Damian terheran, ketika melihat Freya yang tiba-tiba saja menghentikan langkah ketika mereka hendak memasuki mall yang mengadakan festival pasar malam itu. "Nona anda sedang memikirkan apa? bukankah tadi begitu bersemangat untuk mengajak makan kenapa sekarang malah diam dan seperti mencari sesuatu?" tanya Damian yang begitu penasaran. Freya tersentak, ketika mendengar pertanyaan Damian. Yang telah membuatnya terbuyar dari beberapa pikiran yang ada di kepalanya. "A-aku sedang tidak memikirkan apa-apa, hanya saja tadi aku seperti melihat Khatrine dengan seseorang yang sangat familiar, tapi aku lupa lagi orang itu pernah aku temui di mana," Jelas Freya yang masih penasaran dan mencari mantan rekan seprofesinya itu. Damian hanya menggeleng, ia terkadang tidak mengerti kenapa istrinya harus serius memikirkan wanita yang pernah ingin mencoba menggodanya beberapa hari yang lalu. "Ck, nona sudahlah. Untuk apa mencari wanita jahat yang sudah menjatuhkan nama baik nona dulu, lebih baik kita
Setibanya di toilet, Dave segera menelpon Mandy sebagai orang kepercayaannya. Lelaki itu tampak tidak percaya jika karyawan yang cukup teladan di perusahaannya tiba-tiba saja mempunyai hubungan dekat dengan Khatrine. Drrtt..drtttPanggilan terhubung, Mandy yang baru saja selesai makan pun segera mengangkat telpon dari sang bos. "Halo tuan, apakah ada yang perlu saya kerjakan?" tanya Mandy dengan begitu antusias. Tanpa berbasa-basi lagi, Dave mulai memberikan sebuah perintah pada asistennya itu dengan apa yang dia khawatirkan. "Mandy! aku ingin mulai besok kau selidiki gerak-gerik Andrew di perusahaan. Jangan ada satu hal pun yang kamu lewatkan mengerti." Dave memberi perintah dengan nada menekan. Hal itu membuat Mandy begitu sigap dan selalu royal terhadap atasannya. "Baiklah tuan, saya akan melaksanakannya. Tapi jika tuan tidak keberatan untuk memberitahu saya, memangnya ada apa sehingga tuan mendadak untuk saya menyelidiki Andre, apa ada hal salah telah ia lakukan?" Mandy begitu
Freya tampak begitu antusias saat memakan beberapa menu hidangan yang cukup mahal di resto itu, Damian yang duduk di depannya pun sangat terkejut saat melihat sang istri memakan begitu lahap. "Bagaimana rasa makanannya?" Damian bertanya sembari menatap lekat istrinya. Freya yang begitu antusias, wanita itu terlihat begitu rakus layaknya seperti kelinci yang kelaparan. "Lumayan juga makanannya, entah kenapa aku susah berhenti makannya," jawab Freya yang masih asik memakan spaghetti dan steak sapi kesukaannya. "Kalau begitu makanlah pelan-pelan nona, tidak akan ada orang yang mau merebutnya darimu," goda Damian, seraya mengambil tisu lalu mengelap sudut bibir sang istri yang terlihat belepotan. Seketika wajah Freya tersipu malu dan memerah merona, saat tangan Damian mendarat di sudut bibirnya. Pandangan keduanya saling bertemu satu sama lain, dengan degupan jantung yang begitu cepat. "Hm, Apa yang kamu lakukan?" Freya segera menjauhkan diri, Damian menghela nafas dan memancarkan se
Ketika Hellian tengah memikirkan perusahaannya dengan hampir Frustasi, tiba-tiba saja Khatrine baru pulang. Dan hal itu membuat Hellian sangat marah besar. "Khatrine! kamu habis kelayapan dari mana malam-malam begini baru pulang?" tanya Hellian dengan nada meninggi sembari menatap tajam pada kekasihnya itu. Seketika langkah Khatrine terhenti saat Hellian menegurnya. Dengan nada kesal wanita itu pun menjawabnya. "Aku baru saja pergi karena ada urusan yang penting untuk aku tangani," Jawabnya seraya memutar kedua bola mata malasnya. "Ck, memangnya ada urusan apa? kenapa kamu tidak bilang padaku. Ingat ya Khatrine dulu aku ini selalu memprioritaskan dirimu. Tapi sekarang kamu malah tidak menghargai ku dan pergi sesuka hati," Hellian berdecak kesal. Sembari mencengkram erat lengan kekasihnya itu. "Awww sakit, bisakah kamu tidak bersikap kasar seperti ini? Hellian aku mencari orang dalam di perusahaan Alexander untuk mengambil desain hasil Freya, dengan begitu kita bisa melihat produk a
"Apakah nona serius ingin aku hanya memanggil nama saja?" Damian bertanya kembali untuk memastikan. Freya mengangguk, seraya memancarkan senyum malunya. Ia mengiyakan pertanyaan sang suami. "Iya, aku serius. Lagi pula tidak enak juga di dengarnya saat kamu memangil aku seperti itu, seperti majikan dan pengawal saja, dan aku tidak mau jika orang lain meremehkan kamu juga dengan memangil aku seperti itu," Freya menundukkan wajahnya, setelah mengungkapkan beberapa perkataan yang selalu mengganjal di dalam hatinya. Damian terkejut, rasanya ia sampai tidak percaya setelah mendengarkan beberapa perkataan yang terlontar di bibir istrinya, Freya yang dulu bersikap angkuh kini perlahan mulai berubah menjadi lembut. "Ternyata dengan sikapnya yang seperti ini membuat Freya lebih cantik," Sanjung Damian seraya menatap lekat pada sang istri. "Ba-baiklah Freya." Damian setuju. Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Dengan degupan jantung yang sama-sama mengencang senada dan seirama. Enta
Pagi hari yang cerah, cahaya matahari menyinari gorden. Freya masih terbaring di atas ranjang. Mendengar suara jam beker berdering membuat wanita cantik itu pun terbangun kaget. Apa lagi saat melihat arah jarum jam yang menunjukkan tepat jam tujuh pagi. "Astaga! aku kesiangan." Freya terhenyak kaget lalu segera beranjak. Damian yang sudah berpenampilan rapih pun tak sengaja berpapasan dengan sang istri. Beruntung Freya yang hampir tersandung kakinya pun, di tangkap erat oleh lengan kuat suaminya. "Ka-kamu sudah bangun?" tanya Freya menatap Damian dengan netra yang sayu. Damian memancarkan seulas senyuman di wajah tampannya, sebelum menjawab pertanyaan yang di lontarkan padanya. "Iya nona, eh maaf Freya. Hari ini aku ada beberapa urusan penting. Jadi mungkin pulangnya agak larut malam. Kalau ada apa-apa telpon saja aku." Jawab Damian sembari menatap sang istri. "Pagi-pagi begini? kenapa kamu tidak bangunin aku, padahal aku harus berangkat kerja. Sekarang malah kesiangan," Freya me
Sesampainya di perusahaan Dave di sambut hangat oleh Melisa, wanita itu tampak begitu antusias ketika menyambut kedatangan bos yang sudah lama ia idamkan. "Selamat pagi tuan," Sapa Melisa seraya memancarkan senyuman manis. Berharap atasannya terpikat akan penampilannya hari ini yang sudah tampil cantik. Namun nihil, Dave tidak menggubris. Malah seolah tidak memperdulikan kehadiran karyawannya itu di depan matanya. "Ck, sial. kenapa tuan Dave sama sekali tidak memandangku? padahal aku sudah berpenampilan cantik seperti ini." Racau Melisa dalam hati yang terlihat sangat sedih karena sama sekali tidak di lirik oleh pria yang selalu ia dambakan. Sesampainya di ruangan kebesarannya, Dave duduk bersandar. Lalu segera mengecek undangan festival terpilih di Paris yang sudah lama ia usahakan untuk Freya. "Akhirnya Freya terpilih, aku yakin dia pasti sangat senang, setelah mendapat kabar gembira ini," Dave tersenyum lalu menatap foto hasil USG Freya kemarin. Dave rasanya tidak percaya jika
Tepat jam 8 malam, setelah Mandy menyiapkan jas formal untuknya. Kini Dave sudah bersiap untuk menghadiri pesta amal yang selalu di gelar secara bergilir dengan para koleganya. Bahkan beberapa karyawan penting di perusahaannya pun selalu ikut menghadiri. "Tuan, mobil sudah siap. Apakah anda akan berangkat sekarang?" tanya Leo sembari membungkukan badan dengan penuh rasa hormat. Dave yang sudah siap hanya berdehem, memberikan kode jika dirinya memang sudah siap. "Berangkat sekarang!" perintahnya dengan nada bariton. Leo segera bergegas, lalu membukakan pintu untuk tuannya. Tak lupa juga Dave menoleh ke arah belakang karena tak melihat asisten kepercayaannya. "Leo kemana Mandy?" "Mandy bilang tadi sama saya, untuk menyampaikan maaf pada anda karena beliau tidak bisa ikut, tiba-tibanya kumat dan harus di bawa ke rumah sakit tuan," jawab Leo menjelaskan. "Hm, begitu. Ya sudah sekarang cepat kita berangkat.""Baik tuan." Leo mulai menyalakan mesin mobil, Lalu segera melajukan mobil k
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan