Pagi harinya tiba, Leo dan Elena tengah bercengkrama di balkon kamar hote, setelah sepakat untuk stay di hotel semalam. Elena tengah menikmati hidangan sarapan paginya bersama Leo sebelum kembali ke rumah sakit untuk menemui Lala. Leo sempat mengajak Elena untuk pulang ke rumah, tapi Elena kekeh untuk kembali ke rumah sakit melihat kondisi Lala. "Mas kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Elena ketika melihat Leonardo terus memperhatikannya."Mas seneng aja. Lihat ayang pipinya makin gimbul. Gemoy gemoy gitu lah yang." Leo memainkan pipi Elena dengan gemasnya."El makin jelek ya kalau makin bulet gini?" Tanya Elena sambil memanyunkan bibirnya."Enggak lah. Istri mas cantik banget malahan. Ayang sehat sama jagoan kita itu poin pertama. Mas, mau manggil bunda lah sekarang. Persiapan jadi orang tua." Leonardo menaik turunkan alisnya."Mas pengen panggilan apa nantinya?" Tanya Elena."Ayah bunda aja deh. Kayanya adem aja gitu dengernya." Balas Leonardo."Memang sih mas. Elena juga mau gitu
Mendengar kabar jika Elena dan Leonardo akan mengangkat anak angkat dari panti asuhan, keluarga Leonardo tidak begitu mudah mengizinkan. Mama Leo begitu ragu jika anaknya memiliki anak angkat. Karena mamanya belum sepenuhnya percaya jika anak dan anak mantunya bisa memberikan kasih sayang kepada Lala seperti anaknya sendiri.Saat ini, mama papa Leonardo berada di rumah sakit begitu juga ibu panti yang sudah merawat Lala sejak kecil. Dari cerita ibu panti, Lala memang sudah berada di panti mulai dari bayi. Ia menemukan di tempat yang tidak wajar untuk dimana bayi tersebut berada. Saat mendengarkan kabar jika Leo akan mengangkat Lala, rasanya berat jika harus melepaskan Lala."Ibu nggak percaya sama saya dan istri saya buat jadi orang tua Lala?" Tanya Leonardo ke ibu panti."Bukan nggak percaya, tapi ibunya Mas Leo juga belum setuju kalau mas jadiin Lala putri kalian." Jawab ibu panti."Kalau saya sih gak masalah bu, tapi cuma gimana caranya saya supaya bisa yakin kalau Lala bakal diber
Leonardo bergegas untuk keluar ruangannya, ia berencana untuk pergi ke rumah sakit untuk menemani Elena cek kandungan. Awalnya, Elena sudah meminta Leonardo untuk tidak pergi ke kantor. Tapi Leonardo menolak. Karena ada rapat penting paginya. "Bapak jadi ke rumah sakit?" Tanya Hans saat Leonardo sampai di lobi."Jadi Hans. Elena udah saya janjiin bakal saya temenin. Tapi saya gak langsung pulang kok. Saya balik lagi kesini. Nanti tolong jemput Lala ya! Sekarang jam sepuluh. Kelas Lala pulang jam dua belas." Leo menepuk bahu Hans. Perihal soal Lala, Hans sudah mengenal anak angkat Leo tersebut. "Wah siap pak. Sekalian nanti ada Miss Dela juga kan pak." Hans menaik turunkan alisnya."Giliran ada yang bening dikit. Langsung turn on dah. Yaudah nitip Lala. Bilang aja saya lagi ke rumah sakit nganter bundanya. Saya pergi dulu ya." Pamit Leo dan lansung bergegas keluar kantor."Iya pak. Hati-hati pak." Leo menuju rumah sakit tempat Daniel dan Jordi bekerja. Ia tidak menjemput dulu istrin
Pagi ini Lala dan Elena tengah berjalan-jalan ke swalayan untuk membeli kado ulang tahun teman Lala di sekolah. Mereka berdua pergi ditemani Dona tanpa Leonardo. Karena Leo harus pergi ke Makassar bersama Hans untuk menjalin kerjasama dengan rekan bisnis disana. Elena sebenarnya tidak ingin merepotkan Dona untuk menemaninya belanja, tapi Leonardo yang kelewat posesif hanya ingin memastikan jika istrinya itu terus baik-baik saja."Dona gak papa nih nemenin saya sama Lala belanja?" Elena berjalan sambil menggandeng Lala."Nggak papa nyonya. Tuan Leo kalau udah ngomong gitu saya nggak bisa nolak. Apalagi keselamatan nyonya sama nona juga penting. Tapi jangan lama-lama ya nyonya belanjanya. Tuan tadi sudah pesan begitu ke saya." Ucap Dona sambil menampilkan sederet gigi putihnya."Iya enggak kok. Ini cuma nyari kado buat teman Lala aja. Soalnyan katanya mau dirayain di sekolahan. Nggak enak kalau nggak bawa kado." Elena menuju ke salah satu pusat tempat baju untuk anak-anak."Non Lala nya
Diam-diam Angela siang ini berniat untuk pergi ke sekolah Lala. Ia ingin membawa Lala untuk mencelakai keponakan angkatnya itu. Kehidupan Elena yang bisa dibilang terlihat selalu bahagia membuat Angela tidak suka. Tanpa sepengetahuan Leonardo dan Elena, Angela sudah memarkirkan mobilnya di depan sekolah Lala.Awalnya Angela tidak tahu dimana Lala bersekolah, tapi ia mencari tahu lewat omanya yang sangat tahu betul tentang Lala. Angela sendiri tidak suka, karena omanya juga begitu menyayangi Lala. Saat ini pun, Jordan teman Leonardo juga belum saja mengajaknya menikah."Selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu?" Tanya satpam sekolah Lala. "Oh itu pak. Saya nunggu keponakan saya. Namanya Lala kelas tiga pak kalau gak salah. Putrinya Leonardo sama Elena." Jawab Angela dibuat begitu meyakinkan."Kalau boleh tau ibu siapa ya?" Tanya satpam kembali."Saya tantenya pak. Tadi Leonardo minta saya buat jemput Lala. Dia ada kesibukan." Balas Angela."Oh iya deh bu alhamdulillah. Kebetulan ana
"Lo gak bisa bikin hidup Elena menderita Angela!!!" Angela membalikkan tubuhnya. Ia terkejut karena melihat Leonardo berdiri dengan tegas dengan kedua tangan mengepal di samping tubuhnya. Leonardo melangkahkan kakinya mendekati Angela."Wah ternyata orang berduit bisa nemuin penjahat kaya gue ya." Angela menepuk-nepuk tangannya."Lo mau apa kak? Apa yang lo mau dari hidup Elena? Lala yang gak ada salah apa-apa. Bahkan Elena gak ada salah ke lo, lo mau nyelekain dia." Leonardo meninggikan suaranya karena ia sudah tidak bisa sabar lagi."Gue pengen Elena mati!!" Teriak Angela dengan keras.Lala yang masih diikat dirinya terus merasa ketakutan. Ia tidak bisa mendengarkan nada kasar yang keluar dari mulut Angela. Lala masih terus menangis, terisak tiada henti."Sayang, sabar ya. Ayah akan bawa kakak pulang." Leo sudah ingin memeluk Lala."Bawalah dia pulang. Sebenarnya dia gak guna juga sih. Gue cuma pengen Elena mati." Angela melotot ke arah Leonardo."Kak, gue masih sopan ke lo ya. Lep
Leo nampak terus mendesah. Ia panik jika Elena tidak percaya dengan apa saja alasan yang dibuatnya nanti. Apalagi hari sudah semakin malam. Dia dengan putrinya belum kembali ke rumah. Lala sendiri baru sadar dari pengobatan trauma yang diberikan Daniel."Kakak, kakak tau kan kalau bohong itu gak boleh. Tapi kali ini, agah sama kakak harus bohong sama bunda. Jangan sampai bunda kepikiran ya!" Ucap Leo ke arah Lala yang duduk di sebelahnya."Iya ayah. Lala bakal berusaha juga buat ngelindungin bunda. Ayah nanti bilang aja kalau jalannya macet total. Terus kita bawa makanan kesukaan bunda yuk yah! Biar bunda seneng." Usul Lala."Oke kak. Bantu ayah ya kak buat ngelindungin bunda, sama ngelindungin adik-adik kakak yang ada di perut bunda." Leo mengusap rambut Lala dengan tangan kirinya."Siap ayah. Kakak Lala sayang sama bunda. Meskipun bunda bukan ibu kandung Lala, Lala bakal berusaha buat jagain ayah sama bunda. Ayah Lala mau pejam mata ya. Obat yang dikasih Om Daniel lumayan bikin ngan
Leonardo memenuhi keinginan Elena untuk bekerja dari rumah. Ia tidak ingin membuat Elena kecewa karena tidak mau menuruti apa yang istrinya mau. Meskipun nanti harus dengan segala keriwehan karena bekerja dari rumah. Setelah mengantar Lala pergi ke sekolah, Leonardo melaangkahkan kakinya menuju rumah untuk mencari istrinya. Ia dibuat terkejut ketika melihat istrinya yang sedang memakan cemilan dengan wajah orang yang belum mandi. Biasanya Elena rajin sekali mandi pagi meskipun tidak pergi mengajar ke kampus."Sayang kok belum mandi sih? Malah makan." Ucap Leo menghampiri Elena."Bentar mas. Mau nonton upin ipin dulu. Lucu mereka bentar ih." Elena terus mengunyah cemilan yang ada di pangkuaanya."Yang bau lo nanti. Mandi dulu gih atau mas mandiin?" Leo menaik turunkan alisnya."Mandiin deh mas. Mau manja-manja sama mas." Elena langsung menaruh cemilannya dan langsung memeluk Leonardo dengan erat. "Seriusan?" Mata Leo mulai berbinar."Seriusan masku. El minta mas wfh kan mau manja-man
Sesampainya di hotel, Elena langsung merebahkan badannya di atas kasur. Ia merasa begitu sangat lelah ketika selesai menempuh perjalanan yang begitu jauh. Lala yang saat itu juga merasa lelah langsung naik ke atas kasur dan ikut rebahan disamping Elena."Bunda, kakak ayo bersih-bersih dulu. Masa kita sampai hotel langsung tidur. Nggak pengen makan-makan gitu kah?" Tanya Leonardo."Ayah-ayah, badan kakak seperti tak bertulang. Badan kakak seperti jelly." Keluh Lala sambil matanya terpejam."Yaudah kakak bobo dulu. Kalau udah bobo kita jalan-jalan ya. Bunda bobo dulu juga boleh kok." Kata ayah memerintah kedua wanitanya untuk beristirahat dulu. "Oke ayah. Bentar ya. Ayah ikut bobo dulu sini. Nambah stamina juga sebelum jalan-jalan." Ajak Elena agar Leonardo juga ikut istirahat. "Oke oke ayah juga ikut istirahat. Kita bobo dulu." Leonardo melepas sepatunya terlebih dahulu dan langsung ikut bergabung bersama kedua wanitanya. Mereka di Jepang akan sampai tahun baru nantinya. Karena bebe
Saat waktunya mendekati jam take off, Leonardo bergegas mengajak Elena dan Lala untuk pergi ke bandara. Leo tidak ingin sampai terlambat sedikit pun. Ia terus mengemudikan mobilnya tanpa banyak omong. "Ayah kok kakak rasa ini bukan jalan arah pulang ya. Kita mau kemana lagi ayah?" Tanya Lala penasaran."Iya mas. Elena rasa kok emang bukan jalan arah pulang. Kemana emangnya?" Elena juga ikut menanyakan perihal Leonardo yang mengemudikan mobilnya berlawanan arah."Sebentar lagi kita sampai. Bunda sama kakak sabar ya." Jawab Leonardo sambil tersenyum. Elena hanya diam. Ia tidak mau banyak tanya lagi dan mengikuti saja kemana Leonardo membawanya pergi. Leo tersenyum simpul. Ia akan merasa bahagia jika rencananya benar-benar terwujud.Kurang lebih lima belas menit dan didukung oleh jalanan yang gak begitu macet, kini mereka sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Elena yang paham betul jika ia saat ini berada di bandara hanya bisa cengo dan nggak tahu apa. Leonardo yang melihat Elena bin
Pagi ini Leonardo sudah kembali lagi untuk pergi ke kantornya. Ia juga memikirkan Hans yang sudah menghandle banyak pekerjaan. Leo berani meninggalkan Elena karena mamanya mulai setiap pagi akan pergi ke rumahnya. Hanya untuk menemani Elena. Elena masih berada di posisi tahap penyembuhan. Bahkan lukanya dan rasa sakitnya juga belum sepenuhnya pulih. "Hans, apa kamu nggak papa saya tinggal ke Jepang selama satu minggu?" Tanya Leonardo."Saya ikhlas lahir batin pak. Asalkan Bu Elena bisa sembuh dan bisa mengobati lukanya. Tapi gaji saya nanti tambah ya pak." Hans terkekeh pelan."Masalah itu kamu nggak usah khawatir. Saya mana pernah nggak ngasih kamu gaji tambahan? Ya kan? Tapi kamu tetap kabari apapun nanti kalau ada kerjaan yang nggak bisa kamu kerjakan. Jadwal pertemuan sama orang-orang bisa diatur minggu depannya setelah saya pulang dari Jepang ya." Pinta Leonardo."Bapak nggak usah khawatir. Semuanya serahkan semuanya ke saya. Tapi setelah ini saya izin menikah ya pak. Kerjaan da
Leonardo merasa lega karena hari ini Salma bisa pulang ke rumah setelag dua minggu dirawat di rumah sakit. Setelah kejadian yang sudah menimpa mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk memulai kehidupan baru. Opah dan Mr. Black juga sudah dibawa ke pihak yang berwajib. Oma pun akhirnya resmi bercerai dengan opah dan kembali ke keluarganya. Keluarga Elena sudah berantakan. Bahkan media di Indonesia juga menyorot keluarganya. Banyak yang mengasihani Elena dengan masalah yang menimpanya. Dan saat ini hanya Jordi dan orang tuanya yang masih menyayangi Elena."Leo, paman sama bibi memang jarang di Jakarta. Tapi kalau ada apa-apa soal Elena. Tolong kabari kami ya! Mungkin hanya Jordi disini nantinya. Tapi paman minta kamu percaya sama paman dan bibi." Ucap papa Jordi."Paman, mungkin sekarang Leo sangat sulit mempercayai orang. Bahkan mama papa Leo sendiri, Leo sangat takut. Tapi Leo usahakan untuk percaya sama paman dan bibi. Nanti kalau senggang aku juga akan bermain ke rumah kalian." Leo
Malam ini Leonardo harus meninggalkan Elena terlebih dahulu dan meminta Jordi untuk menjaga Elena dahulu. Ia bersama Polisi Anton mengumpulkan para orang tuanya untuk membahas lebih lanjut masalah yang telah terjadi selama akhir-akhir ini. Leonardo sudah tidak bisa lagi untuk bisa sabar. Bahkan wajanya sudah terlihat merah padam menahan amarah.“Leo, kenapa kamu menuduh opah seperti itu?” Tanya oma dengan lemah lembut.Leo menatap oma tajam “Oma sama opah udah menikah berapa tahun? Sampai nggak tahu semua kegiatan opah?” Sungut Leonardo.“Leo ngomong yang sopan nak!” Tutur mama dengan halus.“Sepertinya tidak bisa nyonya. Kalau saya jadi Pak Leo pasti sudah bisa nggak sopan lagi. Nyonya kalau nggak terlibat dalam masalah ini dan nanti tahu fakta sebenarnya pasti akan marah juga.” Sahut Polisi Anton.Semua orang nampak bingung dengan penuturan Polisi Anton. Kecuali opah yang masih menatap Leonardo dengan menahan amarah. Karena saat ini semua tuduhan tertuju semua ke dirinya.“Kalau bol
Leonardo harus mendengarkan kabar yang tidak enak kembali. Rencananya tidak ingin memberitahu soal kondisi Elena, namun semuanya sia-sia. Opah dan oma sedang menuju ke rumah sakit untuk menemui Elena. Sedangkan, Leonardo juga memberitahukan kepada Elena untuk tetap tenang jika nanti terjadi apa-apa. Karena ia juga nggak tahu, bagaimana reaksi opah. Apalagi setelah ada fakta jika bayi yang ada di dalam kandungan Elena menjadi bahan taruhan."Mas, mas tetap dampingi Elena. Karena Elena takut. Opah marah. Elena gak bisa jaga dede bayi." Ucap Elena yang sedikit ketakutan."No Elena. Percaya sama mas. Mas akan jagain kamu." Kata Leonardo."Kakak juga nggak usah takut, Jordi pasti ada di samping kakak juga." Sahut Jordi."Makasih ya. Tapi kenapa opah sejahat itu. Elena gak tau kalau pernikahan kita menjadi bahan taruhan demi perusahaan mas." Elena meneteskan air matanya."Udah sayang. Semoga opah segera sadar. Ingat sama kesalahannya. Pesan mas, kamu coba pura-pura nggak tau. Jangan ngomong
Leonardo menggertakkan giginya. Ia merasa marah karena siapa tau pelakunya. Bukan hanya karena dia yang rekan kerja opah, tapi dia juga rekan kerjanya yang baru saja menjalin hubungan kerjasama dengannya. Tapi, disisi lain Leonardo mengetahui fakta jika si Mr. Black ini melakukannya karena taruhan dengan opah. Jika nanti Elena bisa melahirkan dengan selamat, maka Mr. Black akan memberikan semua perusahannya. Tapi, jika Elena tidak bisa lahir dengan selamat opah akan menceraikan omah dan memberikan lima puluh persen hasil kekayannya kepada Mr. Black. Leonardo juga baru tahu jika, oma adalah mantan terindah Mr. Black. "Berarti suruhan si manusia tuh, udah jelasin semua ke Pak Anton Jo?" Tanya Leonardo."Udah bang. Mangkanya Pak Anton menjebak mereka waktu di kantor polisi. Alhasil ngaku juga mereka. Bang Hans sama Bang Daniel juga masih disana." Jelas Jordi."Terus, mama papa tuan tahu soal taruhan ini?" Tanya Agung."Sepertinya enggak Gung. Tapi saya juga gak paham. Awal saya dijodo
Leonardo tengah menunggu kedatangan orang tuanya bersama Lala. Mereka sudah Leo beritahu kecuali opah oma Elena. Mama papa sudah berjanji untuk diajak bekerja sama tanpa memberitahukan ke keluarga Elena. Awalnya mereka mendesak untuk memberitahukan alasannya. Tapi, Leonardo tetap bersikukuh untuk tidak memberitahukan. "Leo, gimana kondisi Elena?" Tanya mama ketika sudah sampai di rumah sakit."Masih belum sadar ma. Leo dari tadi sama Jordi ya nunggu disini. Kondisi Elena tadi parah pas kecelakaan." Jelas Leonardo."Memang kejadiannya gimana?" Tanya papa."Ayah, bunda kenapa?" Lala menghampiri Leo. Leo langsung membawa Lala kepelukannya. Leonardo merasa sangat bersalah. Karena ia melupakan Lala dan fokus dengan Elena. Lala diasuh mama papanya sementara. Tapi ia juga sendiri tidak ada cara lain selain itu. "Kakak, dengerin ayah. Bunda di dalam sedang berjuang. Kakak doain ya. Semoga bunda cepat sadar ya sayang. Kakak gak boleh sedih. Kuatin ayah juga ya sayang. Maafin ayah ya nak." L
Leonardo terus memohon keoada Tuhan. Untuk keajaiban semua takdir yang ia inginkan. Sampai saat ini, dokter masih belum selesai mengoperasi Elena. Entah berapa lama lagi, dokter akan menyelesaikan semuanya. Ia juga mendapatkan kabar, jika Agung dan Adit sudah selesai melakukan operasi. Saat ini, Parjo dan Dona yang menuju ke ruangan dua bodyguard baru Elena. Sedangkan Jordi dan Leonardo masih duduk di depan ruang operasi."Bang, apa keluarga tidak dikasih tau?" Tanya Jordi."Jangan dulu. Tunggu Elena sadar dulu saja! Tapi cukup kabari mama papaku saja. Kalau opah sama oma jangan. Terus Angela jangan sampai dengar berita ini. Semua orang suruh tutup mulut untuk yang tau aja." Jelas Leonardo."Iya bang. Kak Elena pernah cerita kalau Kak Angela teman dekat istrinya Bang Daniel. Apa dia gak kasih tau bang soal kondisi kakak?" Tanya Jordi penasaran."Enggak aman itu. Daniel udah aman. Kamu ini tadi kok bisa kesini? Gak ada operasi atau apa gitu?" Leonardo menatap adik ipar sepupunya itu."K