Share

Part 50 - Menyerah!

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-17 22:00:36

Walaupun ponsel Mas Ezar meraung meminta untuk dijawab, ia sama sekali tak menggubris dan memilih tetap tidur dengan tenang di sampingku.

“Mas, hape kamu berisik. Aku gak bisa tidur,” protesku.

Kupikir Mas Ezar mengambil ponselnya untuk mengangkat panggilan Mantan kekasihnya, ternyata dia justru me-reject dan mematikan benda pipih itu.

Sebisa mungkin aku menahan senyum melihat sikapnya. Kupikir dia memang benar-benar berusaha keras untuk memperbaiki hubungan kami.

Tentu, aku senang jika dia tak lagi menganggap pernikahan kami terjadi karena terpaksa.

Artinya, perjuanganku mengambil hatinya dua bulan terakhir ini membuahkan hasil.

Seandainya Mika masih ada, aku akan sangat berterima kasih padanya. Sebab, karena ia yang selalu mensupport dan mengajariku menggunakan rayuan-rayuan bucinnya di setiap celah jika bersama Mas Ezar.

Aku pun berharap, kalau Mas Ezar berubah memang murni karena hatinya. Bukan karena menjadika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Andi Andriani
menikah dg seseorang yg belum selesai dg masa lalu nya hny membawa luka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 51 - Pisah?

    Entah berapa lama aku tidur, hingga terpaksa bangun saat merasakan ada yang menyentuh dahiku. Pelan, aku mengerjap dan mendapati Ibu duduk di sisi ranjang dengan raut wajah khawatirnya. “Salat Asar dulu, Neng. Sejaman lagi masuk waktu magrib.”Aku mengangguk dan beranjak ke kamar mandi. Membasuh wajah dengan air wudu dan lalu salat menengadah memohon ampun pada Sang Pencipta.Begitu selesai salat, aku keluar kamar dan bergabung dengan keluargaku yang sedang berkumpul di ruang tengah. “Teh, kok balik gak bareng Bang Ezar?” tanya Naila.“Lah iya. Teteh mah gak seru. Kan Bang Ezar kemarin janji mau beliin Agam sepeda listrik. Tapi, ini malah datang sendirian.” Agam mengerucutkan bibirnya kesal. “Heh, kalian berdua diam dulu. Sana masuk kamar. Ibu sama Bapak mau bicara sama Teteh,” ujar Ibu. “Mau bicara mah bicara aja, Bu. Kok, nyuruh kita berdua ke kamar. Iya gak, Teh Nai?” tanya Agam ke Naila.Bapak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 52 - Bertemu Ayah

    Vina spontan memelukku begitu kami bertemu di Bandara. Dia mengaku prihatin melihat kondisiku dan langsung menebak kalau aku menangis sepanjang malam. Padahal aku sudah pakai masker untuk menutupi segalanya, nyatanya, tetap terlihat dari mata yang sembap. “Kenapa tiba-tiba kamu mau pisah sama Pak Ezar?” tanya Vina ketika pesawat kami sudah mulai mengudara. Aku diam cukup lama sembari memandangi gumpalan awan yang begitu indah lewat jendela pesawat. “Pertama, tidak menyakiti perempuan lain. Kedua, tidak menjadi orang ketiga. Dan ketiga, tidak mengemis perhatian. Gue selalu memegang prinsip itu dan sampai pada titik kesadaran bahwa gue menjalin hubungan dengan menyakiti perempuan lain.” Aku mulai berbicara, tanpa melihat ke arah lawan bicara.“Gue gak hanya menyakiti perempuan lain, tapi juga menyakiti Pak Ezar. Gue hadir di hidupnya dan merusak hubungan mereka yang jelas-jelas terjalin karena cinta,” lanjutku.“Bukannya kamu b

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 53 - Penjelasan Tante Maya

    Ayah dengan semangat bercerita menyampaikan rasa haru dan senangnya karena aku memutuskan untuk ikut bersamanya—kembali ke rumah kami dulu.Dia juga mengatakan kalau rela meninggalkan pekerjaannya di Kalimantan saat tahu aku ke Makassar. Ayah juga yang meminta petugas makam tadi untuk mengantarku ke makam Mama. Kenapa dia tak habis cara untuk menarik hatiku? Begitu sampai di rumah, Ayah dengan sigap membuka pintu mobilnya untukku dan membawa koperku. Aku sedikit terpana melihat rumah ini. Sudah terlalu banyak perubahan. Sayangnya, karena kenangan indah dan pilu masa kecilku tak berubah sama sekali. “Ayo masuk!” ajak Ayah. Aku mengikuti langkahnya, tanpa berbicara.“Maya!” teriak Ayah ketika ia sudah sampai di depan pintu. Tak butuh waktu lama, wanita yang kucap adalah orang ketiga dalam hubungan Ayah dan Mama di masa silam itu pun keluar.Dia mengulas senyum dan menyambutku dengan ramah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 54 - Perawan Ting-Ting

    “Jadi, Bina dan El .. El siapa lagi namanya, lupa ... mereka itu anak kandungnya Ayah?” tanyaku dengan kilat gairah keingintahuan yang tinggi. Tante Maya tersenyum, kemudian mengangguk. "Bina sama Elizha. Iya, mereka nasabnya sama sepertimu, Nak. Anak kandung Jian Prasaya. Hanya saja, kalian lahir dari rahim yang berbeda.”Aku kembali menatap keluar jendela. Menyadari betapa telah memupuk kebencian pada seseorang selama bertahun-tahun karena salah paham.Aku menunduk, menutup wajah dengan satu tangan. Hingga tanpa sadar, pertahananku yang telah rapuh sedari kemarin kembali meluruh. Tante Maya sigap merengkuh tubuh ini ke dalam pelukannya. Ia mengusap lembut rambutku dan membisikkan kata-kata untuk sekadar menguatkan. “Maafin Asha, Tante,” lirihku lalu perlahan mengurai pelukan. “Asha telah salah paham sama Tante dan Ayah.”“Tante tidak apa-apa. Tante hanya membantu Ayahmu menjelaskan kebenarannya. Dia takut kamu tidak mau berb

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 55 - Kecantol Mantan

    Aezar POVSudah seharian lebih, Asha pergi dari rumah. Aku benar-benar tidak tahu harus mencarinya di mana lagi sekarang?Ke kos Vina? Malam itu, aku ke sana dan ia mengaku tak tahu ke mana Asha?Jujur, aku tak percaya padanya, hingga kembali kudatangi esoknya lagi, tapi tidak lagi kutemukan wujudnya di sana. Kata Ibu kosnya, Vina pulang ke Makassar. Ke Sukabumi? Keluarganya Asha di sana sama sekali tak mau menemuiku. Jangankan mengobrol, pintu rumah saja enggan untuk dibuka. Pikiranku kalut hanya memikirkan Asha. Dia di mana? Apakah baik-baik saja atau tidak? Pesanku di i*******m sama sekali tak direspons. Sedangkan, aku tak punya nomor cadangannya. Hal yang membuatku semakin sakit karena ia meninggalkan kartu debit dan ponsel pemberianku untuk hadiah ulang tahunnya. Dia benar-benar pergi, tanpa ingin membawa jejakku. Bahkan, cincin kawin kami pun dilepas. Dia hanya menyematkan salam perpisahannya pada selembar kertas. Dear,Mas EzarMaaf, jika hadirku selama ini menyakitimu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 56 - Mencari Asha

    Lagi, napasku dibuat tercekat dengan kenyataan yang ada. Aku merasa sangat bodoh yang tak tahu apa-apa tentang istri sendiri. Selama ini, aku memang tak pernah berinisiatif bertanya padanya. “Saat umurnya Asha masih 9 tahun, mamanya bunuh diri karena gak terima suaminya menikah lagi diam-diam. Kamu ingat kemarin saat dia menyelamatkan orang bunuh diri?”Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Bunda. “Bunda rasa itu karena dia ingat kejadian yang dialaminya dulu. Dia tidak mau hal itu terulang lagi. Asha gak bilang, tapi Bunda bisa baca dari sorot matanya,” ungkap Bunda. “Lebih jelasnya, kamu tanyakan pada Paman dan Bibinya Asha.”“Pergilah, temui mereka kembali,” pinta Bunda.“Tapi, Bun. Mereka gak mau bertemu denganku.”"Jadi kamu mau menyerah begitu saja?” tanya Papa menatapku nyalang. “Kamu mau kehilangan Asha?”Aku menggeleng kuat-kuat. Betapa tak bisa kubayangkan jika harus kehilangan Asha. “K

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 57 - Bertemu Vina

    Terkejut?Pasti. Aku tak menyangka jika perginya Asha sudah sejauh ini. Aku bisa santai jika dia sengaja menghindar, tapi aku khawatir kondisinya yang belum stabil. Barangkali dia sudah menebak kalau aku akan mencarinya ke Sukabumi. Jadi, langsung pergi menjauh lintas pulau. Ah, aku tidak peduli. Walaupun bermil-mil pergi menjauh dariku, cinta untuknya tetap tumbuh subur. Rindu yang menggebu menjadikan rasa ini semakin dalam. “Aku akan menyusul Asha, Bu, Pak.”Mereka mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis. “Pergilah besok saja, Nak. Nanti Bapak kirimkan alamat rumahnya. Kalau Nak Ezar kenal Vina— temannya Asha, mungkin bisa minta bantuan juga sama dia. Kemarin mereka berangkat bareng ke Makassar.”Jadi? Ternyata benar dugaanku kalau Vina memang tahu keberadaan Asha. “Ibu cuma berpesan sama Nak Ezar. Tolong jangan sakiti Asha. Jiwa dan hatinya sudah hancur sejak kecil. Nak Ezar mungkin melihatnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Bab 58 - Adegan Dramatis

    “Nak, di luar ada yang mau ketemu sama kamu. Katanya dari Jakarta,” ucap Tante Maya mengalihkan fokusku dari ponsel. Jakarta? Siapa orang Jakarta yang tahu aku di sini? “Cowok apa cewek, Tante?”“Cowok.”“Orangnya tinggi gak, Tante?”Tante Maya mengangguk. “Tampan juga, Nak. Kayak aktor-aktor Cina gitu.”Huft!Aku memutar bola mata malas. Si Tante ini sepertinya juga doyan nonton drama Cina? Dari kriteria yang disebutkan, sepertinya aku sudah bisa menebak orangnya. “Disuruh pulang aja, Tante. Asha males ketemu orang,” ucapku dingin. “Baiklah.”Begitu Tante Maya berlalu, aku mengembuskan napas berat. Bangkit dari sofa dan mengintip ke arah pintu dari balik gorden. Samar, kudengar suara yang tak asing di telinga itu tengah mengobrol dengan Tante Maya. Mengapa dia datang ke sini? Beberapa saat kemudian, Tante Maya sudah duduk di dekatku. “Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20

Bab terbaru

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 140 - I Love You, Pak Dosen! (END)

    Mas Ezar membawaku ke samping resto yang sepi-sepi orang. Entah ada tujuan apa dia membawaku ke sini? Sudah persis gadis polos mau diperkaos pria hidung belang. “Mas, kenapa dibawa ke sini?” tanyaku mengerucutkan bibir kesal. “Padahal masih pengen nyinyirin si pirang gatal itu.”“Makanya aku bawa ke sini untuk menepi sejenak, Sayang. Jangan nyinyir lagi ya. Yang ada nanti kamu stres kebawa janin kamu juga ikutan stres,” ujar Mas Ezar. Dia menopang tubuh dengan kedua tangannya pada tembok agar tubuh kami tak bersentuhan walau posisinya mengurungku pada tembok. Aku menghela napas panjang. Sengaja mengalihkan pandangan ke arah lain agar terkesan judes. “Kamu kok belain dia, sih?”Mas Ezar menangkup wajahku dan menatap mata ini lekat. “Bukan membela, Sayang. Aku juga gak suka sikap dia tadi, tapi aku gak mau dia nyakitin kamu. Kamu tadi liat? Dia emosi kamu bilangin gatal. Untung gak jambak kamu.”“Aku kan bisa jambak balik,” cici

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 139 - Afgan KW?

    Begitu Bagas telah selesai bernyanyi dan Naila sedikit berlari turun dari panggung, barangkali lupa membawa stok urat malu. Hahaha. Bercanda urat malu!Seketika itu, aku pun terlintas ide untuk merayakan ulang tahun suamiku yang ke-29. Dari kemarin, aku berpikir keras bagaimana mengucapkan agar terkesan romantis dan tidak kaku macam sikapnya saat awal kami menikah. Aku pun naik ke panggung. Bukan untuk goyang ngebor di sana, tapi buat ngambil mic, lalu diskusi sebentar dengan Akang piano. Gak usah penasaran kami diskusi apaan? Intinya, setelah itu aku kembali ke tempat dudukku dengan mic di tangan. Saat ini, aku percaya diri dengan suaraku yang membahana, walau nyatanya seperti suara kodok. Masa bodoh dengan pandangan orang-orang, tapi aku bangga punya suara yang seksi ini, walau tak seseksi orangnya jika hanya berdua dengan Mas Ezar di kamar. Eya!Begitu musik mulai mengalun, aku membuka ponsel dan melihat lirik la

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 138 - Senandung Rembulan

    Belum sempat kusambut uluran tangan Ahsan, Mas Ezar yang entah muncul darimana lebih dulu menyambut tangan duda beranak satu itu. “Kami baik,” katanya sambil menarik pinggangku posesif hingga tubuh ini menabrak tubuhnya. “Duh, pocecip detected,” ucap Kak Akmal pelan. Dia sampai menutup mulut dan menoleh ke arah lain. Ia terlihat susah payah menahan tawanya. Ahsan tersenyum tipis. Barangkali menyadari kecemburuan Mas Ezar padanya. “Maaf ini, Mas, karena datang gak diundang. Cuma ikut-ikutan Kak Akmal,” kekeh Ahsan tak enak hati. “Gak apa-apa. Malah senang kalau banyak yang datang.”Mas Ezar mengulas senyum tipis berlagak sangat ramah. Padahal, kutahu hatinya tengah meradang melihat Ahsan mengulurkan tangannya padaku tadi. Dia pasti mengingat kejadian di pernikahan Vina kemarin, di mana saat itu Ahsan melamarku. Barangkali, sekarang ia tetap takut istrinya masih diincar oleh duduk beranak satu itu.

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 137 - Grand Opening Fadhgam Resto

    “Jangan cantik-cantik, Sayang. Aku takut nanti malah banyak yang naksir kamu di sana.” Lengan kekar Mas Ezar tiba-tiba saja sudah melingkar di perutku. Bahkan, kini hidungnya pun semakin liar menjelajahi leher ini.Ia sesekali memejamkan mata, kulihat dari cermin di hadapan kami..“Kalau aku jelek yang ada nanti kamu malu bersanding denganku. Katanya mau didampingi meresmikan resto,” ujarku masih mengoles tipis-tipis lipstik ke bibir. “Iya, tapi kalau cantiknya kebangetan aku takut kamu digodain laki-laki lain. Kamu gak pake makeup aja aku pede aja gandeng kamu, kok,” tutur Mas Ezar.Dia masih memeluk erat tubuh ini dari belakang. Napasnya yang hangat sesekali menyapu lembut di kulit leherku, aku bisa rasakan itu. “Aku yang malu tampil dengan muka burik tanpa polesan walau tipis, takut kebanting kegantengan Pak Dosen.”"Hmm, ya udah. Ayo kita pergi,” ajak Mas Ezar. Aku mengecek jam tangan, ternyata sudah puk

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 136 - Wanita dan Sepak Bola?

    Sampai di rumah Ayah, aku memutuskan untuk istirahat sebentar. Habis perjalanan jauh dari Jakarta ke Makassar rasanya capek banget.Padahal, tadi di pesawat cuma duduk doang. Tak sedang mencoba goyang ngebor sambil kayang. Mungkin efek hamil juga jadi badan serasa pegal-pegal dari ujung kepala hingga ujung kaki.Entah berapa lama aku istirahat sampai tertidur hingga kembali terbangun saat alarm pengingat meeting berbunyi. Sore ini, aku memang ada meeting online dengan Bu Aina dan para karyawan Aina Fashion. Begitu meeting berakhir, aku keluar kamar dan mendapati Mas Ezar yang sedang main ular tangga dengan Elizha di ruang tengah. ‘Astaga, laki gue mau-mau aja diajak main ular tangga.’Aku tertawa cekikikan melihat wajah Mas Ezar kayak ditekuk bak orang terpaksa. Aku tebak, dia pasti dipaksa nemanin main oleh Elizha. Soalnya, anak itu kalau keinginannya ditolak suka ngambek sampai 7 hari 7 malam. “Udah gede

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 135 - Gak Ada Hidup yang Mulus!

    “Sayang, dia tadi cuma nanya kabar, jangan salah paham, ya.”Nanya kabar? Penting amat gitu tahu kabar suami orang? Mas Ezar langsung duduk di sampingku, tapi aku sengaja tak memedulikan. Terlihat jelas dari gelagatnya kalau dia bingung bagaimana cara menjelaskan keberadaan Manda padaku? Ah, kurasa hatinya sedang gundah gulana, takut aku marah padanya. Kuraih ponsel dan pura-pura sibuk chat-an untuk menambah kesan judes ini. “Zar, Sha ... karena kebetulan kita ketemu di sini ....” ‘Lah, terus kenapa kalau ketemu di sini? Mau kopral sambil kayang?’“Jadi, sekalian aja gue minta maaf dan pamit pada kalian, terkhusus pada lu, Zar,” lanjut Manda.Setidaknya, aku memasang telinga baik-baik untuk lebih memperjelas pendengaran.Benarkah dia minta maaf? ‘Tumbenan banget seorang Manda minta maaf? Gak salah orang gue, kan, ya?’Takutnya aku cuma mimpi dan pas bangun malah ketampa

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 134 - Mika Hidup?

    Sore ini, ketika pulang dari rumah sakit menjenguk Kak Kyra, aku mengajak Mas Ezar untuk ke makamnya Almarhumah Mika.Sebelumnya aku juga sudah janjian dengan Vina untuk bertemu di gerbang masuk pemakaman.Setelah bertemu Vina, kami sama-sama menyusuri makam hingga berhenti di sebuah makam yang di nisannya bertuliskan nama Ditya Diatmika binti Gilang Baskara. Aku dan Vina berjongkok secara bersamaan disusul oleh Mas Ezar dan Kak Akmal yang juga ikut berjongkok di samping kami.Sejurus kemudian, aku dan Vina bergantian menyiram air ke tanah makan, menabur bunga untuk Mika, dan bersama-sama membacakan doa untuknya. “Mika, terima kasih banyak atas semua warna yang pernah lu berikan pada hidup gue. Saat hidup gue suram, lu yang datang dan susah payah menghibur walau mulanya gue gak pernah ngerespons baik kedatangan lu di masa laluJahatnya gue, karena berpikir kalau lu sama pengkhianatnya dengan orang-orang yang gue kenal sebelumny

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 133 - Melongok Baby Sagara

    Aku yang penasaran dengan wujud Baby Boy Kak Ghazaar dan Kak Kyra tak bisa menunggu lama lagi untuk melongoknya. Selesai sarapan dan mandi, aku langsung mengajak Mas Ezar ke rumah sakit. Untungnya, karena dia tak banyak neko-neko. Sampai di rumah sakit, Mas Ezar langsung membuka pintu ruang rawat Kak Kyra hingga perhatian semua orang yang fokus pada Baby Boy beralih ke kami sebentar. “Assalamualaikum,” ucap kami kompak.Di ruangan sudah ada Bunda, Papa, Kak Ghazaar, ibunya Kak Kyra, juga Bu Aina yang tampaknya malah sudah bergegas untuk pulang."Waalaikumsalam,” jawab mereka kompak.“Gak jodoh banget sama ponakan ganteng dan cantik yang satu ini. Giliran mereka datang, Tante mau pulang,” ujar Bu Aina. “Kenapa buru-buru, Bu?” tanyaku. “Mau ke butik. Ada klien yang nungguin di sana.”Kuanggukkan kepala berulang kali tanda mengerti. “Ibu gak ke toko kan?” tanyaku memicing. “Kenapa emang?” tanya wanita berhijab itu menyelidik. “Soalnya Asha bolos,” ucapku jujur, sengaja memasang eks

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 132 - Euforia Wisuda

    Bunda Ola tersenyum tipis, lalu celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu. “Itu dia orangnya.” Ibu mertuaku itu menunjuk dua orang pria yang kegantengannya tak diragukan lagi tengah berjalan beriringan ke arah kami. “Selamat ya, Nak.” Papa menyodorkan tangan yang langsung kusambut dan mencium punggung tangannya dengan takzim. “Mau lanjut kuliah magister di UNNUS juga, gak?” tanya Papa. Aku terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Nanti dipikir-pikir lagi, Pa. Kalau gak mager, boleh di-gas tanpa rem.”Aku beralih menatap Mas Ezar yang sedari tadi hanya tersenyum tanpa membuka suara. Satu tangannya berada di belakang, entah apa yang disembunyikan itu? Aku berusaha mengintip, tapi pria tampanku itu bergeser seolah tak membiarkanku melihatnya.“Bawa apa, sih?” tanyaku penasaran. Seketika itu, Mas Ezar mengusap-usap kepala ini pelan dan langsung mengeluarkan benda dari balik punggungnya.

DMCA.com Protection Status