Setelah jawaban itu keluar dari mulut Bibi An, Zylva merasa begitu frustasi pada takdir yang harus dia terima. Keyakinannya untuk kabur dari pernikahan ini semakin besar. Dia tidak bisa terus menangisi takdir orang lain yang malah menyeretnya lebih dalam.Cya adalah orang yang harusnya bertanggung jawab, tapi pada waktu yang sama dia malah sedang duduk santai, mengecat kukunya, dan tersenyum."Apa dia benar-benar menggantikanmu menikah?" tanya salah seorang teman Cya yang bekerja di butiknya."Jika itu Reza Tsalburg, maka aku akan melepaskan semuanya untuk menikah dengannya. Tapi itu untuk seorang monster, mana mungkin aku sudi," jawab Cya mempertahankan senyuman licik."Kau benar-benar membuat Zylva menggantikanmu? Apa dia tidak melawan?""Gadis bodoh itu hanya lebih kuat fisiknya saja. Hatinya lemah dan rapuh. Dia bodoh, tentu saja dia akan menerima pernikahan itu karena ibunya yang lebih bodoh memintanya menggantikan aku."Naya masih terus mengecat kukunya
Suara jantan yang terdengar menggelegar. Zack menohok Zylva dengan pertanyaan yang menakutkan. Dia bertanya pada istri yang sebenarnya bahkan berhak menyentuhnya, adalah sesuatu yang membuat semua orang bergidik ngeri."Apa? Apa yang kau katakan?"Zylva mulutnya terus saja angkat suara, padahal dia sudah berusaha keras untuk tidak membantah Tuan Muda yang mengerikan itu.Riri tidak lagi tahan. Tak peduli dia akan dipenggal karena melanggar aturan ini, demi Nyonya Muda dan janjinya untuk setia, ia berlari masuk ke lapangan, lalu bersujud dengan cepat di kaki Tuan Muda."Tuan Muda, ampuni Nyonya. Nyonya Muda tidak tahu semua orang dilarang masuk ke lapangan ini." Riri memohon seperti orang bodoh di kaki Zack."Aku yang bersalah. Aku tidak mengatakan pada Nyonya dengan cepat kalau tempat ini dilarang." Riri mengusap-usap kedua telapak tangannya. Memohon seraya mengiba.Setelah beberapa detik, keheningan yang horor membuat semua oran
Riri tersenyum, lalu berkata dengan polos, "Nyonya, Anda bisa mengulangi ciumannya dengan Tuan Muda dengan cara yang manis, Anda tidak perlu khawatir. Beliau kan suami Anda, tidak hanya ciuman, Anda juga bisa-""Diam! kau membuatku mual!" Zya memegangi perutnya. Dia berusaha keras untuk kembali tegak, dibantu para pelayan yang lainZya seperti merasakan gelombang dahsyat di perutnya. Dia ingin muntah, tetapi itu tidak pernah benar-benar dia inginkan. Dalam kesadaran yang hampir melayang, Zya terus menyentuh perut dengan wajah yang masih syok. Dia tidak menyangka Tuan Zack memberikannya ciuman panas di depan semua orang, membuatnya mati kutu."Nyonya, mari kita masuk dulu." Riri mengiring langkah Zya yang gontai, sementara pelayan yang lain hanya berhenti sampai di depan kamar Zya. Bibi An yang lewat melihat ekspresi semua orang yang sangat syok."Apa yang terjadi?" tanya Bibi An."Kami seperti baru saja menonton drama romantis. Seorang wanita, berciuman dengan pria buruk rupa, lalu
Malam telah menyapa, Zylva sekali lagi ketakutan dalam diamnya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, jika malam ini Zack mendatanginya dan meminta apa yang tidak pernah Zya mimpikan, apa yang akan terjadi setelah dia memberikan ciuman sore tadi?"Nyonya?""Ya ampun, kau membuatku terkejut!" Zya yang entah sedang memikirkan apa merasakan rasa kalut yang luar biasa. Dia bahkan tidak tahu sudah berapa kali Riri memanggilnya, atau sudah berapa lama Riri di kamarnya bersama para pelayan lain."Ada apa? Bicarakan dengan cepat," balas Zya.Riri yang tersenyum sumringah mengulurkan piyama tidur yang dibungkus rapi seperti bingkisan mewah pada Zya."Nyonya, pakailah pakaian ini. Ini gaun tidur istimewa yang Tuan Muda belikan sebagai hadiah pernikahan."Zya tidak menanggapi dengan baik. Dia mengambil piyama itu seperti memetik buah dari pohon. Dan, tiba-tiba saja terbelalak setelah melihat apa yang ada di tangannya."Apa ini
Hari-hari yang melelahkan menyapa Zylva membuatnya semakin malas dan bosan tinggal di mansion tua yang jauh dari keramaian dan dunia luar Zylva seakan di penjara."Nyonya." Panggilan yang lembut membuat Bibi An melirik ke arah Riri yang terlihat serius dengan suaranya."Ada apa?" tanya Zya bingung. Padahal dia baru saja berhasil mengalahkan rada takut, tapi Riri yang kembali menarik tangannya membuat rasa takut itu lebih buruk dari sebelumnya.Riri tersenyum. Dia berjalan mendekati Zya membawa senyuman. Di depan seluruh pelayan, Riri menyentuh rambut Zya dan merapikannya dengan baik."Anda harus tampil cantik untuk menemui suami Anda." Tidak hanya merapikan rambut Zya, Riri juga menyapu baju sang Nyonya dari kotoran debu yang mungkin menempel dengan tangan telanjang. "Anda tidak perlu takut pada nya," sambung Riri.Zya awalnya biasa saja saat Riri melakukan ini, tapi Riri terlihat tidak baik-baik saja saat tangannya terus menyentuh tubuh Zya. Matanya yang se
Akhirnya Zya menjalankan tugasnya agar cepat selesai ia segera melakukan apa yang diperintahkan Bibi An Malam yang sunyi dan kamar yang gelap angin sepoi-sepoi menyelinap, Hawa dingin dan gelap memuat Zya semakin ketakutan.“Tuan? Dimana anda?” teriak Zya dengan nada lembut “Tuan?”Tidak ada balasan tidak terdengar suara apapun sungguh sunyi.Yang Zya temui bukanlah keindahan. Kamar itu berantakan, dengan begitu banyak properti yang berserakan. Sepertinya Tuan Muda baru saja mengamuk hingga memecahkan begitu banyak barang dan perangkat. Dia terdiam sebentar saat matanya tidak bisa menjangkau gelap dengan cepat.Zya mengambil lilin dari atas meja, menyorot semua benda yang berhamburan. Anehnya, sampai saat itu dia tidak melihat ranjang.Langkahnya terus saja dia bawa berjalan, menyusuri kegelapan untuk menemukan ranjang suaminya yang entah di mana. Kamar itu terlalu luas untuk dijangkau olehnya dalam keadaan gelap.
Dia mengusap rambut panjang Zya lalu membawa rambut itu menuju hidungnya.Suara hidung yang mengendus membuat jantung Zya semakin tidak diam. Dia jantungan karena pria itu masih menindihnya dengan seluruh kancing kemeja yang terbuka.Dalam keheningan malam yang mengerikan, dalam keadaan saling tidak melihat, Zack yang sebenarnya buta malam, meletakkan tangannya pada wajah cantik yang ada di bawah tubuhnya."Zylva?"Deg!Ini adalah kali pertama Zya mendengar Zack menyebut namanya dengan suara berat yang menenangkan, yang membaut Zya terdiam.Suara ini ... dia seperti pernah mendengarnya. Entah di mimpi atau nyata, suara ini membuatnya tak mampu berkedip saat matanya mencoba menjangkau kegelapan untuk melihat wajah pria yang mungkin hanya sejengkal di atas tubuhnya. Membuat Zylva semakin takut"Zylva."Bibir Zack mengunci dua kali namanya. Dia tidak bisa menggerakkan bola mata lagi selain pada apa yang ada di depan mata terdiam.Aneh, padahal t
Riri yang ada di sekitar sana tidak punya firasat buruk seperti yang lain. Dia memang terus menatap pintu, tapi harapannya berbeda dari semua orang. Saat semua orang berharap Zya keluar dari sana, Riri malah berharap Zya menemani Tuan Muda malam ini. Menetap di dalam dan tidak keluar sebelum pagi. Ini harapan Riri, tapi bukan harapan Zya dan yang lain.Dan sepertinya Tuhan lebih berpihak pada Riri. Zya yang ada di dalam malah diam saja, takut membangunkan Tuan Muda yang akan sadar beberapa saat lagi."Dia berat sekali," batinnya. Zya mencoba menggeser tubuhnya agar Zack jatuh dari atas tubuhnya. Dia merasa risih dan geli karena kepala pria itu ada di atas... dua bukit lucu yang mungkin tidak cukup dalam genggaman Zack yang lebar."Apa semua noda darah ini karena dia mimisan?”“Kenapa pelayan tidak mengganti alas ranjang?”“Apa dia sejahat itu sampai diikat agar tidak mengamuk?" batin Zya terus menerus.Dia mencoba menurunkan Zack sekali lagi dari tubuhny
"Nanti malam, di pertemuan itu, bersikaplah dengan baik agar tidak mempermalukan keluargaku. Perhatikan juga anak itu agar tidak ada masalah yang datang."Tuan Dony meriah kertas yang sedang Zylva pandangi, menyimpannya dalam tas besar berwarna hitam. "Kalau begitu, aku pamit duluan." Tuan Dony beranjak dari sana, meninggalkan Zylva bersama ayahnya.Tuan Faizal terus saja mengintip keluar, mengintip semua orang yang ada di sekitar dengan mata yang berbohong. Dia mendekati Zylva, duduk di sebelahnya dan berbisik, "Kau tidak perlu khawatir. Ayah akan mencari cara untuk membawamu pergi dari lelaki itu secepatnya. Tuan Dony hanya sedang memanfaatkan kita, tapi kau tak perlu khawatir soal itu." Dia mengatakan ini pada Zylva untuk pertama kalinya, hingga gadis itu merasa sangat kesal."Nanti, saat di sana bersikaplah sewajarnya. Kau tidak usah ikut campur jika mereka mengatakan yang tidak-tidak. Mengerti?"Setelah Tuan Dony pergi dari sana, Zylva yang terdiam sekali lagi menatap tangannya ya
Hari ini terdapat jadwal pertemuan antar keluarga besar yang membuat heran adalah Interaksi keduanya mengundang banyak mata. Sejak awal, tak ada yang pernah melihat Zack dan parasnya, selain sosok dengan kursi roda yang bertopeng malam ini. Entah apa maksud Tuan Dony membuat putranya mengenakan topeng, yang jelas ini bukan perihal kecil.Sebagai publik figur, menjadi pusat perhatian adalah hal yang sulit untuk dilewati. Demi menjaga nama baik keluarga, putranya yang punya 'keterbatasan' itu ditutupi dari khalayak. Wajahnya, info tentangnya, dan semua yang berkaitan dengan Zack."Lihat, apa dia juga bisu? Dia tidak bicara apa pun.""Apa itu benar-benar putra ketiga Tuan Dony? Ya ampun, lebih buruk dari rumor."Semakin lama berdiri di sana, Zylva jadi lebih banyak mendengar bisikan tajam. Dia menoleh pada sang suami, yang didampingi Rico masuk ke dalam.Zylva yang kesal melihat tingkah Zack yang bahkan tidak ramahpada Dion kakaknya, membuat Zylva membungkukkan tubuhnya pada Dion denga
"Nyonya, Anda tidak boleh melakukannya! Nyonya!"Drap!Drap!Drap!Semua orang berlari mengikuti Zylva. Mereka ikut mendatangi Zylva yang mendatangi Zack dengan wajah panik dan khawatir.Pada sebuah tempat tak jauh di belakang mansion, di sana Zylva yang duduk di kursi roda, menginjak tangan salah seorang pelayan wanita dengan sepatunya tetap rasa ampun. Sementara lima orang pengawalpria hanya diam saja di kelilingZylva."Ampun, Tuan. Ampun. Aku ... aku tidak akan mengulanginya lagi, Tuan. Tolong ampuni aku." Wanita muda itu terlihat sangat ketakutan bahkan kesakitan.Zylva menatap ke sekeliling, dan malah menemukan penampakan lain. Ternyata tidak hanya ada satu pelayan, tapi ada beberapa pelayan lain yang meringkuk sakit di halaman belakang yang luas itu.Orang-orang bertubuh besar dan gagah berdiri mengelilingi segala sisi. Zylva yang geram merasa sudah tidak tahan. Sebenarnya bukan hanya satu atau dua kali saja dia mendengar teriakan. Dia mendengar teriakan itu hampir setiap hari
"Apa?!" Angga menyela percakapan dengan wajah yang terbelalak. Dion ikut terkejut karena kakaknya menggambarkan penolakan dari sorot mata."Ayah, kenapa Zack ikut? Bagaimana kalau kita dipermalukan karena anak itu cacat dan bodoh?" Angga bukan hanya sekedar terlihat menolak, tapi benar-benar menolak kehadiran Zack nanti malam.Tuan Dony sempat terdiam saat menatap Angga. Dia menghela napas lalu menjawab, "Kita tidak punya pilihan lain. Aku akan jadi ayah yang buruk, jika mereka tahu aku hanya membawa tiga putraku sedangkan aku masih punya satu putra lainnya.""Ayah benar. Lagipula, Zack adik kita. Kenapa harus ditinggalkan? Ini kan pertemuan keluarga," sanggah Dion mendukung sang ayah.Hening. Setelah ini tak ada yang mereka bicarakan selain menatap satu sama lain.Tuan Dony bergerak menjauh,"Kalau begitu, sampai ketemu nanti malam. Ayah ada urusan penting sesegera mungkin." Dia menepuk kedua lengan putranya,dan beranjak dari ruangan yang harusnya ditempati Angga itu.Dizon hendak me
"Tu-Tuan Muda? Ya ampun!"Zylva yang sebenarnya sudah duduk, dengan cepat berbaring lagi. Dia menutupi tubuhnya dengan selimut, berpura-pura tidur kembali.Zylva kaget dia masih di kamar Tuan Muda.Matanya sedikit terbuka, untuk mengintip apa yang akan terjadi selanjutnya.Zack sedang berdiri di sana, dia sepertinya sedang menumpukan tubuh pada meja rias, dalam posisi memunggungi Zylva. Zack membuka kemejanya, membuka semua pakaian atas dan menggulungnya. Sepertinya pria itu baru saja habis mandi. Dia hendak memakai kemeja. Dengan badannya yang kekar dan wangi parfum yang khas membuat Zylva terpana."Wah."Zylva yang matanya sedikit tertutup hampir saja terbelalak saat melihat tubuh suaminya. Dia tidak pernah menyangka Zack punya banyak otot bahkan dari pundaknya yang lebar."Kenapa aku malah tertidur di sini?! Apa dia akan menghukumku? Zylva, tamatlah riwayatmu. Aduh, aku harus menutup mata."Zack kembali berbalik, cepat-cepat Zylva menutup matanya. Berpura-pura masih tidur meski sud
Lihat bagaimana takdir bekerja.SET!Sebuah tangan yang lebar dan dingin menarik tangan mungil Zylva. Lelaki yang bahkan sedang tidak sadarkan diri saja memiliki kekuatan yang luar biasa. Membuat Zylva seakan terhanyut Dia menarik Zylva hingga gadis itu terjatuh tepat di sebelah tubuhnya."Jangan tinggalkan aku." Ini sudah dua kali termasuk tadi Zylva ditarik Zack untuk tidak pergi.Pria itu menariknya hingga dia benar-benar terbaring. Dalam keadaan tanpa cahaya waktu seperti tidak nyata. Ini seperti mimpi.Zack yang katanya kejam dan dingin menarik tangan Zylva lalu memeluknya sekali lagi.Tubuh mungil gadis itu seperti penyet saat sang suami memeluknya dalam posisi saling berhadapan. Zack memeluk Zylva, membawa wajah gadis itu bersandar tepat di dadanya yang bidang."Jangan. Jangan kumohon," batin Zylva berusaha memberontak. Dia sangat canggung jika harus menempel pada tubuhnya pria itu."A-apa... apa yang dia laku ... kan?" batin Zylva, saat merasakan sentuhan Zack pada tubuhnya.
Riri yang ada di sekitar sana tidak punya firasat buruk seperti yang lain. Dia memang terus menatap pintu, tapi harapannya berbeda dari semua orang. Saat semua orang berharap Zya keluar dari sana, Riri malah berharap Zya menemani Tuan Muda malam ini. Menetap di dalam dan tidak keluar sebelum pagi. Ini harapan Riri, tapi bukan harapan Zya dan yang lain.Dan sepertinya Tuhan lebih berpihak pada Riri. Zya yang ada di dalam malah diam saja, takut membangunkan Tuan Muda yang akan sadar beberapa saat lagi."Dia berat sekali," batinnya. Zya mencoba menggeser tubuhnya agar Zack jatuh dari atas tubuhnya. Dia merasa risih dan geli karena kepala pria itu ada di atas... dua bukit lucu yang mungkin tidak cukup dalam genggaman Zack yang lebar."Apa semua noda darah ini karena dia mimisan?”“Kenapa pelayan tidak mengganti alas ranjang?”“Apa dia sejahat itu sampai diikat agar tidak mengamuk?" batin Zya terus menerus.Dia mencoba menurunkan Zack sekali lagi dari tubuhny
Dia mengusap rambut panjang Zya lalu membawa rambut itu menuju hidungnya.Suara hidung yang mengendus membuat jantung Zya semakin tidak diam. Dia jantungan karena pria itu masih menindihnya dengan seluruh kancing kemeja yang terbuka.Dalam keheningan malam yang mengerikan, dalam keadaan saling tidak melihat, Zack yang sebenarnya buta malam, meletakkan tangannya pada wajah cantik yang ada di bawah tubuhnya."Zylva?"Deg!Ini adalah kali pertama Zya mendengar Zack menyebut namanya dengan suara berat yang menenangkan, yang membaut Zya terdiam.Suara ini ... dia seperti pernah mendengarnya. Entah di mimpi atau nyata, suara ini membuatnya tak mampu berkedip saat matanya mencoba menjangkau kegelapan untuk melihat wajah pria yang mungkin hanya sejengkal di atas tubuhnya. Membuat Zylva semakin takut"Zylva."Bibir Zack mengunci dua kali namanya. Dia tidak bisa menggerakkan bola mata lagi selain pada apa yang ada di depan mata terdiam.Aneh, padahal t
Akhirnya Zya menjalankan tugasnya agar cepat selesai ia segera melakukan apa yang diperintahkan Bibi An Malam yang sunyi dan kamar yang gelap angin sepoi-sepoi menyelinap, Hawa dingin dan gelap memuat Zya semakin ketakutan.“Tuan? Dimana anda?” teriak Zya dengan nada lembut “Tuan?”Tidak ada balasan tidak terdengar suara apapun sungguh sunyi.Yang Zya temui bukanlah keindahan. Kamar itu berantakan, dengan begitu banyak properti yang berserakan. Sepertinya Tuan Muda baru saja mengamuk hingga memecahkan begitu banyak barang dan perangkat. Dia terdiam sebentar saat matanya tidak bisa menjangkau gelap dengan cepat.Zya mengambil lilin dari atas meja, menyorot semua benda yang berhamburan. Anehnya, sampai saat itu dia tidak melihat ranjang.Langkahnya terus saja dia bawa berjalan, menyusuri kegelapan untuk menemukan ranjang suaminya yang entah di mana. Kamar itu terlalu luas untuk dijangkau olehnya dalam keadaan gelap.