"Ms. Scott..." Elleana tidak sanggup meneruskan panggilannya kala melihat pemandangan yang ada di depannya. Tubuh Elleana seketika mematung kaku, mulutnya juga sedikit menganga. "A-apa yang sedang kalian lakukan...?!"
Mempelai pengantin wanita itu cukup terkejut mendengar suara Elleana. Menyadari kehadiran Elleana, sontak saja mempelai wanita itu pun langsung mendorong dada bidang pria asing itu untuk melepaskan tautan bibir keduanya.
Elleana yang masih dengan ekspresi kaget bercampur bingung itu memicingkan kelopaknya, memandang intens pria asing yang sedang bersama Isabelle Scott. Elleana mengenalnya, pria asing itu adalah Alexander – si aktor ternama di Amerika. Yang Elleana tahu, mereka berdua pernah bermain dalam sebuah film romance tahun lalu dan sukses besar. Bahkan yang Elleana dengar, proyek film kedua mereka akan segera rilis di akhir bulan depan.
"Apa-apaan semua ini, Ms. Scott? A-aku melihat ka-kalian berciuman m-mesra….?" Gumam Elleana dengan suara yang terdengar bergetar. Entah apa yang terjadi pada Elleana, bahkan kini mendadak matanya berkaca-kaca.
"Dengar! Apa pun yang kau lihat tadi, itu tidak seperti yang kau bayangkan!"
Mempelai wanita itu hendak menghampiri Elleana dan menyentuh pundaknya, tapi Elleana dengan sigap langsung menghindari sentuhan itu.
"Kau..? Kau mengkhianati Mr. Miller dan keluarganya?! Tega sekali!" Tanya Elleana sengit bercampur tidak percaya.
"Ti-tidak, itu tidak benar."
"Sudah cukup, Ms. Scott! Bagaimana pun juga Mr. Miller harus tau semua yang terjadi ini!" Sela Elleana cepat. Entah kenapa emosinya tersulut kala melihat ciuman panas antara pasangan aktor dan aktris fenomenal itu.
Elleana hendak pergi, tapi Isabelle berdiri di depan Elleana menghalangi jalannya.
"Tolong, dengarkan dulu penjelasanku!" Isabelle memegang kedua bahu Elleana, memohon.
"Aku dan Dave, kami adalah sahabat sejak kecil," Isabelle melontarkan sebuah pengakuan.
"Orang tua kami memaksa untuk menikahkan kami, semua terjadi begitu saja dan sangat cepat." Lanjut Isabelle lagi, kali ini nadanya terdengar parau.
"Apa pun itu, intinya kau telah berselingkuh, Ms. Scott." Ujar Elleana dengan senyum sinis.
Isabelle menggelengkan kepalanya tegas, tanda tidak setuju.
"Aku sangat mencintai Alex-" Isabelle menggelengkan kepalanya, meralat Kembali perkataannya. “Kami saling mencintai.”
"Kalau kau mencintai pria lain, kenapa malah setuju menikah dengan Mr. Miller?!" Potong Elleana geram.
"Karena ayahku memintaku untuk menyetujui pernikahan ini, supaya ayahnya Dave mau menjadi rekan bisnis dalam perusahaan baru ayah yang ada di Italia." Terang Isabelle dengan mata yang berkaca-kaca.
Elleana mengernyit. Matanya menatap lekat-lekat pupil mata mempelai wanita itu. Tidak ada kebohongan yang terpancar di sana meskipun hanya secuil.
"Lagi pula, memangnya ada orang yang tahan hidup dengan Dave? Dia adalah pria yang sangat dingin dan arrogant, dia pekerja keras, bahkan parahnya lagi Dave itu suka bermain dengan wanita lain di luar sana." Ujar Isabelle lagi, kali ini ia melontarkan penilaian buruk tentang David Miller sambil terisak pilu.
Mulut Elleana terkatup rapat, ia tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Elleana melirik ke arah sang aktor tampan yang sedari tadi hanya diam saja. Pria itu kini menghampiri kekasihnya dan sedetik kemudian tangis sang mempelai wanita itu pun pecah hingga bahunya bergetar dahsyat.
"Bella sudah berusaha keras untuk melupakanku dan belajar mencintai Dave, tapi nyatanya dia tidak bisa. Jadi, kami putuskan untuk segera melarikan diri dari sini, lalu menikah." Gantian, kali ini sang aktor fenomenal itu yang angkat bicara.
"APA?! Kalian itu sudah tidak waras ya?" Hardik Elleana dengan alis yang menukik tajam. “Ini adalah hari pernikahanmu, Ms. Scott. Bagaimana bisa kau malah berpikir untuk melarikan diri di hari penting ini?! Setidaknya, tolong pikirkan dua keluarga ini!” Elleana benar-benar tidak habis pikir dengan dua orang yang sedang dimabuk asmara itu.
"Sayangnya, cinta memang mampu membuat orang menjadi tidak waras." Celetuk sang aktor tampan itu sembari tersenyum miring.
Mempelai wanita itu menghela napas berat seraya menghapus butiran air matanya.
"Yang kucintai dan kubutuhkan adalah Alex. Jadi, aku hanya akan menikah dengannya." Putus Isabelle mutlak.
Lalu, dengan segera mempelai wanita itu mengganti gaun pernikahannya dengan pakaian pelayan laki-laki. Elleana hanya bisa melongo, entah dari mana wanita itu mendapatkan pakaian gantinya. Setelah selesai, aktor dan aktris fenomenal itu kabur melalui pintu belakang.
Elleana memilih menyaksikan segalanya dalam keheningan. Bagi Elleana yang dilakukan Isabelle Scott itu memang benar, hanya saja caranyalah yang salah.
**
Terdengar suara pintu yang di buka. Elleana tidak menghiraukannya, ia hanya diam bak mematung sambil menghela napas berat berulang kali.
“Apa yang sedang kau lakukan?”
Elleana tersentak kecil, kesadarannya sontak kembali utuh kala mendengar suara rendah milik David. Astaga, sekarang Elleana harus bagaimana?
“Di mana Isabelle?” David kembali melayangkan pertanyaan yang langsung disambut gelengan samar oleh Elleana.
"Aku bertanya padamu sekali lagi, di mana Isabelle?" David mengulangi pertanyaan yang sama, kali ini suaranya berubah menjadi sangat dingin. Tangannya juga mencengkeram kuat lengan Elleana, membalikkan tubuh semampai wanita itu dengan sekali sentakan saja.
"Di-dia, pe-pergi." Jawab Elleana susah payah sambil menahan sakit pada sekitaran lengannya.
"Aku memintamu untuk membantunya bersiap, tapi kenapa kau malah membiarkan dia kabur?" Desis David rendah sambil menggeram kesal.
"Maaf, Sir." Gumam Elleana dengan suara yang bergetar. Ia tidak berani menatap wajah garang David saat ini.
"Bagaimana dia bisa pergi?" Hardik David, cengkeramannya semakin menguat.
Elleana menggigit bibir bawahnya. Astaga, tenaga David sialan juga ternyata! Elleana seolah merasa kalau David akan meremukkan lengannya hanya karena emosi! Karena terus didesak dan tak kuat lagi menahan rasa sakit itu, dengan susah payah Elleana menceritakan segalanya pada David. Persetan dengan aktor dan aktris fenomenal itu, Elleana harus menyelamatkan lengannya dulu!
David melepaskan tangannya dari lengan Elleana. Tidak percaya atas apa yang baru saja ia dengar. David merogoh ponsel di saku tuxedonya lalu menghubungi seseorang.
"Temukan mereka secepatnya. Seret Isabelle ke sini dan habisi saja aktor sialan itu!"
Elleana membulatkan matanya. David dengan segala sejuta kekuasaannya itu sanggup melakukan apa pun, termasuk membunuh seseorang! Sungguh gila!
"Itu tidak benar, Dave! Alexander adalah aktor ternama. Kau tidak boleh sampai berurusan dengannya. Reputasi keluarga Miller akan dipertaruhkan." Orang kepercayaan David tiba-tiba saja bergabung di ruang make up itu, memberi nasehat pada sahabatnya.
David melirik tajam ke arah orang kepercayaannya. Dia paling tidak suka di nasehati.
David berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh orang kepercayaannya itu. Ada benarnya juga, ditambah lagi Ayah David tidak pernah suka jika nama keluarga Miller sampai terseret ke media hanya karena berita murahan.
David mengalihkan tatapannya pada Elleana. Pria itu kembali mendekati Elleana. Dengan gerakan cepat, David menarik lengan Elleana semakin mendekat.
"Rasanya aku ingin sekali meledakkan kepalamu dan dua orang sialan itu." Desis David sambil menatap mata Elleana lekat, giginya gemeletuk.
"S-sir...." Elleana mendadak takut.
"Dave!" Seru orang kepercayaan David kala David dengan teganya mendorong tubuh mungil Elleana hingga wanita itu tersungkur ke lantai.
David berjalan menghampiri Elleana yang kini mulai menangis pilu. David jongkok lalu mencengkeram rahang Elleana kuat agar mereka saling bersitatap.
"Kau harus membayar mahal karena telah berani masuk dan mencampuri kehidupanku; membiarkan calon pengantinku kabur dan termasuk uang dua juta dollar yang kau curi dariku pada malam itu!"
Elleana mengernyit bingung.
"Menikah denganku, menggantikan posisi Isabelle!" David tersenyum simrik dengan sebelah alisnya yang menjulang tinggi.
"APA?!" Pekik Elleana terkejut bukan main. Jantungnya berdebar tidak karuan.
"Kau lupa memangnya? Kau sendiri yang sudah berjanji akan membayarnya, 'kan? Jadi, kau tidak punya pilihan lain!" David mengedikkan bahunya, tak acuh, sambil menghempaskan kasar rahang Elleana. Memandang Elleana sekilas dengan tatapan cemooh.
David berdiri, menghampiri orang kepercayaannya yang kini tengah melayangkan tatapan yang sulit diartikan. David berkacak pinggang sebelah sambil memandang tanpa ekspresi pada orang kepercayaannya itu. Lalu, David melenggang dari ruang make up begitu saja setelah melayangkan perintah mutlak yang membuat Elleana dan orang kepercayaannya itu terkejut bukan main.
"Segera urus berkas pernikahanku dengan wanita ini. Kuberi waktu lima belas menit!"
***
Elleana memandangi pantulan bayangannya di cermin kala sang perias profesional telah selesai mendandaninya dengan gaun pernikahan putih yang sederhana namun tetap terlihat sangat cantik. Seharusnya Isabelle Scott lah yang memakai gaun indah di acara sakral ini. Dalam hati Elleana memuji selera Isabelle Scott yang begitu cantik dan berkelas.David Miller itu pria kaya raya, segalanya bisa ia beli dengan uangnya itu. Mudah bagi dia untuk membeli gaun pernikahan yang baru, tapi tidak ia lakukan. Sungguh keterlaluan sekali dirinya. Gaun pernikahan ini akan membuat Elleana terlihat seperti wanita murahan nantinya. Menggantikan posisi Isabelle Scott, aktris yang sedang naik daun. Seluruh Manhattan kelak pasti akan menggunjingnya.Untung Elleana meminta si perias agar rambutnya di konde saja dan berikan aksesoris tiara kecil nan manis di puncak kepalanya. Kata si perias, Isabelle ingin rambutnya di gerai. Tapi, ini kan Elleana sendiri yang akan menjalaninya, jadi khusus untuk rambut Elleana
WARNING!!! 21++____Elleana berjalan mengikuti David sambil mengangkat sedikit gaun pengantinnya, ia agak kesusahan untuk berjalan lepas karena ujung gaunnya yang menjuntai panjang. Pria yang beberapa jam lalu sudah resmi menjadi suaminya itu pun juga sangat tidak peka. Padahal Elleana berharap David menawarkan bantuan padanya, setidaknya menggenggam tangan Elleana. Tapi, sama sekali tidak, justru David malah berjalan cepat meninggalkannya.Pesta pernikahan telah usai. Ralat, sebenarnya pesta pernikahan yang mewah itu masih berlangsung. Namun, setelah menyapa beberapa kolega penting, David memutuskan untuk pamit undur diri lebih dulu, menyisakan orang tua dan kedua adiknya bersama para tamu. Sebenarnya Elleana masih ingin berada di pesta itu, tapi tidak ada yang ia kenal di sana, jadi Elleana hanya bisa mengekori David. Istri yang baik selalu berada di belakang suaminya, kan?Cihhh!Selama perjalanan menuju mansion milik keluarga Miller, Elleana dan David hanya bungkam dan tenggelam
Elleana bangun pagi-pagi sekali, bahkan sang surya saja belum muncul. Tadinya Elleana sempat bingung mencari letak dapur, apalagi keadaan rumah keluarga suaminya itu juga sepi sekali. Elleana tidak mendapati satu orang pun yang berlalu-lalang untuk Elleana tanyai. Alhasil dia muter-muter seperti orang hilang hanya demi menemukan dapur, ya sudahlah tidak masalah. Hitung-hitung Elleana sedang beradaptasi dengan tempat tinggal barunya ini.Elleana menatap takjub sekeliling rumah milik keluarga suaminya itu. Elleana pernah melihat rumah sebesaran ini, tapi bukan dalam dunia nyata melainkan dalam cerita-cerita dongeng juga di film-film. Ini kali pertama Elleana melihat rumah besar bak di negeri dongeng. Astaga, keluarga suaminya ini memang sangat kaya! Entah Elleana harus bersyukur karena bisa menjadi menantu di keluarga terhormat ini atau menyesal karena harus hidup selamanya dengan pria sekejam David.Kaki jenjang Elleana mendadak terhenti kala ia tiba di sebuah ruangan yang berada di po
Elleana baru saja kembali dari restoran tempat ia bekerja, ia datang ke sana untuk menjawab berbagai pertanyaan dari atasan dan rekan kerjanya tentang Elleana yang menjadi pengantin pengganti dari David Miller kemarin. Tak hanya itu, Elleana juga meminta mereka semua untuk memperlakukannya seperti biasa meskipun kini Elleana sudah menjadi menantu sulung dari keluarga Miller. Untungnya mereka semua paham dan menyetujui permintaannya.Elleana melepas mantel dinginnya sambil meniupkan hawa panas ke telapak tangannya. Elleana menggantung mantel dinginnya di tempat gantungan dekat pintu, lalu ia berjalan ke dapur. Kepala pelayan bersama lima orang pelayan sedang sibuk berkutat dengan bahan-bahan masakan. Elleana menghampiri mereka tanpa ragu. Para pelayan yang menyadari kehadirannya pun membungkuk memberi hormat.Elleana mendelik tidak suka. Padahal tadi pagi ia sudah menjelaskan pada seluruh pelayan yang ada di rumah ini bahwa Elleana tidak pernah dan tidak mau jika ada seseorang yang ber
"Minta pelayan untuk mengantarkan kopi sepeti biasa ke ruangan saya sekarang juga!" Titah David tanpa melirik sedikit pun pada asisten pribadi yang tengah menyambutnya dengan senyum hangat dari meja resepsionis. Pria it uterus memacukan kakinya lebar menuju ruangannya.David baru saja selesai rapat dengan Palavi Corp. Salah satu kolega bisnisnya yang datang jauh-jauh dari Paris. Saat ini Miller Group tengah menggarap proyek hotel besar yang akan di bangun di ibukota Paris, tentunya dengan bantuan Palavi Corp."Bagaimana hubunganmu dengan Elleana? Kuharap baik-baik saja." Celetuk Tommy saat David baru saja menduduki bangku kebesarannya.David mendelik tajam, namun Tommy sama sekali tidak memedulikan tatapan menyeramkan yang David lemparkan itu.Tidak usah heran, Tommy dan David memang sudah berteman sejak kecil. Ayahnya dengan ayah Tommy berteman baik, bisa di bilang mereka rekan bisnis. Tommy tahu betul bagaimana tabiat David yang keras kepala dan emosian."Dia itu wanita yang baik, D
Ellana melangkahkan kaki jenjangnya gontai memasuki panti asuhan yang sudah menampungnya dan sang ibu sejak ia masih kecil. Tadi, pagi-pagi sekali Nyonya Regina meneleponnya dan meminta Elleana agar berkunjung ke panti. Berhubung saat ini Elleana habis mengantar dokumen David dan ia juga belum ke panti asuhan sejak pernikahan kilatnya, alhasil Elleana menyetujuinya."Ellea!" Seru anak-anak panti dengan begitu girangnya kala melihat kedatangan Elleana. Lalu mereka semua langsung berlarian dan memeluk Elleana, melepaskan rasa rindu.Elleana juga membalas pelukan anak-anak itu tak kalah erat sambil tangannya mengelus gemas rambut anak-anak itu seolah menyalurkan rasa cintanya.Setelah puas melepas kerinduannya bersama anak-anak panti, Elleana memacukan kaki jenjangnya ke halaman belakang. Anak-anak itu memberitahu Elleana kalau Nyonya Regina sedang berada di sana. Dan benar saja, wanita setengah abad itu ternyata tengah berkebun seorang diri.Manik Elleana menyapu sekeliling panti asuhan
"Minta es krim-nya dua ya!" Leo memesan dua buah es krim, rasa vanila untuknya dan satu lagi rasa cokelat kesukaan Elleana. Leo masih ingat sekali kalau Elleana penggemar nomor satu segala makanan dan minuman yang berbahan dasar cokelat. Entah sekarang Elleana masih menyukai cokelat atau tidak, tapi semoga saja kesukaan wanita itu belum berubah. "Ini dia, es krim cokelat kesukaanmu." Leo menyodorkan es krim cokelat itu pada Elleana. Elleana langsung mengambil es krim cokelat itu, tak lupa bergumam mengucapkan terima kasih. Senyum manis mengembang di wajah cantik Elleana. "Masih jadi cokelat lovers ternyata?" Elleana mengangguk semangat sambil asyik menjilat es krim cokelat miliknya seperti anak kecil. “Ternyata satu-satunya yang berubah hanya statusmu saja, ya.” Gumam Leo pelan, terdengar miris. Meskipun sangat pelan, tapi Elleana masih bisa mendengar gumaman itu samar-samar. Elleana pun mempercepat langkah kakinya, membuat Leo ikutan mengambil langkah lebar untuk menyamakan lang
Elleana meletakkan sepasang piyama berwarna biru gelap milik David di atas kasur. Elleana mendudukkan dirinya di atas ranjang menunggu David yang kini sedang mandi.Mereka berdua baru saja tiba di rumah, Elleana sudah mengganti pakaiannya yang basah kuyup dan kini giliran David.Kemudian David keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya dengan menampilkan bagian atas tubuhnya. Rambutnya yang basah membuat air menetes membasahi wajahnya. Sumpah demi apa pun, David terlihat sangat seksi.Elleana memejamkan mata, menggelengkan kepalanya. Elleana menepis pikiran kotornya itu.Elleana berdeham untuk mengusir kegugupannya. Ia melirik David takut-takut, rupanya pria itu tengah memperhatikannya intens. Berarti David memergoki Elleana yang memperhatikan tubuh atletisnya itu dong?!"A-aku sudah menyiapkan pakaian tidurmu. Kalau begitu aku pergi sekarang."Elleana beranjak dari duduknya di tepi tempat tidur lalu berjalan menuju pintu."Kau lupa?" Seru David menghenti
Dengan napas yang memburu, Elleana menyambar baju hangatnya yang tergantung rapi di lemari lalu memakainya dengan cepat. Ia mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi bak ekor kuda. Setelah berkutat dengan hati dan pikirannya, akhirnya Elleana memutuskan untuk pergi menjemput Audrey. Bagaimana pun juga Mom Samantha telah mempercayakannya untuk menjaga rumah ini selama ia pergi, berarti termasuk juga untuk menjaga ketiga anak-anaknya.Elleana mendaratkan pandangannya pada David yang tengah tertidur nyenyak. Menatap sendu wajah suaminya yang nampak begitu damai. Elleana mengulum bibir bawahnya sambil menghela napasnya pendek. Mendadak batinnya kembali mengalami peperangan lagi. Haruskah Elleana membangunkan David dan mengatakan tentang Audrey yang belum juga pulang karena sedang berada di club?Elleana berdecak pelan seraya menggelengkan kepalanya, ia mengusir jauh-jauh pikiran itu. Membangunkan David bukanlah ide yang bagus. Kasihan suaminya itu sedang sakit saat ini dan baru saja tertid
Elleana menaiki anak tangga satu per satu, tangannya membawa nampan berisi semangkuk bubur yang masih mengepul asapnya dan teh hangat. Ia belajar semuanya itu dari Nyonya Regina. Setiap kali Elleana sakit pasti Nyonya Regina selalu memberikan semangkuk bubur dan teh hangat, lalu besoknya Elleana sudah merasa lebih baik. Jadi, Elleana buatkan hal yang sama untuk David dengan harapan pria itu merasa baik ketika bangun besok pagi.Tangan Elleana terulur membuka pintu kamar, pemandangan yang pertama kali di lihatnya adalah David yang baru keluar dari kamar mandi sambil meringis dan memegangi perutnya. Wajah suaminya itu masih pucat, kedua pipinya juga memerah bak kepiting rebus mungkin karena mati-matian menahan gejolak di perutnya. Elleana menghampiri David yang berjalan tertatih-tatih ke kasur seraya berulang kali menghela napas kasar.“Sudah berapa kali bolak-balik kamar mandi selama aku pergi membuatkanmu bubur?” Tanya Elleana lembut sambil meletakkan nampan berisi bubur itu di atas n
Trap...Trap...Trap!Terdengar bunyi langkah kaki yang mengalun tegas memenuhi seluruh mansion Miller. Suara yang tak asing di gendang telinga, membuat Elleana yang baru saja selesai merapikan seprai kamarnya langsung setengah berlarian keluar kamar menghampiri sumber suara. Dari atas, Elleana dapat melihat David yang sudah pulang, padahal baru pukul empat sore. Tumben sekali suaminya itu pulang lebih awal, ujar Elleana dalam hatinya.Elleana mengulum senyum manisnya sambil mengedikkan bahu tak peduli. Ia memperhatikan David yang masih setia berdiri di bawah, tak ada tanda-tanda kalau pria itu hendak menaiki anak tangga. Mata Elleana memicing, mendapati pria mata hazel itu sedang meringis seraya tangannya memegangi perut berototnya yang seperti roti sobek itu. Kening Elleana mengernyit, dalam hati bertanya-tanya apa yang terjadi dengan suaminya itu."Dave?” Gumam Elleana setengah kencang, membuat David refleks menoleh padanya. “Kau kenapa? Hmm
"Siang ini Mom dan Dad akan berangkat ke Jepang," Elleana yang baru saja memasuki mansion Miller setelah mengantar David pergi kerja itu langsung menoleh ke ruang tamu kala mendengar suara Mom Samantha.Elleana mengernyitkan keningnya. Ia tidak salah dengar, kan? Ibu mertuanya itu ingin pergi ke Jepang? Ada masalah apa? Dan kenapa tiba-tiba sekali? Mendadak rasa tak enak hati dan pikiran negatif mulai menyerang Elleana. Jangan-jangan penyebab kepergian ibu mertuanya itu karena Elleana? Cepat-cepat Elleana menepis pikiran itu dari benaknya dan bergabung ke ruang tamu. Mertuanya itu sedang duduk santai sambil minum secangkir kopi bersama Juliant."Tumben sekali," Cicit Juliant tiba-tiba. Elleana mengulum senyum tipis kala Juliant melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum, menyapa. Perlahan Elleana menghempaskan bokongnya di sofa panjang, duduk di samping Juliant kala mendapatkan isyarat dari ayah mertuanya untuk bergabung."Oh, jangan bilang kalau Mom dan Dad ingin pergi bulan madu
Elleana membuka kelopak matanya cepat, tak sabaran. Dadanya kembang kempis tak karuan. Ia mengambil benda pipih miliknya yang tergeletak di atas nakas samping ranjang tempat tidurnya. Sepuluh menit lagi pukul enam pagi. Ia mengamati kedua tangannya dengan seksama, satu per satu jemarinya di absen tak terlewatkan. Cincin dengan mata berlian biru melingkar sempurna di jari manisnya. Matanya menatap cincin berlian itu penuh haru, tak menyangka sekali.Lalu Elleana mengintip dari balik selimut tebal yang menutupi hingga ke dadanya, tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Elleana menyeringai lebar, sebelah tangannya menutupi wajahnya malu-malu. Ternyata, malam panjang penuh kejutan dan kebahagiaan yang diciptakan oleh David itu sungguhan terjadi. Tadinya, Elleana kira itu hanya sekedar mimpi saja.Elleana melirik sekilas ke arah David yang masih terlelap dengab damai di sampingnya. Elleana membaringkan tubuh mungilnya lagi, pelan-pelan, agar tak menimbulkan gerakan yang bisa mengganggu ti
Elleana dan David berjalan berdampingan menyusuri trotoar. Padahal hari sudah semakin malam, tapi jalanan Manhattan tak juga kunjung sunyi, malah semakin ramai kendaraan berlalu lalang. Angin berhembus sepoi-sepoi. Elleana mengusap-usap lengannya yang tidak tertutup sehelai benang pun sambil sesekali memeluk badannya sendiri. Udaranya lumayan dingin, ditambah lagi dress pemberian David tidak berlengan dan bahannya tidak terlalu tebal juga. David melirik istrinya itu melalui ekor matanya, ia tersenyum tipis sambil menggeleng samar. Padahal Elleana sedang merasa kedinginan, tapi wanita itu malah diam saja. Semua wanita memang sama saja ya. Apa susahnya sih tinggal bilang ‘aku kedinginan’? Makanya, tidak heran lagi deh kalau banyak wanita yang suka tiba-tiba merajuk tanpa alasan yang jelas. Sebagai seorang pria sejati, David melepaskan jas yang melekat di tubuh tegaknya itu. Lalu ia memakaikannya dengan melilit jas itu menutupi punggung dan pundak Elleana. Tak hanya sampai di situ, Dav
"Aku masih punya satu kejutan manis lagi untukmu." Ucap David lembut seraya tersenyum manis.Elleana yang duduk di samping dengan wajah merona merah itu langsung menoleh menatap David penuh tanya. Tapi justru yang tatap malah bergeming dengan pandangan lurus ke depan. Mr. Arrogant yang dulu Elleana kenal saat pertama kali kini telah berubah menjadi Mr. Misterius, ujar Elleana dalam hati sambil menggerutu manja."Kejutan apa lagi, Dave?" Cicit Elleana pelan. Sebenarnya dia ragu menanyakan apa kejutannya pada David. Suaminya itu sudah pasti enggan mengatakannya. Lagi pula Elleana pikir kejutannya sudah berakhir pada menikmati pemandangan lampu kota Manhattan yang padam dari helikopter, ternyata masih ada lagi. Entah malam ini David sudah menyiapkan berapa banyak kejutan untuk Elleana. Apakah malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua?"Rahasia,"Tuh kan benar! Elleana mendengkus kasar sambil mencebikkan bibirnya sebal. Kepalanya menoleh ke samping menatap ke luar jend
Elleana masih duduk di pangkuan David, bibirnya juga masih menyatu dengan bibir kenyal nan lembut milik David. Ciuman pria bermata hazel pada bibir Elleana itu sangat dominan. David mengulum lembut bibirnya atas bawah secara bergantian, lidahnya juga saling bertali dengan lidah Elleana, tak lupa David juga mengabsen deretan gigi putih Elleana, lidahnya juga menggelitik langit-langit Elleana membuatnya mendesah pelan di sela-sela ciumannya.Mata Elleana yang semula terpejam pun perlahan-lahan terbuka, ia menarik wajahnya menciptakan sedikit jarak di antara mereka. Mata abunya mengunci mata hazel David, Elleana dapat melihat ada setitik rasa kecewa dan protes di mata suaminya itu lantaran Elleana mengakhiri ciuman itu secara sepihak. Mau bagaimana lagi? Jika Elleana tidak melepaskannya sekarang, nanti David akan kelepasan dan malah semakin sulit mengatasi hasratnya.Elleana mengulum senyum manisnya. Tangannya menangkup rahang kokoh David yang di tumbuhi bulu-bulu halus beraturan, nampak
Selang tiga puluh lima menit, Elleana sudah siap. Dress merah pemberian David sudah melekat sempurna di tubuh mungilnya. Elleana melangkahkan kakinya menuju meja rias, ia menatap pantulan bayangannya yang begitu sempurna di cermin. Senyum lebar itu setia menghiasi wajah cantiknya semenjak Elleana membuka kotak merah muda pemberian David.Tangan Elleana terulur, mengumpulkan dan mengikat tinggi-tinggi rambutnya bak ekor kuda. Elleana memperhatikan bayangannya intens, keningnya mengkerut, alisnya alis bertaut. Elleana berdecak sebal, menggeleng tidak puas. Elleana itu paling suka jika rambutnya diikat satu bak ekor kuda atau dicepol asal, karena wajahnya terlihat semakin kecil dan cantik. Tapi, entah mengapa dua gaya rambut favoritnya itu tidak cocok dengan dress merah ini.Tanpa banyak basa-basi, Elleana langsung melepaskan ikatan di rambutnya. Ia melirik wajahnya dengan serius, dari sisi kanan dan sisi kiri, kemudian ia tersenyum puas. Jemarinya menyisir rambut panjang