Freya berusaha untuk mempercayai Damian, namun tiba-tiba saja ia merasa perutnya merasa keram dan sedikit sakit. hingga membuat aktifitas makanya terhenti. "Aiiishh sakit," Keluh Freya seraya memegang perutnya. Damian pun terkejut dan langsung cemas saat melihat istrinya merintih kesakitan. Hingga membuatnya segera menghampiri. "Ada apa?" Damian panik sembari menyentuh perut Freya, yang perlahan sudah mudah membesar. Freya menatap Damian dan memegang lengannya dengan sangat erat. "Perutku sangat sakit, aku gak kuat lagi." Jawab Freya menahan air mata. Dan mengigit bibir atasnya."Kita ke rumah sakit ya," Damian segera mengangkat dan membopong tubuh sang istri. Lalu tanpa membuang waktu lagi ia segera bergegas membawanya ke rumah sakit. Karena takut terjadi sesuatu pada istri dan calon bayinya. Setelah mendudukkan dan memakaikan sabuk pengaman pada Freya di dalam mobil, Damian segera menghidupkan mesin mobil dan segera melajukan kendaraannya dengah laju kecepatan yang cukup tinggi
Setelah mendengarkan penjelasan sang Dokter, Dave perlahan membuka pintu dan memasuki ruangan tempat di mana Freya di rawat. Bahkan CEO berparas tampan itu pun pelahan duduk setia di samping wanita yang tengah mengandung darah dagingnya. Yang malah terbaring dan menutup kedua pelupuk matanya. "Maafkan aku Freya, karena kesalahanku di masa itu malah membuatmu sekarang kerepotan. Harus menggapai impianmu menjadi seorang desainer internasional dalam keadaan hamil, tapi dari dulu sikap gigih dan kerja kerasmu sangat mengagumkan." Sanjung Dave menyapu rambut dan membelai wajah cantik Freya. Bahkan Dave tersenyum bahagia dan merasa lega, karena keadaan kandungan sang istri membaik dan tidak terjadi apa-apa. "Sayang, jangan membuat mamy kelelahan ya," Dave berusaha mengajak bicara calon bayinya yang masih ada di dalam perut, seraya mengelusnya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Freya yang merasakan sentuhan hangat tangan sang suami. Perlahan kedua pelupuk mata lentiknya terbuka
"Sayang! kenapa kamu menolakku? padahal kita sudah lama tidak bersenang-senang," Hellian merayu Khatrine sembari memeluk pinggang ramping kekasihnya itu. Khatrine pun perlahan mulai mendorong dada bidang pria yang sudah lama ia pacari beberapa tahun ini, bahkan ia sudah tidak tahu mengungkapkan keluhannya. "Aku sedang tidak mood, kamu tahu kan aku ingin seperti Freya. Kapan janjimu akan di penuhi? aku bosen selalu di beri janji-janji palsu tapi belum ada hasilnya," Khatrine kesal dan marah. Hellian menghela nafas kasar, lalu berusaha untuk tetap membujuk kekasihnya yang gila akan sebuah karier. "Khatrine! aku tahu impianmu ingin menjadi desainer terkenal. Aku akan berusaha untuk mewujudkannya, tapi kamu juga harus sabar Khatrine, kita harus memberikan desain terbaik seperti Freya!""Owh, jadi kamu menyalahkan aku? karena desainku tidak sebanding dengan wanita jalang itu? Hellian kau sangat keterlaluan." Khatrine tidak terima, dan ia sangat tersinggung dengan perkataan Hellian. "Tun
Setelah Damian pergi kerja, Freya yang masih berada di ruangan rawat pun merasa sangat bosan. Karena seharian hanya tiduran dan rebahan saja. "Ck, ternyata sangat membosankan, kalau bukan demi calon bayiku rasanya aku ingin lari dari rumah sakit ini," Keluh Freya, yang tidak suka dengan suasana dan aroma obat-obatan di rumah sakit. Bahkan Freya sangat cemas, mengingat dirinya yang belum ijin pada senior dan bosnya di kantor. "Bagaimana ini, aku tidak di perbolehkan dulu untuk kerja, sementara bos tidak tahu keadaanku saat ini, aku takut di pecat lagi, dan tidak ingin memulai karierku dari awal lagi," Freya cemas dan gelisah. Ketika ia sedang dilema, tiba-tiba saja seseorang datang mengetuk pintu. Dan membuat Freya terkejut. Serta bertanya-tanya siapa yang datang. Padahal Damian sudah pamit kerja. Tok...tok..Dengan penuh keraguan, akhirnya Freya menyahut dan menyuruh seseorang yang berada di balik pintu untuk masuk. "Masuklah!" Sahut Freya. Setelah mendapatkan ijin, akhirnya pria
Dua tahun kemudian, Damian membawa Freya dengan putranya yang bernama Ansel ke sebuah rumah yang cukup besar. Hal itu pun membuat Freya terheran. "Mas Damian, kenapa kita di bawa kemari?" tanya Freya menatap kagum sebuah rumah yang cukup besar, dengan suasana modern yang di kombinasikan dengan mode bergaya eropa. "Iya, Freya aku ingin kita tinggal di rumah yang cukup dan layak untuk Ansel. Kalau kita tinggal di apartemen terus kasian putra kita yang lagi aktif-aktifnya susah bermain," Jelas Damian. Memegang bahu sang istri. Lalu mengajaknya untuk melihat rumah baru mereka. Ansel yang lebih dekat dengan ayahnya, pun merengek dan meronta. "Daddy... Da-dady." Panggil Ansel dengan celotehan cadel seraya mengangkat kedua tangan mungilnya. Freya tersenyum, saat melihat Ansel yang sudah belajar bicara. "Mas lihat, Ansel sepertinya ingin di gendong olehmu," Kata Freya. "Iya, sini jagoan Dady," Damian mengambil Ansel dari pangkuan Freya. Bagi Lelaki tampan itu memiliki seorang istri dan p
Washington DC Tuan Steven menggelengkan kepala, setelah menelpon Dave tadi. Pria paruh baya itu rasanya sangat gemas saat mendengar ucapan keras kepala putranya itu. "Dasar anak tidak berbakti, selalu saja menolak untuk kencan buta yang aku rencanakan, sepertinya aku harus pulang dan membujuknya secara langsung," geram tuan Steven Sembari mengepalkan kedua tangannya. Seorang wanita muda pun datang menghampiri, dia bernama Luna yang di kenal sebagai seorang model ternama. "Selamat siang om, lihat ayah menyuruhku untuk membawakan makanan kesukaan om," kata Luna seraya memberikan sebuah paper bag berwarna hitam yang berisi hamburger. Tuan Steven pun terlihat senang, saat melihat wanita yang akan dia jodohkan dengan Dave pilihannya itu, yang berlatar belakang setara, sama-sama pebisnis."Luna, ayahmu sangat perhatian. Apakah dia tidak ikut denganmu?" tanya tuan Steven, lalu menerima makanan itu. "Tidak om, ayah bilang masih ada pekerjaan jadi menyuruh aku. Untuk menyatakan bagaimana
Keesokan harinya, Freya yang sudah cantik dan berpenampilan rapih. Ia bersiap untuk memulai memasuki kerja lagi setelah mengambil cuti melahirkan yang cukup lama. "Ansel masih tidur bagaimana ini? aku tidak punya banyak waktu, mana Mas Damian sudah berangkat duluan lagi," Freya bingung. Tapi tiba-tiba saja terdengar suara bel rumah yang berbunyi, membuat Freya terbuyar dari pemikirannya. Karena penasaran siapa yang datang pagi-pagi ke rumahnya. Wanita cantik itu pun bergegas untuk segera membukakan pintu. Klek Pintu terbuka, terlihat seorang wanita paruh baya berseragam hitam putih yang tengah berdiri sembari memegangi tas di tangannya. Freya yang merasa tidak kenal kini melontarkan beberapa pertanyaan. "Maaf, anda siapa?" tanya Freya menatap penuh selidik. "Selamat pagi nyonya, apakah benar ini rumah nona Freya? kenalkan nama saya bi Marni saya di perintahkan oleh tuan Damian untuk menemui nyonya dan membahas tentang pengasuh anak," jawab wanita itu. Freya terkejut, saat baru m
"Singkirkan tangan kotormu itu!" Hardik Dave menatap tajam kepada wartawan pria yang tengah menahan lengan Freya. Freya terkejut, begitu juga dengan semua orang yang ada di sana. Melihat raut wajah Dave yang begitu menakutkan membuat wartawan itu pun segera menarik tangannya dengan cepat. Lalu meminta maaf pada Freya dan juga Dave. "Ma-maafkan saya tuan, saya tidak sengaja. Kami perwakilan dari beberapa media televisi hanya ingin mencari berita saja tentang nona Freya dan desainnya yang cukup menarik perhatian sampai menembus festival internasional." Wartawan pria itu berusaha membela diri atas sikapnya yang begitu tidak sopan pada Freya. Dave tidak menggubris perkataan wartawan pria yang sudah membuatnya sangat marah, dengan cepatnya ia mengengam tangan Freya lalu membawa masuk. "Leo! kau atasi mereka," Perintah Dave dengan nada kesal dan meninggi. "Baik tuan," Leo mengangguk patuh, lalu mengatasi semua wartawan yang sudah menunggu dari pagi untuk mencari berita tentang Alexander
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan