Luna kembali menghampiri Dave, ia sangat mengalihkan pandangan Dave agar tidak melihat Freya yang berada di dekat mereka. "Mas Dave! bagaimana kalau kita pulang sekarang? bukankah kamu dari awal tidak ingin datang," ajak Luna. "Luna! apa yang kamu lakukan, diamlah apa kau tidak lihat banyak kolega-kolegaku," bentak Dave menepis tangan Luna. Hingga membuat Luna sangat kesal. "Tapi mas aku ingin pulang," rengek Luna. Dave tidak menggubris perkataan Luna, ia masih fokus berbicara beberapa hal penting tentang proyek fashionnya. Bahkan untuk menyempurnakan proyek besar kerja sama mereka, salah satu klien Dave sengaja mengusulkan anggota baru untuk mereka, agar proyek mereka lebih sempurna lagi. "Tuan Dave, sebenarnya ada seorang investor baru yang ingin ikut bergabung dengan kita, dia adalah tuan Raka, saya akan panggilan dulu," ujar salah satu Klien, yang bergegas mencari Raka. Namun baru saja pria itu berjalan beberapa langkah, Raka dan Freya kebetulan berjalan ke arah Dave yang ten
"Tidak! aku sudah mengirimkan surat gugatan cerai padamu, dan mulai saat itu kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun juga," sergah Freya, yang mencoba untuk menghindar dari Dave. Namun baru saja Freya ingin pergi, Dave malah menekan tubuhnya lebih erat lagi, hingga membuatnya tak berdaya di dalam kendali kurungan kedua lengan Dave. "Aku tidak akan membiarkan kamu pergi, kamu masih istriku Freya, aku mohon maafkan aku dan tolong berikan aku kesempatan untuk menebuskan semua kesalahan padamu," bisik Dave menatap dalam sang istri, dengan jarak mereka yang mengikis dekat. Hingga membuat keduanya merasakan nafas hangat satu sama lain. "Kau! aku sudah tidak bisa memberikan kamu kesempatan lagi tuan Dave," tegas Freya.Dave menggelengkan kepala, sembari tersenyum getir saat melihat Freya yang seolah tidak ingin memberinya kesempatan. "Kenapa? aku tahu aku salah, tapi kita sudah mempunyai seorang putra Freya, jadi aku mohon jangan egois, aku ingin kita kembali berkumpul seperti dulu lag
Freya mengigit keras bibir Dave, yang tengah mencium bibirnya dengan paksa. Dengan waktu yang cukup lama. Hingga membuat dirinya sesak untuk bernafas. Klek!"Aaaakkkkkhh," Dave merintih kesakitan, saat Freya mengigit bibirnya, hingga membuat lelaki tampan itu pun terpaksa melepas pagutan bibirnya. Namun bukan Dave, pria itu menyerah begitu saja. Tak ingin sang istri membenci ia juga berusaha untuk mengungkapkan semua perasaan yang baru dia sadari. "Please! Freya, maafkan aku. Saat kamu memberikan surat gugatan cerai itu aku tidak menandatanganinya, tapi aku telah merobeknya jika kita masih suami istri, untuk sekarang dan selama," tegas Dave, yang kembali mencium bibir wanita yang sudah lama sekali ia rindukan dan ia cari. Cup! Freya yang tak bisa melawan, ia hanya bisa pasrah hingga sampai kedua tangannya terlemas setelah beberapa kali meronta, Dave mencium paksa dan rakus bibir Freya, wanita berparas cantik itu perlahan mulai terbius dan seolah terhipnotis oleh pesona Dave. Humm
Tanpa membuang waktu lagi Luna segera menelpon orang-orang suruhannya, untuk segera menjalankan rencananya agar segera menculik putra Freya. Tak membutuhkan waktu lama, orang-orang suruhan Luna segera pergi ke tempat Freya. Tanpa menunda-nunda lagi. Setelah berhasil menyuruh orang-orangnya. Luna segera pergi ke rumah Dave, untuk memberitahukan tentang Dave dan Freya saat di gedung pesta tadi. "Aku harus pergi menemui om Steven, dan segera menagih janjinya," geram Luna yang terburu-buru mengambil tas dan kunci mobil. Tuan Edward yang berpapasan dengan putrinya, kini pria paruh baya itu terheran. Lalu sengaja menghadang dan mencecar beberapa pertanyaan pada Luna. "Luna! kamu ini mau kemana nak?" tanya tuan Edward menatap dengan sorot mata yang penuh dengan selidik."Ayah! Luna mau ketemu om Steven, untuk memberitahukan Dave yang diam-diam menemui wanita jalang itu, dan aku juga ingin menagih janji om Steven tentang pernikahan ini," Luna meluapkan beberapa kekesalan di dalam hatinya.
"Apa! di culik? bagaimana bisa bi? kenapa seperti ini," Freya menangis dan tak habis pikir. Perasaannya luluh lantak, hatinya begitu bingung harus berbuat apa. Raka yang baru datang menyusul Freya, kini ia pria itu segera menghampiri dan melontarkan beberapa pertanyaan. "Freya! kamu kenapa? katakan padaku kenapa menangis?" tanya Raka seraya memegang bahu mantan pacar yang masih sangat ia cintai. Freya yang sangat cemas dan panik, ia meluapkan semua ketakutan yang terlintas di dalam kepalanya. "Mas Raka, tolong bantu aku. Ansel di culik mas," ucap Freya dalam tangisnya. "Diculik?" Raka terkejut, dan hampir tak percaya, tak tega melihat Freya sedih dan ketakutan. Dengan cepatnya ia menelpon beberapa orang-orang kepercayaan untuk segera mencari Ansel. Freya yang baru aja ingat, jika dirinya tadi sempat bertemu dengan Dave. Membuat ia sedikit berpikir jika mungkin penculikan putranya ada hubungan dengan Dave. "Aku baru ingat, apa jangan-jangan karena dia ingin membawa Ansel," ucap F
Setelah Freya menutup panggilan telepon dari Dave, tiba-tiba saja ia mendapatkan sebuah pesan singkat yang membuatnya sangat terkejut. "Jika kamu ingin putramu selamat, maka temui aku di tempat ini. Jangan membawa Dave bersamamu, kalau kau melanggar maka jangan salahkan aku jika nanti aku akan bertindak nekad pada putramu," perintah pesan itu, sampai membuat tubuh Freya melemas dan tidak habis pikir. Karena penasaran siapa yang mengirimnya pesan bernada ancaman itu, kini Freya mencoba untuk menelpon balik nomor asing itu dan..Drrrttt....drrrtttBeberapa kali Freya mencoba untuk menghubungi, namun nihil si pengirim pesan itu hanya menutup telpon itu dan enggan untuk menjawab. Hanya terus menekan Freya agar segera datang ke tempat yang dia berikan alamatnya. "Cepat datang atau tidak, maka nyawa anakmu yang akan hilang," perintah pesan itu dengan nada penuh penekanan. Freya yang semakin panik, kini hanya menggelengkan kepala dan tak habis pikir entah siapa yang tega membawa putra ke
Tanpa membuang waktu lagi Dave segera menyusul Freya, setelah melihat cctv yang ada di rumahnya. Lalu dengan cepatnya supir pribadinya segera melacak plat nomor Raka yang tengah berjalan beberapa menit yang lalu. "Leo! apa kau sudah mencari tahu kemana Freya dan temannya pergi?" tanya Dave yang terlihat sangat cemas. "Sudah tuan, seperti mereka mengarah ke sebuah pegunungan yang cukup jauh dari sini," sahut Leo setelah melihat dan memantau mobil Raka. Tidak ingin terjadi sesuatu pada putra kesayangannya, kini Dave segera masuk ke dalam, dan memberikan perintah pada Leo agar cepat mengikuti arah mobil Raka. Tanpa membantah Leo melajukan mobil dengan laju kecepatan tinggi, di sepanjang jalan Dave memikirkan semua orang yang sudah berani mengusik istri dan putra kesayangannya. Ketika lelaki tampan itu tengah merenung, tiba-tiba saja satu pesan masuk ke dalam ponselnya, melihat id ponsel sang istri membuat Dave begitu antusias dan senang. "Freya!" Dave dengan cepat membuka pesan da
Setelah Freya dan Raka menempuh perjalanan sekitar dua jam lebih, akhirnya mereka sampai di titik lokasi. Kini mereka turun dari mobil. "Mas Raka, apa benar ini tempatnya? Aku sangat takut sekali." Keluh Freya menatap nanar bangunan kosong yang terlihat sangat kumuh. "Iya Freya, sesuai Gps benar di sini. Kamu tidak usah takut karena aku bersamamu," ucap Raka membujuk. Mengingat putranya di sekap, membuat Freya berusaha untuk tetap tenang dan berusaha untuk memberanikan diri. Tanpa membuang waktu lagi, wanita cantik itu berinisiaf untuk menghubungi nomor yang mengirimkan pesan padanya. Drrrtt..Pangilan terhubung. Melihat Freya yang menelpon, Luna yang sudah menunggu dari tadi membuatnya menyerigai. "Akhirnya dia masuk perangkapku juga," Luna tersenyum sinis. Lalu dengan cepatnya wanita segera mengangkat telepon. Freya menghela nafas panjangnya, setelah panggilan itu terhubung. Lalu segera memulai topik pembicaraannya. "Aku sudah sampai di tempat yang kamu minta, sekarang cepa
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan