Share

Chapter 36: Dejavu

Author: Naynis
last update Last Updated: 2023-07-11 15:29:33

"Ini uang bayaranmu."

"Dan, jangan lupa untuk nanti malam Sergio," lanjutnya.

"Sure. You are too beautiful to leave Anne!" ucap Sergio sembari tersenyum kecil.

Anne terkikik geli mendengarnya. Sergio Van

Diávolos, lelaki yang menolongnya saat ia hampir terkena pedang sihir. Mungkin kalau tidak ada Sergio, Anne sudah mati kala itu.

Kedekatannya dengan Sergio pun dimulai dari situ. Walaupun Sergio klan Diávolos yang merupakan anak dari tetua desa paling keji dan aneh itu. Jika dibandingkan antara klan Diávolos dan klan Windsor maka bagaikan langit dan daratan kering. Daratan kering itulah yang menggambarkan desa Diávolos. Dahulunya, Anne sempat takut kepada Sergio karena rumor yang beredar kala itu. Tapi, semenjak mengenalnya secara mendalam ia mulai mengetahui sifat penerus desa Diávolos tersebut.

"Oh ya, omong-omong kenapa kau repot-repot menyingkirkan wanita itu?" tanya Sergio sembari memainkan rambut Anne.

Sergio jatuh cinta kepada Anne sejak mereka bertemu pertama kali. Tida
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 37: Fail

    BRAKKK!"Sialan!" Anne mendesis tajam menatap pantulan dirinya pada cermin. "Ada apa?" Anne menatap kesal ke arah Daisy yang memasuki kamarnya. "Semuanya gagal total," desis Anne. Mata hitam milik Daisy membulat sempurna. "Bagaimana bisa? Kau bilang rencana ini akan 100% berhasil. Kau menyewa orang yang benar bukan?" tanya Daisy penuh selidik. "Tentu saja. Tapi, kenapa Earwen bisa kembali dengan keadaan yang baik-baik saja. Seharusnya dia sudah mati membeku. Kau tahu sendiri bukan, tentang racun mematikan yang berasal dari desa Diávolos, Daisy?" Daisy mengangguk menyetujui ucap Anne. Tidak mungkin Earwen kembali dengan mudah, belum ada penangkar untuk racun tersebut. "Mungkinkah orang yang kau sewa untuk misi ini tidak menjalankan tugasnya dengan benar?" Anne mendelik tajam, tidak mungkin Sergio mengkhianatinya. Walaupun ia sempat bertengkar kecil dengannya. "Jaga ucapmmu Daisy. Dia adalah orang yang tidak munafik." Daisy memutar matanya kesal. "Lalu sekarang apa yang harus kit

    Last Updated : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 38: Love? Not!

    Earwen berjalan tergopoh-gopoh di lorong paviliun timur. Sejak terbangun dari tidurnya ia sudah direpotkan dengan susunan acara yang telah di buat oleh Briana, pelayan pribadinya yang menjelma menjadi asisten kerjanya. "Briana, pertemuan dengan perdana menteri Kana tidak bisa diundur kah? Bukannya di jam ini ada jamuan siang dengan Princess Lilyana, kau lupa menuliskannya Briana," ucap Earwen dan menyerahkan kertas yang berisikan susunan acara kepada Briana. Earwen sudah terbiasa dengan kesibukannya. Setelah hampir enam bulan tinggal bersama Edmund, hidupnya 100% berubah. Dari pola makan, waktu, jam tidur, dan segala tetek bengek lainnya. Earwen setiap harinya harus ada tiga pertemuan dengan princess dari kerajaan lain atau bahkan kolega bisnis milik Edmund yang terkadang meminta untuk minum teh bersamanya. Setiap ajakan itu akan dirinya terima, kecuali di hari istirahatnya. Earwen akan menolak semua jamuan-jamuan penting itu dan lebih memilih untuk melatih sihirnya bersama Steve. "

    Last Updated : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 39: Pseudo

    Percikan sinar matahari membangunkan Earwen dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya berulang untuk menyesuaikan cahaya dengan rentina matanya. Dengan pelan, Earwen berusaha melepaskan kungkungan dari Edmund tanpa membangunkan empunya. Tidur di pelukan Edmund? Itu sudah biasa, akhir-akhir ini tubuhnya menjadi bantalan Edmund. Terkadang ia ingin marah karena pelukan Edmund yang erat membuatnya kesulitan bernapas dan juga Edmund berat, lelaki itu tidak menyadarinya kah kalau tubuhnya itu lebih lebar dan besar dibandingkan tubuh Earwen yang ramping. "Erghh!" Erangan Edmund menghentikan Earwen yang akan beranjak dari tempatnya. Ia menoleh dan menatap Edmund sebentar, sesekali Earwen mengusap pelan punggung Edmund agar dia tertidur kembali. The real big baby! Dirasanya sudah tenang Earwen beranjak ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Seperti berendam di air hangat dengan sabun aroma vanila dan lilin aromaterapi miliknya. Earwen tidak ingin Edmund mengacaukan semuanya, ia ingin me

    Last Updated : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 40: Death Wave Headquarters

    Tak Tak TakEarwen mendesis kala panahannya tidak tepat sasaran, matanya menatap tajam layaknya busur. Ia duduk di atas kudanya dengan busur dan anak panah di tangannya. Sudah hampi dua jam ia dengan kegiatannya, di jauh sana Briana tengah memantau aktivitasnya. Beginilah cara Earwen untuk meredam seluruh pikirannya yang kolot. "What happened?" Telinga Earwen berdenyut mendengar suara lantang. Ia memutar balikkan kudanya ke arah suara itu. "Apa kau se depresi itu ketika aku tidak ada?" Earwen mendengus kesal mendengar ungkapan yang keluar dari mulut Steve. Ia menyerahkan kudanya ke arah pengawal untuk di taruh di kandangnya. "Tentu saja tidak," ucap Earwen dan menyesap jus jeruknya yang dibawakan Briana. "Briana bisakah kau tinggalkan kami berdua?" Briana mengangguk dan meninggalkan Earwen dan Steve di pinggir lapangan berkuda. "Kau tau, saat aku melihatmu di atas kuda dan busur panah di tanganmu. Kau menjadi seperti singa liar Earwen," ucap Steve sembari terkekeh geli. Earwen

    Last Updated : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 41: King Within King's

    "Saya kira anda tidak akan datang," cibir Princess Lilyana. Earwen menggulum bibirnya ke dalam mendengar cibiran tersebut. "Saya memang berniat untuk tidak dat––" "My Lord!" ungkap Prince Albert dan Princess Lilyana secara bersamaan. Earwen menengok kebelakang dan benar saja Edmund kini sudah berdiri dibelakangnya. Pria itu mengucapkan akan bertemu dengan petinggi kerajaan lain dan tidak akan menyapa Albert dan Lilyana. Tapi sekarang Edmund berdiri di belakangnya. Cih!"Selamat atas pernikahan anda," ucap Edmund seraya melingkarkan tangannya di pinggang Earwen. "Kau menunggu lama?" Earwen menyerngit heran mendengar pertanyaan itu. Tidak biasanya Edmund bertanya seperti itu dan dengan suara yang sangat soft di dengar. Gerutan di dahi Earwen memancing gelak tawa Edmund. Prince Albert dan Princess Lilyana juga ikut menatap heran kepada Edmund yang tertawa kecil, mereka baru pertama kali ini melihat King of Devils itu tersenyum dan tertawa. Bukannya kagum, Lilyana malah merasa takut

    Last Updated : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 42: Deville Morte

    "Memangnya apa yang mereka lakukan?" tanya Edmund penasaran sambil melihat ke sekelilingnya. Earwen menghela nafas panjang dan menjatuhkan kembali kepalanya pada dada bidang Edmund. "Mereka menggunjingku, mereka bilang kau terlalu sempurna untukku. Aku Princess non magic, dan kau the perfect King. Kau punya kekuasaan, kau punya kekuatan hebat, kau hampir punya segalanya," ucap Earwen sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah Edmund Hening. Edmund menatap wajah Earwen yang memerah karena terpengaruh alkohol. Ia tidak berniat menjawab unek-unek dari Earwen. "Aku tidak bisa memungkiri itu, Oompa Callen bilang aku adalah Special Princess. Tapi, aku tidak menemukan apapun yang spesial pada diriku," lanjut Earwen. Manik hitam milik Edmund bertabrakan dengan manik milik Earwen yang mengembun karena air mata yang membendung. Edmund mengusap pelan kelopak mata wanita yang tengah di dekapnya. "It's okay,"cicit Edmund. "I miss Oompa Callen, maaf aku menangis. Mungkin terakhir aku menan

    Last Updated : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 43: Sweet

    Earwen melenguh kecil ketika kepalanya terasa pening. Matanya menyipit mengedarkan pandangannya dan menangkap sosok Edmund yang tengah duduk di sofa dengan berkas ditangannya. Kemeja hitam yang membungkus tubuh atletis pria itu dan celana kain yang senada. Pemandangan pagi yang indah dan mempesona. Kepalanya kembali terasa pening, Earwen mendudukkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang. Tangannya memijat pelan keningnya. Earwen memikirkan kembali kejadian semalam. Ia tidak ingat sama sekali, ingatan terakhirnya adalah meneguk wine yang terlihat menggoda di matanya. Lalu apa yang terjadi? Bahkan ia tidak ingat kenapa dirinya berakhir di ranjang dengan gaun satin ini. Matanya menatap tajam ke arah Edmund, shit! Pria itu pasti dengan lancang menggantinya. "Ada apa dengan tatapan matamu?" tanya Edmund tanpa mengalihkan perhatiannya pada kertas miliknya. Earwen memutar bola matanya mengganti tatapannya. "Tidak," ucapnya dan kembali memejamkan mata menikmati pijatannya

    Last Updated : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 44: Saterin Sea

    "She's? Dia perempuan?" tanya Carlo. Steve melirik sekilas ke arah Carlo yang tengah menyerngit ke arahnya. Ah ini salahnya karena membuat peraturan agar mendaftar hitamkan perempuan di Deville Morte. Dulu dirinya pikir perempuan terlalu lemah untuk ia jadikan sebuah pasukan, para Gert miliknya. Namun, setelah ia tahu bahwa sang legenda berjenis kelamin perempuan membuatnya bungkam seketika. Steve kala itu tidak bisa bertindak gegabah dengan mencoret peraturan yang baru ia buat, dan ia memilih melanjutkannya dan merahasiakannya hingga sekarang. "Ya," ucap Steve. Carlo menatap tidak percaya ke arah Steve. "Kenapa? Kenapa anda baru berbicara sekarang, Capo?" Steve memejamkan matanya perlahan, jika Carlo sudah memanggilnya dengan sebutan 'Capo' maka pria itu benar-benar menahan amarahnya. "Tolong rahasiakan ini terlebih dahulu sebelum saya yang akan membawanya ke markas, " titah Steve. Carlo tersenyum jenaka. "Lalu kau pikir dengan membawanya kesini, dia akan diterima di antara kita

    Last Updated : 2023-07-11

Latest chapter

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 61: Hesitant

    Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu, Earwen dan Carlo akhirnya sampai di pusat kota Hillary. Salju sudah mulai turun di Hillary, orang-orang berseliweran menggunakan pakaian musim dingin. Earwen menengadahkan tangannya menangkap salju yang turun. Netranya menelisik salju yang tengah berada di telapak tangannya. "Hei, ayo lanjutkan perjalanan ke tempat Gert."Ucapan Carlo membuyarkan Earwen. Ia menolehkan kepalanya ke samping. "Kau duluan saja, aku akan kembali lagi setelah senja." Carlo mendelik tidak suka. "Kau gila?! Kau bahkan belum tahu di mana letak tempat itu." "Kalau begitu aku akan menunggumu di sini nantinya, bye Mr. Pirang." Earwen memacu kudanya ke arah kanan, meninggalkan Carlo yang setengah mendidih. Tujuannya adalah pergi ke taman Yolain. Berharap menemukan Briana di sana. Setibanya di taman Yolain, Earwen membuka tudung kepalanya membebaskan rambutnya yang terkuncir layaknya ekor kuda itu. Earwen tidak yakin orang-orang akan mengenalinya yang dulu

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 60: Hidden Traitor

    Bunyi Sepatu yang beradu dengan dinginnya lantai terdengar nyaring. "Kau datang, eh." Suara bariton milik pria yang sudah berumur itu menggelegar di setiap sudut. "Datang untuk menyerahkan ini," sahutnya dan melemparkannya ke arah pria tua itu. "Crystal Balls, dari mana kau mendapatkannya Sean Osbert?" "Anda tak perlu tahu, ayahanda. Kudengar benda itu terbuat dengan darah unicorn," tanya Sean dan mendudukkan tubuhnya pada sofa. "Benar sekali, son. Crystal Balls akan membantu menyempurnakan ramuanku." Galadriel menyeringai lebar melihat Crystal Balls yang berada di genggamannya, ah ia sudah tidak sabar untuk mengolahnya menjadi hal 'hebat'."Kau sudah banyak membantuku, son." Galadriel membuka lemari yang tak jauh dari dirinya berdiri. Ia mengambil sebuah pedang dan menyerahkannya kepada sang anak. "Untukmu," sambung Galadriel. Sean menerima pedang tersebut. "Téggewira? Anda serius menghadiahkan pedang Téggewira?" tanyanya memastikan. Pasalnya Téggewira bukanlah pedang biasa. Pe

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 59: Deville Morte

    Earwen mengeliat dalam tidurnya, ia benar-benar tidur nyenyak dan melupakan segala beban pikirannya, setelah tadi malam ia berpesta dengan para Gert. Pria-pria bertubuh kekar itu mulai menerima kenyataan bahwa sosok legenda seorang 'wanita'. Pintu di ketuk dari luar, dan tak lama kemudian pintu tersebut terbuka dan menampakkan sosok Steve. "Kau sudah bangun? Aku membawakan beberapa potong gaun untukmu, mandilah dan keluar dari kamarmu Earwen," ucap Steve dan meninggalkan beberapa potong pakaian untuk Earwen di atar ranjang wanita itu. "Baiklah, kau bisa keluar." Earwen turun dari ranjang dan berjalan ke arah Steve yang juga berjalan keluar dari kamar Earwen. Setelah kepergian Steve, Earwen mengunci pintu kamarnya dari dalam. Ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Earwen menanggalkan pakaiannya dan menenggelamkannya ke dalam bathtub yang sudah terisi air, entah siapa yang mengisinya. Aroma wewangian menguar menciptakan sensasi tentram pada otak Earwen.Dirasa sudah cukup, Earwen m

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 58: Leaving Heartache

    "Apakah anda sang legenda itu?" tanya laki-laki yang menyerukan kata 'Capo' tadi. Earwen mengigit bibirnya was-was, bagaimana dia mengetahui tentang identitas aslinya? Ia kemudian melirik ke arah Steve yang masih saja bercengkerama dengan singa putih itu. Sialan! Bagaimana ia menjawab pertanyaan lelaki di depannya ini. "Carlo ini Earwen, dan Earwen ini Carlo," ucap Steve dan berjalan mendekati keduanya. "Earwen ikut aku," sambung Steve. Earwen mengikuti langkah Steve kedalam ruangan yang tak jauh dari ia berdiri tadi. Setelah keduanya masuk ke dalam satu ruangan, Steve menutup pintu tersebut. Ia kemudian duduk di atas kursinya. Earwen juga ikut duduk di kursi yang ada di depan meja yang ia pastikan bahwa ruangan ini adalah tempat kerja. "Sebenarnya tempat apa ini?" tanya Earwen to the point. Jujur saja, siapa yang tidak bingung kala di tempatkan di sebuah tempat asing tetapi di dalamnya orang-orangnya mengetahui tentang dirinya."Ini adalah markas, Earwen, markas Deville Morte. D

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 57: Leave

    Earwen memungut kemeja putih milik Edmund yang sengaja dia tinggalkan untuknya setelah melewati pergulatan mereka. Kaki Earwen bergetar hebat menahan berat tubuhnya. Rasanya ia seperti di perkosa saja, karena Edmund benar-benar memperlakukannya layaknya seorang kupu-kupu malam. Earwen menyibak kasar air matanya, ia kemudian menatap kertas berisikan gugatan cerai untuknya yang tergeletak di lantai. Earwen mengambil kertas tersebut dan tanpa berpikir panjang lagi, ia mencantumkan tanda tangannya. Matanya menyorot ke arah cincin pernikahan dan juga cincin yang dijadikan hadiah oleh Belinda. Earwen melepaskan keduanya, ia melepaskan semua hal-hal yang berbau Edmund pada tubuhnya. Mulai dari cincin, kalung yang di buat Edmund saat di laut Saterin dan hanya menyisakan kalung milik mendiang ibunya. Earwen menaruh seluruhnya pada meja kerja Edmund, ia kemudian berbalik badan tanpa memperdulikan ruangan Edmund yang berantakan Earwen berjalan keluar. Dengan kaki yang tak beralaskan apapun, Ear

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 56: Divorce Lawsuit

    Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian kepergoknya Earwen. Sejak saat itu Earwen benar-benar tidak pernah menjumpai Edmund lagi. Bahkan di ruang makan pun ia hanya berdua dengan Daisy. Sedangkan Edmund? Ia tidak tahu kemana perginya pria itu. Apakah Edmund semarah itu dengannya? "Apa itu tidak enak Yang Mulia? Anda ingin menu makan malam yang lain?" Pertanyaan pramusaji itu membuyarkan lamunan Earwen. Ia menatap piringnya yang berisikan carbonara itu. Earwen menggeleng menolak ucapan sang pramusaji. Ia kemudian mulai menyuapkan sesendok demi sesendok ke dalam mulutnya. Sesekali matanya melirik ke arah Daisy yang tengah berkutat dengan bukunya. Omong-omong, hubungan iparnya dengan Daisy benar-benar tidak ada progres kemajuan sama sekali semenjak Earwen menginjakkan kakinya di Hillary. Di tambah kematian Belinda yang terjadi karena menyelematkannya itu membuat Daisy semakin tidak menyukainya. Earwen menghela nafas berat, Daisy tidak menyukainya sebagai kakak ipar dan sekarang Edm

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 55: Secret Room

    "Maaf Yang Mulia, King Edmund sedang tidak bisa untuk dijumpai sekarang." Ucapan sang pengawal yang berjaga di depan ruang kerja Edmund beberapa jam lalu.Earwen menatap dari kejauhan ruang kerja Edmund yang masih juga tertutup. Entah sudah berapa lama dirinya menghabiskan waktu untuk ini, duduk dengan mata menyorot ke depan sana. Sikap Edmund yang seperti itu justru mengundang rasa khawatir Earwen, ia takut terjadi sesuatu dengan pria itu. "Apa yang kau lakukan disini?" Earwen menoleh ke samping kala mendengar suara yang mengacaukan pikirannya. "Daisy? Bagaimana kabarmu?" tanya Earwen tanpa membalas pertanyaan Daisy tadi. Daisy menatap tajam ke arah Earwen kemudian beralih pandang melihat lurus ke depan, ia penasaran apa yang sedari tadi dilihat oleh Earwen. "Tidak usah berbasa-basi seperti itu!" Sinis Daisy. "Saya hanya ingin tahu bagaimana kabarmu, apakah itu sal–" "Lawyer Glenn?" Ucapan Daisy membuat Earwen ikut memandang ke depan. Benar saja seorang lelaki masuk ke dalam ru

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 54: The First Meet

    Rombongan Earwen sudah sampai di Hillary. Earwen langsung turun dari kudanya meninggalkan Briana dan Steve. Ia berjalan di lorong-lorong Paviliun utama, Earwen hendak kembali ke kamar dan melakukan ritual mandinya sebelum ia kembali bergulat dengan rencana-rencananya. Baru memegang kenop pintu suara pengawal terdengar. "Yang Mulia, maaf sebelumnya. Anda sudah dilarang untuk memasuki kamar Yang Mulia King Edmund lagi. Kamar anda sekarang berada di Paviliun timur," ucap pengawal tersebut sembari menundukkan pandangannya. Matanya mengerjap berulang kali, berusaha menyerap ucapan pengawal tersebut. Apa maksudnya? Dirinya sudah tidak tinggal di Paviliun utama lagi? Apa ada sesuatu hal yang membuat Edmund mengusirnya dari kamarnya?Earwen membuyarkan seluruh pertanyaan di kepalanya. Ia akan tanyakan itu nanti kepada Edmund, yang jelas sekarang mencari keberadaan Zane Salazar dan King Valiant. Earwen buru-buru melangkah kakinya ke paviliun timur, ia tidak akan menyangka akan kembali ke kam

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 53: Changed

    "Jadi Zane Salazar di tuduh sebagai penyebab kematian Faleia Jacqueline?" tanya Steve setelah Earwen menceritakan berkas yang dia temukan di ruang kerja Edmund tadi malam. Bola mata Earwen melesat jauh menatap langit yang membiru terang. Ia memikirkan kemana Ayahnya pergi. Earwen masih menyangkal bahwa Zane Salazar telah mati, karena hatinya mengatakan tidak. "Kau menemukan sesuatu Steve?" "Tidak, tapi kurasa kau ikuti saja Edmund. Mungkin di dalang di balik menghilangnya Zane Salazar." Earwen mengangguk kecil, Edmund sudah pasti sosok dibalik semua ini. Ia harus mengorek lebih dalam lagi mengenai Edmund. Earwen hanya menginginkan dirinya dapat di pertemukan dengan Zane Salazar, walau dalam keadaan tulang belulangnya saja. Tangannya terulur mengusap liontin milik mendiang ibunya. "Tolong bantu Earwen menemukannya," batinnya berbisik lirih. "Lady!" Pekikan Briana membuat Earwen dan Steve menoleh menatap Briana yang berlari ke arah mereka yang sedang duduk. "Ada apa?" tanya Earwen

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status