Share

38. Inyiak Terakhir

“Pramono?!” Mena terheran-heran mendengar nama itu dalam cerita Bima. “Bagus dia dipecat sama Pak Gunadi. Sepertinya ini faktor dendam juga. Apa mungkin ya dia dipekerjakan seseorang?”

“Mungkin juga. Rasanya enggak mungkin kalau dia punya algojo banyak, dan rumah besar. Eh, coba tolong Mbak Mena cari tahu rumah di ini.” Bima memberikan alamat dari record GPS-nya pada Mena.

Mena mulai mencarinya dengan perangkat lunak. "Rumah itu atas nama Tuan Rodrigo.”

“Siapa?” tanya Bima lagi.

“Belum tahu, aku perlu mencari data-datanya lagi.”

“Baiklah kalau begitu, nanti kabari aku lagi.” Bima bangkit dari kursi.

“Kamu mau ke mana?”

“Memasang penyadap ke rumah tadi.”

“Heh, jangan sekarang situasinya belum tepat. Kamu mau mereka mengeroyokmu lagi. Kita harus mengatur strategi ulang.”

“Aku enggak bisa diam saja. Siti masih berada di sana. Bagaimana kalau mereka melukai Siti?” Bima memang belum. Bercerita pada Mena perihal Siti menjadi agen ganda. Lebih naik tidak bercerita sebelum Bima benar-
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status