Ellana melangkahkan kaki jenjangnya gontai memasuki panti asuhan yang sudah menampungnya dan sang ibu sejak ia masih kecil. Tadi, pagi-pagi sekali Nyonya Regina meneleponnya dan meminta Elleana agar berkunjung ke panti. Berhubung saat ini Elleana habis mengantar dokumen David dan ia juga belum ke panti asuhan sejak pernikahan kilatnya, alhasil Elleana menyetujuinya."Ellea!" Seru anak-anak panti dengan begitu girangnya kala melihat kedatangan Elleana. Lalu mereka semua langsung berlarian dan memeluk Elleana, melepaskan rasa rindu.Elleana juga membalas pelukan anak-anak itu tak kalah erat sambil tangannya mengelus gemas rambut anak-anak itu seolah menyalurkan rasa cintanya.Setelah puas melepas kerinduannya bersama anak-anak panti, Elleana memacukan kaki jenjangnya ke halaman belakang. Anak-anak itu memberitahu Elleana kalau Nyonya Regina sedang berada di sana. Dan benar saja, wanita setengah abad itu ternyata tengah berkebun seorang diri.Manik Elleana menyapu sekeliling panti asuhan
"Minta es krim-nya dua ya!" Leo memesan dua buah es krim, rasa vanila untuknya dan satu lagi rasa cokelat kesukaan Elleana. Leo masih ingat sekali kalau Elleana penggemar nomor satu segala makanan dan minuman yang berbahan dasar cokelat. Entah sekarang Elleana masih menyukai cokelat atau tidak, tapi semoga saja kesukaan wanita itu belum berubah. "Ini dia, es krim cokelat kesukaanmu." Leo menyodorkan es krim cokelat itu pada Elleana. Elleana langsung mengambil es krim cokelat itu, tak lupa bergumam mengucapkan terima kasih. Senyum manis mengembang di wajah cantik Elleana. "Masih jadi cokelat lovers ternyata?" Elleana mengangguk semangat sambil asyik menjilat es krim cokelat miliknya seperti anak kecil. “Ternyata satu-satunya yang berubah hanya statusmu saja, ya.” Gumam Leo pelan, terdengar miris. Meskipun sangat pelan, tapi Elleana masih bisa mendengar gumaman itu samar-samar. Elleana pun mempercepat langkah kakinya, membuat Leo ikutan mengambil langkah lebar untuk menyamakan lang
Elleana meletakkan sepasang piyama berwarna biru gelap milik David di atas kasur. Elleana mendudukkan dirinya di atas ranjang menunggu David yang kini sedang mandi.Mereka berdua baru saja tiba di rumah, Elleana sudah mengganti pakaiannya yang basah kuyup dan kini giliran David.Kemudian David keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya dengan menampilkan bagian atas tubuhnya. Rambutnya yang basah membuat air menetes membasahi wajahnya. Sumpah demi apa pun, David terlihat sangat seksi.Elleana memejamkan mata, menggelengkan kepalanya. Elleana menepis pikiran kotornya itu.Elleana berdeham untuk mengusir kegugupannya. Ia melirik David takut-takut, rupanya pria itu tengah memperhatikannya intens. Berarti David memergoki Elleana yang memperhatikan tubuh atletisnya itu dong?!"A-aku sudah menyiapkan pakaian tidurmu. Kalau begitu aku pergi sekarang."Elleana beranjak dari duduknya di tepi tempat tidur lalu berjalan menuju pintu."Kau lupa?" Seru David menghenti
"Mom sudah nggak sabar lagi deh buat gendong cucu dari kalian." Seru Mom Samantha tiba-tiba, entah sejak kapan wanita setengah abad yang masih enerjik itu berdiri di samping Elleana.Elleana mengulum senyumnya, dia yakin pasti wajahnya memerah bak kepiting rebus karena perkataan Mom Samantha. Elleana memilih diam saja sambil fokus mengupas buah apel merah untuk cemilan ibu mertuanya itu."Kalian jangan jangan menunda punya momongan ya, Mom mau secepatnya." Seru Mom Samantha lagi dengan senyum lebar seraya mencubit pipi Elleana gemas seolah memang sengaja menggoda menantunya itu."Mom...," Rengek Elleana manja, tangannya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Elleana semakin menundukkan kepalanya saking malu.Mom Samantha berlalu dari dapur dengan senyum lebar lantaran puas sudah menggoda menantunya.**"Kopi ini di antar ke meja nomor berapa?" Tanya Elleana sambil menata secangkir latte di atas nampan.Setelah selesai mengurus semua keperluan rumah dan mengatur makan siang ju
21++ ke atas yaa!!______“Ah….ah….ah….,”Davis menggerakkan pinggulnya seirama dengan tempo yang cepat. Elleana ada di bawahnya menikmati setiap hujaman demi hujaman yang David berikan.David meremas buah dada Elleana kuat hingga bercak jarinya membekas jelas di sana. David semakin menggerakkan pinggulnya liar membuat desahan Elleana semakin menggila bahkan sesekali menjerit di sela-sela desahannya.Iya. Sebentar lagi. Dikit lagi mereka berdua mencapai puncak. Dan akhirnya....,“Ahh....,”“Ouhh....,”David dan Elleana mengerang bersamaan ketika mendapatkan pelepasannya. Elleana memeluk erat punggung tegak David yang basah dan lengket karena peluhnya.David mencium kening dan bibir Elleana singkat namun hangat. Napas keduanya terengah-engah, pertempuran siang hari yang luar biasa. David menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Elleana. Matanya lurus menghadap langit-langit, kedua tangannya David gunakan sebagai bantalan untuk kepalanya.Elleana melirik David yang berbaring di sampingnya.
David menyalakan pemantik rokoknya lalu menghisapnya dan menghembuskan gumpalan asap itu kasar, berulang kali. Sebenarnya David bukan tipe cowok perokok, David akan merokok ketika ia sedang banyak pikiran saja. Semalaman David tidak bisa tidur hanya karena ucapan rindu Elleana untuk pria di masa lalunya itu selalu memenuhi kepala David. David sudah berusaha untuk tidur kok, tapi matanya itu tidak bisa diajak kompromi, malah terjaga karena pernyataan rindu Elleana selalu menggema di telinganya. Seperti sekarang, David memilih menenangkan diri sambil menyambut fajar di tepian laut sambil menghisap sebatang rokok. Saat matahari mulai semakin meninggi di ufuk timur dan rokoknya pun telah habis, David memutuskan kembali ke kamarnya. Pintu kamar terbuka, David langsung dihadapkan dengan Elleana yang tengah mengeringkan rambutnya. Pasti istrinya itu baru selesai mandi. Tanpa mengatakan apa pun, David melenggang gontai melewati Elleana begitu saja.
Elleana berjalan santai di tepi pantai. Setelah beberapa hari mendekam di dalam kamar sambil bergelut panas dengan David, akhirnya Elleana bisa juga keluar menghirup udara segar. Menikmati semilir angin pantai, senandung deburan ombak, juga burung-burung yang berkicau merdu. Elleana merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya, menikmati keindahan pantai. Tiba-tiba lengan kekar melingkar posesif di perutnya yang tidak terbungkus pakaian. Elleana membuka matanya, ia melirik, ternyata si pemilik tangan kekar itu tak lain David. Padahal tadi pria mata hazel itu sedang tertidur nyenyak di kasurnya. "Kau pergi ke pantai sendirian tanpa memberitahuku? Apalagi dengan pakaian seperti ini?" Bisik David berat tepat di depan telinganya membuat Elleana merinding. "Kau sengaja? Huh? Lihatlah, semua pria di sini sedang menatapmu dengan tatapan laparnya. Aku tidak menyukainya." Bisik David lagi, masih dengan memeluk Elleana dari belakang. Elleana menelan salivanya kasar sambil menggeleng pel
Mobil sedan hitam yang membawa David beserta istri dan adik bungsunya itu baru saja berhenti sempurna di pelataran mansion Miller. Jet pribadi yang mereka tumpangi baru saja mendarat mulus di Manhattan lima belas menit lalu. David segera keluar dari mobil lebih dulu, kemudian ia melangkahkan kaki panjangnya gontai namun tegas memasuki mansion. Elleana dan Audrey juga mengikuti pria mata hazel itu dua meter tepat di belakangnya. Mom Samantha yang tengah duduk santai di ruang tamu sembari mengupas apel itu pun menoleh kala menyadari David memasuki rumah bersama menantu dan anak perempuannya. "Eh, kalian berdua kok sudah pulang sih? Bulan madu kalian itu kan seharusnya baru berakhir beberapa hari lagi." Tanya Mom Samantha dengan ekspresi kebingungan. Lengang. Baik David atau pun Elleana tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda akan menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Mom Samantha. "Kau juga, Audrey? Bagaimana kau bisa datang bersama kakakmu?" Tanya Mom Samantha lagi. Audrey yang
Dengan napas yang memburu, Elleana menyambar baju hangatnya yang tergantung rapi di lemari lalu memakainya dengan cepat. Ia mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi bak ekor kuda. Setelah berkutat dengan hati dan pikirannya, akhirnya Elleana memutuskan untuk pergi menjemput Audrey. Bagaimana pun juga Mom Samantha telah mempercayakannya untuk menjaga rumah ini selama ia pergi, berarti termasuk juga untuk menjaga ketiga anak-anaknya.Elleana mendaratkan pandangannya pada David yang tengah tertidur nyenyak. Menatap sendu wajah suaminya yang nampak begitu damai. Elleana mengulum bibir bawahnya sambil menghela napasnya pendek. Mendadak batinnya kembali mengalami peperangan lagi. Haruskah Elleana membangunkan David dan mengatakan tentang Audrey yang belum juga pulang karena sedang berada di club?Elleana berdecak pelan seraya menggelengkan kepalanya, ia mengusir jauh-jauh pikiran itu. Membangunkan David bukanlah ide yang bagus. Kasihan suaminya itu sedang sakit saat ini dan baru saja tertid
Elleana menaiki anak tangga satu per satu, tangannya membawa nampan berisi semangkuk bubur yang masih mengepul asapnya dan teh hangat. Ia belajar semuanya itu dari Nyonya Regina. Setiap kali Elleana sakit pasti Nyonya Regina selalu memberikan semangkuk bubur dan teh hangat, lalu besoknya Elleana sudah merasa lebih baik. Jadi, Elleana buatkan hal yang sama untuk David dengan harapan pria itu merasa baik ketika bangun besok pagi.Tangan Elleana terulur membuka pintu kamar, pemandangan yang pertama kali di lihatnya adalah David yang baru keluar dari kamar mandi sambil meringis dan memegangi perutnya. Wajah suaminya itu masih pucat, kedua pipinya juga memerah bak kepiting rebus mungkin karena mati-matian menahan gejolak di perutnya. Elleana menghampiri David yang berjalan tertatih-tatih ke kasur seraya berulang kali menghela napas kasar.“Sudah berapa kali bolak-balik kamar mandi selama aku pergi membuatkanmu bubur?” Tanya Elleana lembut sambil meletakkan nampan berisi bubur itu di atas n
Trap...Trap...Trap!Terdengar bunyi langkah kaki yang mengalun tegas memenuhi seluruh mansion Miller. Suara yang tak asing di gendang telinga, membuat Elleana yang baru saja selesai merapikan seprai kamarnya langsung setengah berlarian keluar kamar menghampiri sumber suara. Dari atas, Elleana dapat melihat David yang sudah pulang, padahal baru pukul empat sore. Tumben sekali suaminya itu pulang lebih awal, ujar Elleana dalam hatinya.Elleana mengulum senyum manisnya sambil mengedikkan bahu tak peduli. Ia memperhatikan David yang masih setia berdiri di bawah, tak ada tanda-tanda kalau pria itu hendak menaiki anak tangga. Mata Elleana memicing, mendapati pria mata hazel itu sedang meringis seraya tangannya memegangi perut berototnya yang seperti roti sobek itu. Kening Elleana mengernyit, dalam hati bertanya-tanya apa yang terjadi dengan suaminya itu."Dave?” Gumam Elleana setengah kencang, membuat David refleks menoleh padanya. “Kau kenapa? Hmm
"Siang ini Mom dan Dad akan berangkat ke Jepang," Elleana yang baru saja memasuki mansion Miller setelah mengantar David pergi kerja itu langsung menoleh ke ruang tamu kala mendengar suara Mom Samantha.Elleana mengernyitkan keningnya. Ia tidak salah dengar, kan? Ibu mertuanya itu ingin pergi ke Jepang? Ada masalah apa? Dan kenapa tiba-tiba sekali? Mendadak rasa tak enak hati dan pikiran negatif mulai menyerang Elleana. Jangan-jangan penyebab kepergian ibu mertuanya itu karena Elleana? Cepat-cepat Elleana menepis pikiran itu dari benaknya dan bergabung ke ruang tamu. Mertuanya itu sedang duduk santai sambil minum secangkir kopi bersama Juliant."Tumben sekali," Cicit Juliant tiba-tiba. Elleana mengulum senyum tipis kala Juliant melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum, menyapa. Perlahan Elleana menghempaskan bokongnya di sofa panjang, duduk di samping Juliant kala mendapatkan isyarat dari ayah mertuanya untuk bergabung."Oh, jangan bilang kalau Mom dan Dad ingin pergi bulan madu
Elleana membuka kelopak matanya cepat, tak sabaran. Dadanya kembang kempis tak karuan. Ia mengambil benda pipih miliknya yang tergeletak di atas nakas samping ranjang tempat tidurnya. Sepuluh menit lagi pukul enam pagi. Ia mengamati kedua tangannya dengan seksama, satu per satu jemarinya di absen tak terlewatkan. Cincin dengan mata berlian biru melingkar sempurna di jari manisnya. Matanya menatap cincin berlian itu penuh haru, tak menyangka sekali.Lalu Elleana mengintip dari balik selimut tebal yang menutupi hingga ke dadanya, tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Elleana menyeringai lebar, sebelah tangannya menutupi wajahnya malu-malu. Ternyata, malam panjang penuh kejutan dan kebahagiaan yang diciptakan oleh David itu sungguhan terjadi. Tadinya, Elleana kira itu hanya sekedar mimpi saja.Elleana melirik sekilas ke arah David yang masih terlelap dengab damai di sampingnya. Elleana membaringkan tubuh mungilnya lagi, pelan-pelan, agar tak menimbulkan gerakan yang bisa mengganggu ti
Elleana dan David berjalan berdampingan menyusuri trotoar. Padahal hari sudah semakin malam, tapi jalanan Manhattan tak juga kunjung sunyi, malah semakin ramai kendaraan berlalu lalang. Angin berhembus sepoi-sepoi. Elleana mengusap-usap lengannya yang tidak tertutup sehelai benang pun sambil sesekali memeluk badannya sendiri. Udaranya lumayan dingin, ditambah lagi dress pemberian David tidak berlengan dan bahannya tidak terlalu tebal juga. David melirik istrinya itu melalui ekor matanya, ia tersenyum tipis sambil menggeleng samar. Padahal Elleana sedang merasa kedinginan, tapi wanita itu malah diam saja. Semua wanita memang sama saja ya. Apa susahnya sih tinggal bilang ‘aku kedinginan’? Makanya, tidak heran lagi deh kalau banyak wanita yang suka tiba-tiba merajuk tanpa alasan yang jelas. Sebagai seorang pria sejati, David melepaskan jas yang melekat di tubuh tegaknya itu. Lalu ia memakaikannya dengan melilit jas itu menutupi punggung dan pundak Elleana. Tak hanya sampai di situ, Dav
"Aku masih punya satu kejutan manis lagi untukmu." Ucap David lembut seraya tersenyum manis.Elleana yang duduk di samping dengan wajah merona merah itu langsung menoleh menatap David penuh tanya. Tapi justru yang tatap malah bergeming dengan pandangan lurus ke depan. Mr. Arrogant yang dulu Elleana kenal saat pertama kali kini telah berubah menjadi Mr. Misterius, ujar Elleana dalam hati sambil menggerutu manja."Kejutan apa lagi, Dave?" Cicit Elleana pelan. Sebenarnya dia ragu menanyakan apa kejutannya pada David. Suaminya itu sudah pasti enggan mengatakannya. Lagi pula Elleana pikir kejutannya sudah berakhir pada menikmati pemandangan lampu kota Manhattan yang padam dari helikopter, ternyata masih ada lagi. Entah malam ini David sudah menyiapkan berapa banyak kejutan untuk Elleana. Apakah malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua?"Rahasia,"Tuh kan benar! Elleana mendengkus kasar sambil mencebikkan bibirnya sebal. Kepalanya menoleh ke samping menatap ke luar jend
Elleana masih duduk di pangkuan David, bibirnya juga masih menyatu dengan bibir kenyal nan lembut milik David. Ciuman pria bermata hazel pada bibir Elleana itu sangat dominan. David mengulum lembut bibirnya atas bawah secara bergantian, lidahnya juga saling bertali dengan lidah Elleana, tak lupa David juga mengabsen deretan gigi putih Elleana, lidahnya juga menggelitik langit-langit Elleana membuatnya mendesah pelan di sela-sela ciumannya.Mata Elleana yang semula terpejam pun perlahan-lahan terbuka, ia menarik wajahnya menciptakan sedikit jarak di antara mereka. Mata abunya mengunci mata hazel David, Elleana dapat melihat ada setitik rasa kecewa dan protes di mata suaminya itu lantaran Elleana mengakhiri ciuman itu secara sepihak. Mau bagaimana lagi? Jika Elleana tidak melepaskannya sekarang, nanti David akan kelepasan dan malah semakin sulit mengatasi hasratnya.Elleana mengulum senyum manisnya. Tangannya menangkup rahang kokoh David yang di tumbuhi bulu-bulu halus beraturan, nampak
Selang tiga puluh lima menit, Elleana sudah siap. Dress merah pemberian David sudah melekat sempurna di tubuh mungilnya. Elleana melangkahkan kakinya menuju meja rias, ia menatap pantulan bayangannya yang begitu sempurna di cermin. Senyum lebar itu setia menghiasi wajah cantiknya semenjak Elleana membuka kotak merah muda pemberian David.Tangan Elleana terulur, mengumpulkan dan mengikat tinggi-tinggi rambutnya bak ekor kuda. Elleana memperhatikan bayangannya intens, keningnya mengkerut, alisnya alis bertaut. Elleana berdecak sebal, menggeleng tidak puas. Elleana itu paling suka jika rambutnya diikat satu bak ekor kuda atau dicepol asal, karena wajahnya terlihat semakin kecil dan cantik. Tapi, entah mengapa dua gaya rambut favoritnya itu tidak cocok dengan dress merah ini.Tanpa banyak basa-basi, Elleana langsung melepaskan ikatan di rambutnya. Ia melirik wajahnya dengan serius, dari sisi kanan dan sisi kiri, kemudian ia tersenyum puas. Jemarinya menyisir rambut panjang