Khatrine terlihat begitu antusias dan senang, saat di persilahkan masuk ke dalam ruangan pemilik perusahaan terbesar kedua di kota itu. "Nona Khatrine, tuan ada di dalam anda boleh menemuinya," ucap sang asisten pemilik perusahaan itu. "Baiklah terima kasih," Kahtrine yang sudah berpenampilan sexy pun, kini ia meraih cermin Kecil yang selalu ia bawa dari dalam tas selempangnya. Untuk memastikan jika penampilan sudah sempurna. Lalu tanpa membuang waktu lagi masuk ke dalam. Terlihat seorang pria bernama Ervan, yang tengah duduk di kursi kebesarannya menatap ke arahnya. Dengan tatapan mata genit. Saat Khatrine berjalan dengan sangat menggoda dengan balutan dress yang terbuka. "Selamat siang tuan Ervan," Khatrine menyapa Ervan, lalu mendekati pria yang sudah menjadi gebetan baru. Ervan menatap Khatrine dari bawah sampai ke atas, sembari menyangkup dagu dengan kedua tangan. "Akhirnya nona Khatrine benar datang, bagaimana dengan penawaran-ku? Apa nona sudah memikirkannya." Ervan bertan
"Aaaahhh tuan Ervan, pelan sedikit." desah Khatrine seraya mengigit bibir atasnya , meringis kesakitan saat berada di bawah kukungan tubuh pria yang baru-baru ini sudah ia targetkan sebagai gebetan barunya. "Hm, punyamu sempit sekali Nona Khatrine," Ervan meracau si sela-sela erangannya. Ketika mempercepat ritme pompaan tubuhnya. Kedua insan itu pun tengah bercinta, dengan begitu liar. Di sebuah ranjang besar berukuran king size itu. Demi mencapai tujuannya Khatrine rela mengkhianati cinta Hellian. Karena ia begitu ingin masuk ke dalam club desainer internasional seperti Freya. "Aku harus bisa menjerat Ervan! dia mempunyai power yang lumayan seperti tuan Dave Alexander. Tidak peduli apa pun yang dia inginkan akan aku berikan padanya, selama itu menguntungkan." Batin Khatrine. Dengan kedua jemari meremas kepala Ervan. Mereka mengeluarkan desahan dan erangan secara bersamaan, sama-sama menikmati pergulatan di atas ranjang itu. Apa lagi Ervan dia seorang Casanova yang sering bergonta-
"Ayah, bagaimana keadaan ayah. Sekarang sudah membaik kan?" tanya Dave, yang baru saja sampai di ruang rawat sang ayah. Luna yang baru masuk, ia sengaja membawa beberapa makanan dari restoran. Yang sengaja ia beli untuk Dave dan juga tuan Steven. Wanita itu berharap jika sikap baiknya itu di terima dengah baik, dan menjadi kriteria untuk menjadi seorang menantu dari keluarga Steven Alexander, keluarga terpandang di seluruh kota dan dunia perbisnisan. "Dasar anak tidak berbakti! apa kau tidak lihat jika ayahmu ini masih sakit. Tapi kau malah keluyuran setelah bekerja." Bentak tuan Steven sembari berusaha menggeser tubuhnya untuk bersandar.Dave segera membantu sang ayah, lalu menyandarkannya. "Maafkan aku ayah, banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan." Jelas Dave. Luna tersenyum, ia berjalan menghampiri Dave dengan penuh semangat. Berharap jika sikap baik dan perhatiannya akan membuat hati lelaki yang akan menjadi tunangannya itu luluh. "Om, mas Dave. Lihat aku sudah membeli maka
"Huuuuaaa Daddyyyy..." Tangis Ansel yang terus menangis, di pangkuan Freya. Freya merasa tak tega. ia berusaha untuk membujuk putra kesayangannya itu. "Jangan nangis sayang, nanti Dady pulang ya." Ucap Freya seraya mengusap air mata Ansel dan membelai rambutnya. Ansel seolah tidak percaya. Bocah kecil itu terus merengek dan tetap Kekeuh ingin bermain dengan sang ayah. Damian yang baru saja sampai rumah, ia terkejut saat mendengar suara putranya yang begitu lantang terdengar ke luar rumah. "Ansel!" gumam Damian lalu segera menekan bel rumah. TingBi Marni segera membuka pintu, dan begitu senang saat tuannya datang di waktu yang sangat tepat. "Tuan, akhirnya anda pulang juga," sapa bi Marni. "Iya bi, di mana Ansel sekarang?" "Ada di kamar nyonya."Tanpa membuang waktu lagi, Damian segera berjalan ke lantai atas menuju kamar Freya baru membawa beberapa paperbag di tangannya, berharap putranya akan menyukai beberapa mainan yang sengaja ia beli."Ansel!" panggil Damian. Freya yang se
"Senang sekali bisa bekerja sama dengan tuan Ervan." Ungkap Khatrine seraya memakai semua pakaiannya kembali, setelah ia bercinta dengan Ervan dengan waktu yang cukup lama. Ervan yang masih memakai kimono handuk, dan tengah duduk santai di kursi sembari menghisap filter rokoknya. Kini lelaki itu pun mulai beranjak dan menghampiri Khatrine. "Permainanmu kali ini cukup lumayan juga, membuat aku bergairah. Mengenai desainmu kamu tunggu saja beberapa hari ke depan aku akan mengusahakannya agar kamu bisa ikut ke festival catwalk itu, tapi dengan satu syarat kapan pun aku membutuhkanmu kamu harus selalu ada." Bisik Ervan ke telinga Khatrine. Khatrine tersenyum, saat mendengar satu syarat yang di berikan oleh Ervan. Dan baginya semua itu tidak masalah. Selagi mempermudah dirinya untuk bisa menyaingi Freya kembali. "Baik tuan, tidak masalah. Tapi aku ingin secepatnya janjimu itu di tepati. Karena menjadi desainer internasional adalah impian terbesarku," Khatrine setuju, seraya membelai waj
"Nona Freya, maafkan aku jika aku telah membuatmu marah. Akhir-akhir ini memang pengiriman kainku sedang melonjak naik, dan target kirimnya juga cukup banyak. Jadi aku mohon maafkan aku jika beberapa waktu ke depan aku juga akan sibuk dan akan jarang pulang," ungkap Damian, sembari memegangi kedua bahu mungil Freya. Berharap wanita yang telah menjadi istrinya percaya, dan memahami situasinya saat ini. Jauh dari dalam lubuk hati Damian, ia memang merasa bersalah, karena telah berbohong. Akan tetapi, Damian belum punya keberanian untuk mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya. Selain kondisi sang ayah yang mempunyai riwayat penyakit jantung. Membuatnya berada di dalam situasi yang rumit, di tambah lagi Ia belum siap membayangkan jika Freya tahu dia adalah bosnya sendiri, membuat lelaki itu ragu, apa lagi sekarang perusahaannya sedang naik daun dengan beberapa rancangan Freya yang memberikan keuntungan yang cukup banyak bagi. Keduanya saling menatap satu sama lain, Freya menatap dal
"Kenapa nona harus menutup mata, dan wajahnya kenapa memerah?" Damian sengaja bertanya dan menggoda istrinya. Malah ia sengaja menghampiri. "Ti-tidak papa, sudah ku bilang jangan panggil aku nona. Dan sekarang aku mau melihat Ansel Jangan lama pake bajunya aku tunggu di bawah." Freya begitu gugup, dengan cepatnya ia keluar kamar untuk menghindar. Blugh!Damian tersenyum kecil, saat melihat tingkah laku istrinya yang sama sekali tidak pernah berubah dari dulu. "Padahal kita sudah menikah, tapi dia masih saja malu-malu." Gumamnya menggeleng lalu segera mengambil pakaian casual untuk pergi. Sementara Freya yang baru keluar kamar hanya menghela nafas lega, dengan degupan jantung yang masih berdegup kencang. "Ya ampun, ada apa denganku? kenapa aku begitu gugup. Padahal tadi hanya melihat tubuh Damian yang terlihat sangat bagus. Freya sadarlah." Freya merutuki diri sendiri sembari menepuk dahi. Ya memang ia tidak memungkiri saat melihat Damian yang sedang bertelanjang dada itu selalu me
Festival Pasar Malam Senyuman sumringah terpancar di wajah Freya, saat melihat Ansel yang begitu bahagia bersama dengan sang ayah menaiki permainan komedi putar. Suasana meriah di sana menjadi pelengkap kebahagiaan sederhana mereka. "Mamy!" Panggil Ansel melambaikan tangan. "Iya sayang, pegangan yang erat pada Dady. Biar gak jatuh, mas pegang Ansel dengan erat. " sahut Freya, lalu mengingatkan suaminya. Damian memancarkan senyuman dan mengangguk patuh di balik masker dan topi, memberi kode jika dirinya mengerti. Freya merasa lega saat Damian menepati janjinya pada putra mereka. Yang akan mengajak main ke luar. "Ansel sangat bahagia, bahkan dia sangat menempel pada Damian." Lirih Freya dalam hati, terkadang ia sangat dilema saat melihat kedekatan mereka yang seolah enggan di pisahkan. Bahkan Freya terkadang bingung dengan status pernikahannya dengan Damian, meskipun pernikahan awal mereka hanya semata untuk meredam sebuah skandal yang pernah merebak di tahun itu. Tapi semenjak An
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan