Setelah makan malam bersama, Raka akhirnya mengantarkan Freya untuk pulang ke apartemennya. Meskipun lelaki itu belum berhasil mengambil hati Freya untuk menjadikanya seorang kekasih dan juga menawarkan pekerjaan di perusahaannya. Tapi ia tetap untuk bersabar mengejarnya lagi. "Mas Raka, aku ingin mengucapkan terima kasih karena hari ini kamu sudah mentraktirku. Dan aku juga sangat berterima kasih karena kamu juga aku bisa membuka butik yang selama ini aku inginkan," ungkap Freya, saat ia keluar dari mobil. "Kamu tidak usah berterima kasih Freya, aku sangat senang karena bisa membantumu. Tapi sayang sekali kamu belum berminat untuk bergabung di perusahaanku," lirih Raka. Freya menghela nafas panjangnya, lalu berusaha untuk menjelaskan beberapa alasannya yang belum ingin kembali bekerja pada perusahaan lagi. Karena saat ini dia hanya nyaman dan fokus dengan usaha baru yang telah ia rintis. "Mas Raka, aku sangat menghargai niat baikmu, tapi untuk saat ini aku benar-benar belum ingin
Dave yang baru pulang dari kantor, kini ia di sudah di tunggu oleh ayahnya yang dari tadi sudah sangat kesal dan marah, mengingat Luna yang mengadu tentang sikap putranya. "Dave! berhenti kamu," bentak pria paruh baya itu dengan nada tinggi. Seketika Dave menghentikan langkahnya, saat berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Dengan nafas kasar lelaki tampan itu memutar badan dan menatap sang ayah yang tengah duduk di sofa. "Ada apa lagi ayah? aku sangat lelah. Jika ada sesuatu yang ingin di katakan besok saja," Dave tanpa ragu menegaskan jika saat ini dirinya sedang tidak mau di ganggu oleh siapa pun. "Dasar anak tidak berbakti, atas dasar apa kau berani berbicara seperti itu pada ayahmu? ingat Dave kamu sudah bertunangan dengan Luna selama satu tahun. Dan sekarang sudah waktunya kalian menikah dan memberikan ayah seorang cucu untuk menjadi pewaris keluarga kita," tegas Steven dengan penuh penekanan. Dave tidak menghiraukan perkataan sang ayah, dia tetap pada pendiriannya jika dia
Keesokan hari, Leo menghadap pada bosnya untuk menyampaikan sebuah undangan penting dari kolega bisnisnya, yang akan mengadakan sebuah pesta yang cukup besar, yang hanya di hadiri oleh para pebisnis sekelasnya. "Tuan, anda hal yang ingin saya sampaikan pada anda," ujar Leo dengan perasaan yang tidak enak hati, saat melihat bosnya tengah menatap bingkai foto istri dan putranya. Dave menyimpan foto Freya dan Ansel sejenak, lalu ia menatap orang kepercayaan yang ada di depannya itu. "Katakanlah, ada apa?" Tanya Dave dengan tatapan yang penuh selidik. "Ada sebuah undangan pesta untuk anda tuan, dan semua pengusaha Fashion di perkirakan akan hadir di sana," Jelas Leo memberitahukan. Setelah Freya pergi dari perusahaan dan hidupnya, lelaki tampan itu seolah kehilangan semangat dalam hidupnya, seolah ia sudah tak peduli akan kekuasaannya lagi. "Aku tidak akan pergi, kau buang saja kartu undangan itu," Perintah Dave dengan nada tinggi sembari menatap pemandangan dari luar jendela. Leo m
Keesokan malam, Freya sudah bersiap-siap untuk pergi ke pesta untuk menemui Raka, tapi ketika ia tengah duduk di meja rias tiba-tiba saja Ansel yang belum tidur kini bocah kecil itu tampak berjalan menghampiri momynya. "Momy!" panggil Ansel dengan wajah imut yang tengah menatap sang momy. Freya terkejut saat melihat jagoan kecilnya yang perlahan sudah mulai tumbuh besar, sekarang sudah bisa berbicara dengan pintar. Bahkan Ansel tidak pernah absen untuk bertanya dengan keberadaan Daddynya lagi. "Momy Ansel ingin ketemu Daddy.""Iya jagoan kecil? kenapa belum tidur, padahal sudah malam loh?" Freya bertanya sembari mencubit kecil pipi gembul Ansel. "Ansel Lindu Dady momy, kapan Daddy pulangnya? dali dulu kenapa gak pulang-pulang," lirih Ansel yang bersandar di tubuh sang momy.. Seketika Freya terdiam, saat putra kesayangannya selalu bertanya tentang keberadaan Dave, pria yang sangat ingin ia lupakan dalam hidupnya. "Sayang momy, momy juga belum tahu kapan Dady pulang, sekarang lebi
Tepat jam delapan malam, akhirnya Freya dan Raka akhirnya sempai di sebuah pesta mewah dan bergengsi itu yang banyak di hadiri oleh beberapa pengusaha ternama saja. "Ayo Freya," ajak Raka menyodorkan lengannya, Freya yang sebenarnya merasa canggung terpaksa harus menerima tawaran baik Raka. Setelah keduanya turun dari mobil, kini mereka berjalan bersama menuju pintu utama gedung. Semua para tamu mulai berlalu lalang menghadiri pesta. Rasanya Freya terlihat seperti enggan berada di pesta mewah seperti itu. Karena selalu menjadi trauma tersendiri baginya. Setelah pernah di jebak oleh Khatrine, ia juga masih sedikit sesak di dalam hati, di saat indentitas pria yang mulai ia cintai harus Terbongkar dan ia lihat sendiri kebenaran melalui orang lain. Melihat Freya yang hanya banyak diam tidak banyak bicara seperti sebelumnya membuat Raka sedikit cemas. Karena terlihat wanita yang ada di sampingnya tidak nyaman."Freya! kenapa malah bengong? ayo kita masuk? aku harus menemui beberapa rekan
Luna kembali menghampiri Dave, ia sangat mengalihkan pandangan Dave agar tidak melihat Freya yang berada di dekat mereka. "Mas Dave! bagaimana kalau kita pulang sekarang? bukankah kamu dari awal tidak ingin datang," ajak Luna. "Luna! apa yang kamu lakukan, diamlah apa kau tidak lihat banyak kolega-kolegaku," bentak Dave menepis tangan Luna. Hingga membuat Luna sangat kesal. "Tapi mas aku ingin pulang," rengek Luna. Dave tidak menggubris perkataan Luna, ia masih fokus berbicara beberapa hal penting tentang proyek fashionnya. Bahkan untuk menyempurnakan proyek besar kerja sama mereka, salah satu klien Dave sengaja mengusulkan anggota baru untuk mereka, agar proyek mereka lebih sempurna lagi. "Tuan Dave, sebenarnya ada seorang investor baru yang ingin ikut bergabung dengan kita, dia adalah tuan Raka, saya akan panggilan dulu," ujar salah satu Klien, yang bergegas mencari Raka. Namun baru saja pria itu berjalan beberapa langkah, Raka dan Freya kebetulan berjalan ke arah Dave yang ten
"Tidak! aku sudah mengirimkan surat gugatan cerai padamu, dan mulai saat itu kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun juga," sergah Freya, yang mencoba untuk menghindar dari Dave. Namun baru saja Freya ingin pergi, Dave malah menekan tubuhnya lebih erat lagi, hingga membuatnya tak berdaya di dalam kendali kurungan kedua lengan Dave. "Aku tidak akan membiarkan kamu pergi, kamu masih istriku Freya, aku mohon maafkan aku dan tolong berikan aku kesempatan untuk menebuskan semua kesalahan padamu," bisik Dave menatap dalam sang istri, dengan jarak mereka yang mengikis dekat. Hingga membuat keduanya merasakan nafas hangat satu sama lain. "Kau! aku sudah tidak bisa memberikan kamu kesempatan lagi tuan Dave," tegas Freya.Dave menggelengkan kepala, sembari tersenyum getir saat melihat Freya yang seolah tidak ingin memberinya kesempatan. "Kenapa? aku tahu aku salah, tapi kita sudah mempunyai seorang putra Freya, jadi aku mohon jangan egois, aku ingin kita kembali berkumpul seperti dulu lag
Freya mengigit keras bibir Dave, yang tengah mencium bibirnya dengan paksa. Dengan waktu yang cukup lama. Hingga membuat dirinya sesak untuk bernafas. Klek!"Aaaakkkkkhh," Dave merintih kesakitan, saat Freya mengigit bibirnya, hingga membuat lelaki tampan itu pun terpaksa melepas pagutan bibirnya. Namun bukan Dave, pria itu menyerah begitu saja. Tak ingin sang istri membenci ia juga berusaha untuk mengungkapkan semua perasaan yang baru dia sadari. "Please! Freya, maafkan aku. Saat kamu memberikan surat gugatan cerai itu aku tidak menandatanganinya, tapi aku telah merobeknya jika kita masih suami istri, untuk sekarang dan selama," tegas Dave, yang kembali mencium bibir wanita yang sudah lama sekali ia rindukan dan ia cari. Cup! Freya yang tak bisa melawan, ia hanya bisa pasrah hingga sampai kedua tangannya terlemas setelah beberapa kali meronta, Dave mencium paksa dan rakus bibir Freya, wanita berparas cantik itu perlahan mulai terbius dan seolah terhipnotis oleh pesona Dave. Humm
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan