Haikal sambil menatap langit-langit kamar, bayang wajah Maura memenuhi kepalanya.Ia baru merasakan kehilangan Maura, setelah Nindi juga tak ada malam ini karena harus dinas malam. Diusapnya wajah dengan kasar, ia menyesal karena lagi-lagi melanggar janji karena ia sudah lebih dari tiga kali menyentuh istri keduanya itu.“Maura pasti marah, ah ... bagaimana ini?” Haikal bangkit dari tempat tidur, lalu meraih jaket dan kunci motor, ia akan menyusul Maura dan membujuknya.Haikal keluar dari kamar, lalu menuju pintu depan. Tiba-tiba, ponselnya di saku celana bergetar. Ia berdecak kesal, ia