Beranda / Romansa / Istri Dadakan si Dosen Tampan / Part 112 - Kenyang Nelan Kenyataan

Share

Part 112 - Kenyang Nelan Kenyataan

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-15 22:30:37

Aku menatap nyalang Mas Ezar yang menatapku sebentar. Kemudian, fokus menyetir kembali.

Dia terlihat gelagapan, tampak ada yang disembunyikan dariku.

“Mas, ini lipstik siapa? Kamu selingkuh?!” tanyaku menaikkan volume suara, saat tak kunjung mendapat jawaban darinya.

“Nggak, Sha. Itu lipstik ....” Mas Ezar menjeda ucapannya.

Antara ragu dan takut untuk mengatakan.

“Lipstik siapa? Ah, tapi intinya bukan lipstik aku. Bukan lipstiknya Freya, bukan lipstiknya Kak Kyra, pun bukan punya Bunda.” Aku tersenyum sinis dan mengalihkan pandangan ke luar jendela sekejap.

Pria tampan itu terdiam. Dari gelagatnya, aku melihat ia cemas dan bingung.

“Berhenti, Mas!” pintaku sambil mencengkeram lipstik misterius ini kuat-kuat.

Ia bingung. “Sha, kamu mau ngapain?”

Setidaknya, aku juga melihat raut cemas di wajahnya yang tampan itu.

Nada suaraku meninggi manakala Mas Ezar tak mengindahkan permintaanku. “Ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 113 - Sikat Toilet Bibit Pelakor

    Waktu menuju kampus tadi dari mengantar Asha, aku melihat mobil Manda lagi berhenti di jalan yang sepi. Pas aku tanya, ternyata mobilnya mogok. Aku menawari untuk memanggilkan montir, tetapi ia justru minta tolong untuk diantar ke kantornya karena sedang buru-buru ada siaran. Karena kasihan dia terus memohon, aku pun memberinya tebengan. Namun, tak kuduga jika lipstiknya harus ketinggalan yang sialnya menambah renggang hubunganku dengan Asha.Tak tahu harus bagaimana, aku memutarbalikkan fakta. Sengaja memojokkan sikap Asha pada Raihan untuk mencari pembenaran. Nyatanya, aku juga tahu kalau kasus kami sangat berbeda, tapi tujuannya sama-sama menolong. Asha marah besar dan yang membuatku tak menyangka adalah dia menamparku. Ini kali pertama aku melihatnya semarah itu. Bahkan, marah saat ia pergi dari rumah, marahnya sekarang lebih sadis. Hati ini semakin mencolos manakala istri tercintaku enggan untuk tidur bersama

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 114 - Jangan Menangis!

    POV ASHASiang ini, Vina mengajakku nongkrong di kafe sekadar mencari suasana baru karena menurutnya aku di kantor terlalu mumet memikirkan masalah rumah tangga. Aku tak menampik perkataannya. Sebab, kurasa dia memang benar.Masalahku dengan Mas Ezar datang bertubi-tubi, bahkan sebelum masalah lain berhasil terlewati. “Sha, kamu keliatan pucat tau. Apa kamu baik-baik aja?” tanya Vina begitu kami sudah di cafe. “Gue baik-baik aja,” lirihku menarik napas kuat-kuat. Selalu saja terasa sesak jika mengingat sebuah lipstik yang kutemukan di mobil Mas Ezar. “Benaran? Kamu kalau sakit jangan disembunyiin. Bahaya tau.” Vina memicing tajam. Aku mengulas senyum tipis mendengar perkataan Vina. Nyatanya, aku memang tak sedang sakit, cuma hati ini yang sedikit lebam.Hanya saja, dari kemarin aku memang sering ngerasa pusing, sedikit mual, mungkin itu efek terlalu memikirkan masalah.Apalagi semalaman a

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 115 - Jadi Tukang Pijat

    Sekitar pukul 05:25 sore, kami baru sampai di puskesmas tempat Ibu dirawat karena tadi sebelum berangkat ke Sukabumi, kami pulang ke rumah lebih dulu untuk menyiapkan beberapa keperluan selama di sini. Sampai di ruang UGD—di mana Ibu berada, aku langsung mencium takzim tangan Bapak, begitupun dengan Mas Ezar.Setelah itu, aku beralih memeluk Naila sekadar untuk menenangkannya yang kepalang panik sampai menangis dalam telepon tadi. Membuatku ikutan panik sampai tak bisa berpikir jernih. Beruntung, karena dalam perjalanan tadi, Bapak menghubungiku dan mengatakan kalau Ibu sudah mulai membaik. “Pak, kenapa asmanya Ibu tiba-tiba kambuh lagi?” tanyaku pada Bapak.“Tadi kan Ibu sama Bapak dari kondangan, terus itu pas pulang ada kebakaran. Bapak ajak pulang aja, tapi Ibu kekeh mau lihat. Sampai asapnya mengepul gede dan kemungkinan terhirup banyak sama Ibu sampai sesak napas begitu. Jadi, Bapak langsung aja bawa ke puskesmas. Untungnya, banyak orang baik yang nolongin juga,” jelas Bapak.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 116 - Kamu Halangan?

    “Ma—maaf untuk kesalahan yang mana?” Aku berguling ke samping saat merasa tangan Mas Ezar melonggar dari pinggangku seolah sudah membiarkanku untuk beranjak. Lagian, berada di atas tubuhnya lebih lama membuat detakan jantungku rada tak normal. Setelahnya, aku turun dari ranjang dan menyambar minyak urut yang masih tergeletak di kasur dan menyimpannya di atas nakas.Kemudian, aku meraih ponsel dan beralih duduk di dekat jendela yang sengaja kubuka setengah. Membiarkan angin malam masuk menyamarkan hawa panas di kamar ini. Mas Ezar ikut bangkit dan menghampiriku. Dia bertanya dengan nada yang terdengar sedikit kaget. “Apakah kesalahanku begitu banyak padamu?”Aku mendongak sebentar, menatap raut wajah yang terlihat cemas itu sekilas. Saat ini, Mas Ezar tengah memegang sandaran kursiku.“Katakan yang mana aja? Kenapa pertanyaanmu seolah-olah mengatakan kalau aku punya kesalahan yang teramat banyak padamu? Bukankah selama ini kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 117 - Kopi Pahit Sedikit Senyuman

    Aku menggeleng pelan, lantas tersenyum tipis, “Dapat info dari mana kalau aku halangan, hmm?”“Gak ada. Cuma tumbenan aja kamu ngajak bobo cepat, bukan nawarin yang enak-enak,” kekeh Mas Ezar dengan tatapan mesumnya. Aku mendongak menatapnya dengan alis terangkat. “Emang kamu mau? Kemarin aku tawarin kamu, loh. Tapi, nolak. Kirain emang udah gak mau.”“Mana ada gak mau?” Mas Ezar memasang wajah memelas. Tanpa ba-bi-bu lagi, dia mengangkat kaki ini naik ke ranjang secara paksa hingga tubuhku sedikit terbanting. Suara Mas Ezar melirih. “Aku selalu merindukanmu, Sayang.”Pria itu buru-buru naik ke ranjang dan mulai melahap bibirku dengan ganas. Tapi, aktivitasnya terhenti ketika aku menutup mulutnya dengan telapak tangan ini. “Lakukan dengan pelan-pelan. Nanti Naila mendengar kita. Rumah ini gak kedap suara kayak di rumah kita,” protesku. Tidak etis, kalau Naila yang kamarnya bersebelahan dengan kamar kami malah mendengar adegan yang tak seharusnya didengar. “Ah uh ah argh!” Aku men

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 118 - Asha Pingsan

    Sore itu, saat Mas Ezar tengah mengobrol dengan Bapak dan Ibu di teras, sedang aku memilih menghampiri Naila yang berada di kamarnya. Sungguh, aku penasaran dengan kisah cinta jarak jauh antara dia dan Bagas--sepupuku dari pihak Mama.Kupikir, benih-benih cinta yang tampaknya timbul saat mereka bertemu di Jakarta waktu itu tak akan bertahan lama.Setelah mereka pulang ke kota masing-masing semua usai begitu saja terbawa angin. Nyatanya, masih berlanjut sampai sekarang.“Nai, Teteh boleh masuk, gak?” tanyaku menyembulkan kepala dari balik pintu. Di kamar, Naila tengah rebahan memeluk boneka teddy bear yang gede banget, sambil nonton drama Korea. Naila memang penggemar Oppa Korea. Dia sering meracuniku agar mau berhalu punya suami aktor sana. Namun, aku tak pernah bisa kena racunnya. Justru aku malah kepincut pesona Koko Cina. Naila menoleh sebentar, lalu berkata, “Masuk aja, Teh.”Aku masu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 119 - Hamil?

    Cepat, aku berlari ke luar ruangan menuju toilet dan memuntahkan segala isinya yang memang cuma sedikit, karena sedari kemarin aku makan kadang cuma asal ada. Ya mau bagaimana lagi? Rasanya tak bernafsu.Selesai mencuci mulut dan wajah, aku hendak kembali ke ruangan dengan langkah gontai. Tiba-tiba, aku merasa dunia berputar. Penglihatanku sedikit memburam, tapi kucoba untuk menahan diri agar tak ambruk. “Sha,” lirih Vina yang saat ini sudah berdiri di hadapanku. “Kamu kenapa?”“Gak apa-apa, Vin. Sedikit pusing aja. Mungkin karena kecapekan juga abis dari Sukabumi.”“Haih, kalau kamu sakit gak usah kerja dulu,” ujar Vina. Aku tak menjawab karena perasaanku semakin tak enak. Aku memegang kepala dan berlalu begitu saja melewati Vina, hingga tak sadar tubuhku terhuyung menabrak pintu.Untungnya, karena Vina gesit menahan tubuhku agar tak ambruk ke lantai. “Sha, sakit kamu parah. Kita ke rumah sakit se

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 120 - Cicak Tubin Beraksi

    “Sha, mulai sekarang kamu atur pola makan, ya. Biar gak pingsan kayak tadi lagi. Paksain makanan masuk ke perut kamu supaya tubuh kamu gak lemah,” ujar Kak Kyra. Tatapannya padaku, jelas sebuah perhatian Kakak pada adiknya. Walaupun cuma ipar, tapi rasa Kakak kandung. “Jangan dituruti itu mualnya. Meski mual tetap harus makan. Nanti Kakak kasi vitamin pereda mual, biar kamu gak terlalu mabok.”“Terus selama hamil kamu juga harus rajin-rajin konsumsi vitamin ibu hamil, ya. Nanti Kakak juga kasih vitamin untuk usia kehamilan trisemester pertama untuk bantu pembentukan sel-sel dan sistem organ pada janin kamu. Biar daya tahan tubuh kamu juga tetap terjaga.”Aku mengangguk-angguk mendengar penjelasan Kak kyra yang kurasa cukup jelas. Alamat bakal di-overprotektif-in lagi sama mereka ini.“Kalau gitu, Kakak ke ruangan dulu, ya. Nanti ke sini lagi. Bunda masih mau di sini?”“Bunda juga mau balik ke ruangan, takut ada pasien

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19

Bab terbaru

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 140 - I Love You, Pak Dosen! (END)

    Mas Ezar membawaku ke samping resto yang sepi-sepi orang. Entah ada tujuan apa dia membawaku ke sini? Sudah persis gadis polos mau diperkaos pria hidung belang. “Mas, kenapa dibawa ke sini?” tanyaku mengerucutkan bibir kesal. “Padahal masih pengen nyinyirin si pirang gatal itu.”“Makanya aku bawa ke sini untuk menepi sejenak, Sayang. Jangan nyinyir lagi ya. Yang ada nanti kamu stres kebawa janin kamu juga ikutan stres,” ujar Mas Ezar. Dia menopang tubuh dengan kedua tangannya pada tembok agar tubuh kami tak bersentuhan walau posisinya mengurungku pada tembok. Aku menghela napas panjang. Sengaja mengalihkan pandangan ke arah lain agar terkesan judes. “Kamu kok belain dia, sih?”Mas Ezar menangkup wajahku dan menatap mata ini lekat. “Bukan membela, Sayang. Aku juga gak suka sikap dia tadi, tapi aku gak mau dia nyakitin kamu. Kamu tadi liat? Dia emosi kamu bilangin gatal. Untung gak jambak kamu.”“Aku kan bisa jambak balik,” cici

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 139 - Afgan KW?

    Begitu Bagas telah selesai bernyanyi dan Naila sedikit berlari turun dari panggung, barangkali lupa membawa stok urat malu. Hahaha. Bercanda urat malu!Seketika itu, aku pun terlintas ide untuk merayakan ulang tahun suamiku yang ke-29. Dari kemarin, aku berpikir keras bagaimana mengucapkan agar terkesan romantis dan tidak kaku macam sikapnya saat awal kami menikah. Aku pun naik ke panggung. Bukan untuk goyang ngebor di sana, tapi buat ngambil mic, lalu diskusi sebentar dengan Akang piano. Gak usah penasaran kami diskusi apaan? Intinya, setelah itu aku kembali ke tempat dudukku dengan mic di tangan. Saat ini, aku percaya diri dengan suaraku yang membahana, walau nyatanya seperti suara kodok. Masa bodoh dengan pandangan orang-orang, tapi aku bangga punya suara yang seksi ini, walau tak seseksi orangnya jika hanya berdua dengan Mas Ezar di kamar. Eya!Begitu musik mulai mengalun, aku membuka ponsel dan melihat lirik la

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 138 - Senandung Rembulan

    Belum sempat kusambut uluran tangan Ahsan, Mas Ezar yang entah muncul darimana lebih dulu menyambut tangan duda beranak satu itu. “Kami baik,” katanya sambil menarik pinggangku posesif hingga tubuh ini menabrak tubuhnya. “Duh, pocecip detected,” ucap Kak Akmal pelan. Dia sampai menutup mulut dan menoleh ke arah lain. Ia terlihat susah payah menahan tawanya. Ahsan tersenyum tipis. Barangkali menyadari kecemburuan Mas Ezar padanya. “Maaf ini, Mas, karena datang gak diundang. Cuma ikut-ikutan Kak Akmal,” kekeh Ahsan tak enak hati. “Gak apa-apa. Malah senang kalau banyak yang datang.”Mas Ezar mengulas senyum tipis berlagak sangat ramah. Padahal, kutahu hatinya tengah meradang melihat Ahsan mengulurkan tangannya padaku tadi. Dia pasti mengingat kejadian di pernikahan Vina kemarin, di mana saat itu Ahsan melamarku. Barangkali, sekarang ia tetap takut istrinya masih diincar oleh duduk beranak satu itu.

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 137 - Grand Opening Fadhgam Resto

    “Jangan cantik-cantik, Sayang. Aku takut nanti malah banyak yang naksir kamu di sana.” Lengan kekar Mas Ezar tiba-tiba saja sudah melingkar di perutku. Bahkan, kini hidungnya pun semakin liar menjelajahi leher ini.Ia sesekali memejamkan mata, kulihat dari cermin di hadapan kami..“Kalau aku jelek yang ada nanti kamu malu bersanding denganku. Katanya mau didampingi meresmikan resto,” ujarku masih mengoles tipis-tipis lipstik ke bibir. “Iya, tapi kalau cantiknya kebangetan aku takut kamu digodain laki-laki lain. Kamu gak pake makeup aja aku pede aja gandeng kamu, kok,” tutur Mas Ezar.Dia masih memeluk erat tubuh ini dari belakang. Napasnya yang hangat sesekali menyapu lembut di kulit leherku, aku bisa rasakan itu. “Aku yang malu tampil dengan muka burik tanpa polesan walau tipis, takut kebanting kegantengan Pak Dosen.”"Hmm, ya udah. Ayo kita pergi,” ajak Mas Ezar. Aku mengecek jam tangan, ternyata sudah puk

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 136 - Wanita dan Sepak Bola?

    Sampai di rumah Ayah, aku memutuskan untuk istirahat sebentar. Habis perjalanan jauh dari Jakarta ke Makassar rasanya capek banget.Padahal, tadi di pesawat cuma duduk doang. Tak sedang mencoba goyang ngebor sambil kayang. Mungkin efek hamil juga jadi badan serasa pegal-pegal dari ujung kepala hingga ujung kaki.Entah berapa lama aku istirahat sampai tertidur hingga kembali terbangun saat alarm pengingat meeting berbunyi. Sore ini, aku memang ada meeting online dengan Bu Aina dan para karyawan Aina Fashion. Begitu meeting berakhir, aku keluar kamar dan mendapati Mas Ezar yang sedang main ular tangga dengan Elizha di ruang tengah. ‘Astaga, laki gue mau-mau aja diajak main ular tangga.’Aku tertawa cekikikan melihat wajah Mas Ezar kayak ditekuk bak orang terpaksa. Aku tebak, dia pasti dipaksa nemanin main oleh Elizha. Soalnya, anak itu kalau keinginannya ditolak suka ngambek sampai 7 hari 7 malam. “Udah gede

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 135 - Gak Ada Hidup yang Mulus!

    “Sayang, dia tadi cuma nanya kabar, jangan salah paham, ya.”Nanya kabar? Penting amat gitu tahu kabar suami orang? Mas Ezar langsung duduk di sampingku, tapi aku sengaja tak memedulikan. Terlihat jelas dari gelagatnya kalau dia bingung bagaimana cara menjelaskan keberadaan Manda padaku? Ah, kurasa hatinya sedang gundah gulana, takut aku marah padanya. Kuraih ponsel dan pura-pura sibuk chat-an untuk menambah kesan judes ini. “Zar, Sha ... karena kebetulan kita ketemu di sini ....” ‘Lah, terus kenapa kalau ketemu di sini? Mau kopral sambil kayang?’“Jadi, sekalian aja gue minta maaf dan pamit pada kalian, terkhusus pada lu, Zar,” lanjut Manda.Setidaknya, aku memasang telinga baik-baik untuk lebih memperjelas pendengaran.Benarkah dia minta maaf? ‘Tumbenan banget seorang Manda minta maaf? Gak salah orang gue, kan, ya?’Takutnya aku cuma mimpi dan pas bangun malah ketampa

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 134 - Mika Hidup?

    Sore ini, ketika pulang dari rumah sakit menjenguk Kak Kyra, aku mengajak Mas Ezar untuk ke makamnya Almarhumah Mika.Sebelumnya aku juga sudah janjian dengan Vina untuk bertemu di gerbang masuk pemakaman.Setelah bertemu Vina, kami sama-sama menyusuri makam hingga berhenti di sebuah makam yang di nisannya bertuliskan nama Ditya Diatmika binti Gilang Baskara. Aku dan Vina berjongkok secara bersamaan disusul oleh Mas Ezar dan Kak Akmal yang juga ikut berjongkok di samping kami.Sejurus kemudian, aku dan Vina bergantian menyiram air ke tanah makan, menabur bunga untuk Mika, dan bersama-sama membacakan doa untuknya. “Mika, terima kasih banyak atas semua warna yang pernah lu berikan pada hidup gue. Saat hidup gue suram, lu yang datang dan susah payah menghibur walau mulanya gue gak pernah ngerespons baik kedatangan lu di masa laluJahatnya gue, karena berpikir kalau lu sama pengkhianatnya dengan orang-orang yang gue kenal sebelumny

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 133 - Melongok Baby Sagara

    Aku yang penasaran dengan wujud Baby Boy Kak Ghazaar dan Kak Kyra tak bisa menunggu lama lagi untuk melongoknya. Selesai sarapan dan mandi, aku langsung mengajak Mas Ezar ke rumah sakit. Untungnya, karena dia tak banyak neko-neko. Sampai di rumah sakit, Mas Ezar langsung membuka pintu ruang rawat Kak Kyra hingga perhatian semua orang yang fokus pada Baby Boy beralih ke kami sebentar. “Assalamualaikum,” ucap kami kompak.Di ruangan sudah ada Bunda, Papa, Kak Ghazaar, ibunya Kak Kyra, juga Bu Aina yang tampaknya malah sudah bergegas untuk pulang."Waalaikumsalam,” jawab mereka kompak.“Gak jodoh banget sama ponakan ganteng dan cantik yang satu ini. Giliran mereka datang, Tante mau pulang,” ujar Bu Aina. “Kenapa buru-buru, Bu?” tanyaku. “Mau ke butik. Ada klien yang nungguin di sana.”Kuanggukkan kepala berulang kali tanda mengerti. “Ibu gak ke toko kan?” tanyaku memicing. “Kenapa emang?” tanya wanita berhijab itu menyelidik. “Soalnya Asha bolos,” ucapku jujur, sengaja memasang eks

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 132 - Euforia Wisuda

    Bunda Ola tersenyum tipis, lalu celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu. “Itu dia orangnya.” Ibu mertuaku itu menunjuk dua orang pria yang kegantengannya tak diragukan lagi tengah berjalan beriringan ke arah kami. “Selamat ya, Nak.” Papa menyodorkan tangan yang langsung kusambut dan mencium punggung tangannya dengan takzim. “Mau lanjut kuliah magister di UNNUS juga, gak?” tanya Papa. Aku terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Nanti dipikir-pikir lagi, Pa. Kalau gak mager, boleh di-gas tanpa rem.”Aku beralih menatap Mas Ezar yang sedari tadi hanya tersenyum tanpa membuka suara. Satu tangannya berada di belakang, entah apa yang disembunyikan itu? Aku berusaha mengintip, tapi pria tampanku itu bergeser seolah tak membiarkanku melihatnya.“Bawa apa, sih?” tanyaku penasaran. Seketika itu, Mas Ezar mengusap-usap kepala ini pelan dan langsung mengeluarkan benda dari balik punggungnya.

DMCA.com Protection Status