Share

Chapter 29: After

Penulis: Naynis
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-10 06:53:32

Matahari pagi yang menyelinap masuk melewati celah seakan membangunkan dua sejoli yang tengah tertidur. Earwen terbangun saat merasakan sesak dan panas, ia membuka matanya perlahan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Edmund yang tertidur sambil memeluk tubuhnya, wajahnya yang sejajar dengan lehernya hingga nafasnya terasa menggelitik. Kaki kiri Edmund yang menindihi tubuhnya, seakan mengunci Earwen agar tidak kemana.

Earwen mencengkeram selimut yang menutupi tubuhnya dan tubuh Edmund yang polos. Ingatannya berputar kembali ke kejadian tadi malam. Ia ingin marah kepada Edmund, dia bilang dia tidak sudi untuk melakukan hal itu kepadanya, lalu kenapa tadi malam dia melakukannya? Earwen tidak percaya Edmund terpengaruh dengan minuman alkohol itu. Walaupun Edmund mabuk berat dia tidak akan melakukan hal itu, dia akan mandi untuk meredamnya. Bukan malah– menidurinya.

Nafas Earwen naik turun tidak teratur, ia mencoba menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak gadis lagi. Earwen men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 30: Unexpected

    Di sinilah Earwen berada, menatap gundukan tanah yang belum datar itu. Netranya menilisir satu persatu nisan di pemakamanan ini. Hingga, pandangannya terkunci ke sebuah nisan yang bertulisan Disini terbaring Miranda Goeltom Sky. She's Edmund's mother, Earwen berjalan menghampiri makam tersebut. Tatapannya jatuh kepada sebuah foto kecil yang mungkin sengaja ditinggalkan di atas batu nisan tersebut. Ia mengambil pelan bingkai foto tersebut yang menampakkan Raja dan Ratu terdahulu. "This is King Arthur?" gumamnya perlahan. Earwen menghela nafasnya berat, ia melirik perlahan ke arah gundukan tanah milik Belinda. Ia ingat ucapan Grandma yang sangat merindukan King Arthur. Namun, hingga ia meninggal pun King Arthur masih belum di temukan. "Ada apa Earwen?" tanya Steve saat melihat raut sedih gadis itu."Steve, menurutmu kemana perginya King Arthur ya?" Steve berpikir sejenak, King Arthur menghilang setelah tujuh tahun usia Earwen. Hilang tanpa jejak, dia hilang saat Edmund berusia sepul

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 31: Attention?

    Earwen telah sampai di istana, dengan bantuan Steve ia turun dari kudanya. Ah bukan kudanya, karena Ruby tidak memiliki postur tubuh yang tinggi seperti kuda milik Steve."Terimakasih Steve," ucap Earwen seraya melemparkan senyuman ke arah Steve. "Lady!" seru Briana dari arah belakang."Briana, bagaimana urusanmu. Apa sudah selesai?" Earwen sengaja tidak mengajak Briana untuk berziarah ke makam Belinda. Briana beralasan dia ada rapat dengan para pelayan lain dan itu pertama kalinya Earwen tahu antar pelayan juga di adakan rapat. "Sudah Lady, maaf saya tidak bisa menemani anda," ucap Briana dengan nada murung. "Hei! Tidak apa-apa, saya tidak pernah menekan kamu untuk terus mengikuti saya. Lagi pula ada Steve yang menjaga saya," tutur Earwen. Briana mengangguk kemudian ia berterimakasih kepada Steve yang sudah menjaga Earwen hari ini. "Briana apa itu yang kau bawa?" tanya Earwen saat melihat nampan yang berisikan cangkir dan teko tersebut. "Ah ini. Ini teh papermint Lady, Jack mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 32: Weird

    Ceklek.Pintu terbuka dan menampakkan sosok Jack dengan membawa tumpukan kertas. Matanya membulat melihat posisi intim dari Edmund dan Earwen. Jack berdehem lirih untuk menyadarkan Edmund yang tengah sibuk dengan berkasnya.Edmund meletakkan telunjuknya, menyuruh Jack tidak banyak bersuara."Ada apa?" tanya Edmund dengan lirih, takut membangunkan gadis yang tengah tertidur di pangkuannya. "Ini ada beberapa berkas yang perlu anda tanda tangani." Jack mengangkat berkas yang baru ia tulis.Edmund mengangguk. "Letekkan disitu, sepertinya saya tidak dapat menyelesaikannya hari ini. Mungkin besok lagi." "Kalau begitu saya undur diri.""Jack jangan lupa obat yang saya minta," ucap Edmund yang dibalas anggukan kecil dari Jack. Ruangannya kembali tenang, hanya terdengar dengkuran halus dari Earwen. Edmund membelai lembut pipi Earwen yang kemerahan. Tangan kekar miliknya jatuh pada bibir plum milik Earwen. "My favorit," bisik Edmund pelan. Earwen merengkuh, merasa tidurnya terganggu. Ia kemu

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 33: Plan

    Tok..tok..tok Pintu terbuka dan menampakkan sosok di belakang pintu tersebut. "Kak Anne?" "Daisy, bolehkah saya masuk?" Gadis berumur belasan tahun itu mengangguk dan membuka lebih lebar pintu kamarnya. Dia berjalan masuk dan diikuti oleh Anne dari belakang. "Ada apa? Tumben sekali kakak datang malam-malam seperti ini?" tanya Daisy. Anne mengulum bibirnya, ia menarik tangan Daisy dan menggenggamnya erat."Saya ingin bekerjasama denganmu Daisy," ucap Anne dengan kilat mata menggebu-gebu.Daisy menyerngit heran. "Bekerjasama?" "Iya! Kau membenci kakak iparmu bukan?" "Sangat." "Saya juga membencinya, saya ingin kita bekerjasama untuk menyingkirkannya keluar dari Hillary," ucap Anne.Kedua bola mata Daisy membulat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Anne. Sebenci-bencinya Daisy terhadap Earwen ia tidak mempunyai pemikiran untuk mengusir Earwen. Karena menurutnya, apapun yang berurusan dengan Earwen itu adalah tugas kakaknya. Walaupun ia pernah memberontak agar Earwen keluar

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 34: Dark Side?

    Earwen memilin-milin jemarinya, ia menatap punggung lebar milik Edmund. Dirinya sudah anggun menggunakan gaun dan tinggal menunggu Edmund yang tengah memasangkan dasinya. "Yang Mulia." Panggil Earwen dengan suara lirih. Edmund berbalik menatap Earwen yang tengah memainkan jari-jarinya. "Ada apa?" "Saya ingin izin keluar bersama Steve."Lagi-lagi dengan pria itu, kenapa tidak dengan pengawal lainnya? Apasih hebatnya pria itu, cih. Wanitanya ini tidak capekkah setelah kegiatan panasnya tadi? Benar-benar tangguh. Oh, apakah Edmund harus melakukannya lagi? Agar Earwen tidak dapat menjalankan aktivitasnya seperti biasa dan memilih untuk bergumul dengan selimutnya? "Okey, your promise," ucap Edmund dengan suara serak. Earwen menjijitkan tubuhnya dan menempelkan bibirnya dengan bibir penuh milik Edmund. Namun, baru ingin melepaskan pangutannya. Tangan besar Edmund justru menahan tengkuknya dan memperdalamnya. Earwen panik seketika, bagaimana tidak? Sekarang Edmund tengah mengendus-endus

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 35: Strange People

    Mata bulat milik Earwen bersinar terang melihat sebuah pertunjukan di tengah hiruk-pikuk. Ayolah, bagi Earwen yang seorang kurang tahu-menahu mengenai dunia luar pasti akan merasakan sensasi sendiri saat melihat pertunjukan kecil tersebut. Berbanding terbalik dengan orang-orang yang sudah melihatnya, mungkin akan melintasi begitu saja dan enggan melihatnya. "Apakah sebegitu bagusnya, hingga air liurmu menetes Earwen?" tanya Steve sembari mengunyah marshmellow. Earwen mengatup mulutnya, ia menatap tajam ke arah Steve. "Hei! Ak--aku hanya sedang mengagumi atraksi tersebut." "Lihat pria itu, dia sudah menyembunyikan mawar di balik lengan bajunya. Itu semua tipuan. Kenapa kau harus mengagumi tipuan bodoh seperti itu? Kita punya sihir yang kuat dan bisa membuat pertunjukan lebih dari itu." "Diamlah Steve! Apakah kau tidak bisa menghargai usaha orang lain?" desis Earwen menatap tajam ke arah Steve.Steve berdecak kesal, ia kembali melihat aksi tersebut walaupun otaknya memerintahkan aga

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 36: Dejavu

    "Ini uang bayaranmu." "Dan, jangan lupa untuk nanti malam Sergio," lanjutnya. "Sure. You are too beautiful to leave Anne!" ucap Sergio sembari tersenyum kecil. Anne terkikik geli mendengarnya. Sergio Van Diávolos, lelaki yang menolongnya saat ia hampir terkena pedang sihir. Mungkin kalau tidak ada Sergio, Anne sudah mati kala itu. Kedekatannya dengan Sergio pun dimulai dari situ. Walaupun Sergio klan Diávolos yang merupakan anak dari tetua desa paling keji dan aneh itu. Jika dibandingkan antara klan Diávolos dan klan Windsor maka bagaikan langit dan daratan kering. Daratan kering itulah yang menggambarkan desa Diávolos. Dahulunya, Anne sempat takut kepada Sergio karena rumor yang beredar kala itu. Tapi, semenjak mengenalnya secara mendalam ia mulai mengetahui sifat penerus desa Diávolos tersebut. "Oh ya, omong-omong kenapa kau repot-repot menyingkirkan wanita itu?" tanya Sergio sembari memainkan rambut Anne. Sergio jatuh cinta kepada Anne sejak mereka bertemu pertama kali. Tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 37: Fail

    BRAKKK!"Sialan!" Anne mendesis tajam menatap pantulan dirinya pada cermin. "Ada apa?" Anne menatap kesal ke arah Daisy yang memasuki kamarnya. "Semuanya gagal total," desis Anne. Mata hitam milik Daisy membulat sempurna. "Bagaimana bisa? Kau bilang rencana ini akan 100% berhasil. Kau menyewa orang yang benar bukan?" tanya Daisy penuh selidik. "Tentu saja. Tapi, kenapa Earwen bisa kembali dengan keadaan yang baik-baik saja. Seharusnya dia sudah mati membeku. Kau tahu sendiri bukan, tentang racun mematikan yang berasal dari desa Diávolos, Daisy?" Daisy mengangguk menyetujui ucap Anne. Tidak mungkin Earwen kembali dengan mudah, belum ada penangkar untuk racun tersebut. "Mungkinkah orang yang kau sewa untuk misi ini tidak menjalankan tugasnya dengan benar?" Anne mendelik tajam, tidak mungkin Sergio mengkhianatinya. Walaupun ia sempat bertengkar kecil dengannya. "Jaga ucapmmu Daisy. Dia adalah orang yang tidak munafik." Daisy memutar matanya kesal. "Lalu sekarang apa yang harus kit

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11

Bab terbaru

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 61: Hesitant

    Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu, Earwen dan Carlo akhirnya sampai di pusat kota Hillary. Salju sudah mulai turun di Hillary, orang-orang berseliweran menggunakan pakaian musim dingin. Earwen menengadahkan tangannya menangkap salju yang turun. Netranya menelisik salju yang tengah berada di telapak tangannya. "Hei, ayo lanjutkan perjalanan ke tempat Gert."Ucapan Carlo membuyarkan Earwen. Ia menolehkan kepalanya ke samping. "Kau duluan saja, aku akan kembali lagi setelah senja." Carlo mendelik tidak suka. "Kau gila?! Kau bahkan belum tahu di mana letak tempat itu." "Kalau begitu aku akan menunggumu di sini nantinya, bye Mr. Pirang." Earwen memacu kudanya ke arah kanan, meninggalkan Carlo yang setengah mendidih. Tujuannya adalah pergi ke taman Yolain. Berharap menemukan Briana di sana. Setibanya di taman Yolain, Earwen membuka tudung kepalanya membebaskan rambutnya yang terkuncir layaknya ekor kuda itu. Earwen tidak yakin orang-orang akan mengenalinya yang dulu

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 60: Hidden Traitor

    Bunyi Sepatu yang beradu dengan dinginnya lantai terdengar nyaring. "Kau datang, eh." Suara bariton milik pria yang sudah berumur itu menggelegar di setiap sudut. "Datang untuk menyerahkan ini," sahutnya dan melemparkannya ke arah pria tua itu. "Crystal Balls, dari mana kau mendapatkannya Sean Osbert?" "Anda tak perlu tahu, ayahanda. Kudengar benda itu terbuat dengan darah unicorn," tanya Sean dan mendudukkan tubuhnya pada sofa. "Benar sekali, son. Crystal Balls akan membantu menyempurnakan ramuanku." Galadriel menyeringai lebar melihat Crystal Balls yang berada di genggamannya, ah ia sudah tidak sabar untuk mengolahnya menjadi hal 'hebat'."Kau sudah banyak membantuku, son." Galadriel membuka lemari yang tak jauh dari dirinya berdiri. Ia mengambil sebuah pedang dan menyerahkannya kepada sang anak. "Untukmu," sambung Galadriel. Sean menerima pedang tersebut. "Téggewira? Anda serius menghadiahkan pedang Téggewira?" tanyanya memastikan. Pasalnya Téggewira bukanlah pedang biasa. Pe

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 59: Deville Morte

    Earwen mengeliat dalam tidurnya, ia benar-benar tidur nyenyak dan melupakan segala beban pikirannya, setelah tadi malam ia berpesta dengan para Gert. Pria-pria bertubuh kekar itu mulai menerima kenyataan bahwa sosok legenda seorang 'wanita'. Pintu di ketuk dari luar, dan tak lama kemudian pintu tersebut terbuka dan menampakkan sosok Steve. "Kau sudah bangun? Aku membawakan beberapa potong gaun untukmu, mandilah dan keluar dari kamarmu Earwen," ucap Steve dan meninggalkan beberapa potong pakaian untuk Earwen di atar ranjang wanita itu. "Baiklah, kau bisa keluar." Earwen turun dari ranjang dan berjalan ke arah Steve yang juga berjalan keluar dari kamar Earwen. Setelah kepergian Steve, Earwen mengunci pintu kamarnya dari dalam. Ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Earwen menanggalkan pakaiannya dan menenggelamkannya ke dalam bathtub yang sudah terisi air, entah siapa yang mengisinya. Aroma wewangian menguar menciptakan sensasi tentram pada otak Earwen.Dirasa sudah cukup, Earwen m

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 58: Leaving Heartache

    "Apakah anda sang legenda itu?" tanya laki-laki yang menyerukan kata 'Capo' tadi. Earwen mengigit bibirnya was-was, bagaimana dia mengetahui tentang identitas aslinya? Ia kemudian melirik ke arah Steve yang masih saja bercengkerama dengan singa putih itu. Sialan! Bagaimana ia menjawab pertanyaan lelaki di depannya ini. "Carlo ini Earwen, dan Earwen ini Carlo," ucap Steve dan berjalan mendekati keduanya. "Earwen ikut aku," sambung Steve. Earwen mengikuti langkah Steve kedalam ruangan yang tak jauh dari ia berdiri tadi. Setelah keduanya masuk ke dalam satu ruangan, Steve menutup pintu tersebut. Ia kemudian duduk di atas kursinya. Earwen juga ikut duduk di kursi yang ada di depan meja yang ia pastikan bahwa ruangan ini adalah tempat kerja. "Sebenarnya tempat apa ini?" tanya Earwen to the point. Jujur saja, siapa yang tidak bingung kala di tempatkan di sebuah tempat asing tetapi di dalamnya orang-orangnya mengetahui tentang dirinya."Ini adalah markas, Earwen, markas Deville Morte. D

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 57: Leave

    Earwen memungut kemeja putih milik Edmund yang sengaja dia tinggalkan untuknya setelah melewati pergulatan mereka. Kaki Earwen bergetar hebat menahan berat tubuhnya. Rasanya ia seperti di perkosa saja, karena Edmund benar-benar memperlakukannya layaknya seorang kupu-kupu malam. Earwen menyibak kasar air matanya, ia kemudian menatap kertas berisikan gugatan cerai untuknya yang tergeletak di lantai. Earwen mengambil kertas tersebut dan tanpa berpikir panjang lagi, ia mencantumkan tanda tangannya. Matanya menyorot ke arah cincin pernikahan dan juga cincin yang dijadikan hadiah oleh Belinda. Earwen melepaskan keduanya, ia melepaskan semua hal-hal yang berbau Edmund pada tubuhnya. Mulai dari cincin, kalung yang di buat Edmund saat di laut Saterin dan hanya menyisakan kalung milik mendiang ibunya. Earwen menaruh seluruhnya pada meja kerja Edmund, ia kemudian berbalik badan tanpa memperdulikan ruangan Edmund yang berantakan Earwen berjalan keluar. Dengan kaki yang tak beralaskan apapun, Ear

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 56: Divorce Lawsuit

    Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian kepergoknya Earwen. Sejak saat itu Earwen benar-benar tidak pernah menjumpai Edmund lagi. Bahkan di ruang makan pun ia hanya berdua dengan Daisy. Sedangkan Edmund? Ia tidak tahu kemana perginya pria itu. Apakah Edmund semarah itu dengannya? "Apa itu tidak enak Yang Mulia? Anda ingin menu makan malam yang lain?" Pertanyaan pramusaji itu membuyarkan lamunan Earwen. Ia menatap piringnya yang berisikan carbonara itu. Earwen menggeleng menolak ucapan sang pramusaji. Ia kemudian mulai menyuapkan sesendok demi sesendok ke dalam mulutnya. Sesekali matanya melirik ke arah Daisy yang tengah berkutat dengan bukunya. Omong-omong, hubungan iparnya dengan Daisy benar-benar tidak ada progres kemajuan sama sekali semenjak Earwen menginjakkan kakinya di Hillary. Di tambah kematian Belinda yang terjadi karena menyelematkannya itu membuat Daisy semakin tidak menyukainya. Earwen menghela nafas berat, Daisy tidak menyukainya sebagai kakak ipar dan sekarang Edm

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 55: Secret Room

    "Maaf Yang Mulia, King Edmund sedang tidak bisa untuk dijumpai sekarang." Ucapan sang pengawal yang berjaga di depan ruang kerja Edmund beberapa jam lalu.Earwen menatap dari kejauhan ruang kerja Edmund yang masih juga tertutup. Entah sudah berapa lama dirinya menghabiskan waktu untuk ini, duduk dengan mata menyorot ke depan sana. Sikap Edmund yang seperti itu justru mengundang rasa khawatir Earwen, ia takut terjadi sesuatu dengan pria itu. "Apa yang kau lakukan disini?" Earwen menoleh ke samping kala mendengar suara yang mengacaukan pikirannya. "Daisy? Bagaimana kabarmu?" tanya Earwen tanpa membalas pertanyaan Daisy tadi. Daisy menatap tajam ke arah Earwen kemudian beralih pandang melihat lurus ke depan, ia penasaran apa yang sedari tadi dilihat oleh Earwen. "Tidak usah berbasa-basi seperti itu!" Sinis Daisy. "Saya hanya ingin tahu bagaimana kabarmu, apakah itu sal–" "Lawyer Glenn?" Ucapan Daisy membuat Earwen ikut memandang ke depan. Benar saja seorang lelaki masuk ke dalam ru

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 54: The First Meet

    Rombongan Earwen sudah sampai di Hillary. Earwen langsung turun dari kudanya meninggalkan Briana dan Steve. Ia berjalan di lorong-lorong Paviliun utama, Earwen hendak kembali ke kamar dan melakukan ritual mandinya sebelum ia kembali bergulat dengan rencana-rencananya. Baru memegang kenop pintu suara pengawal terdengar. "Yang Mulia, maaf sebelumnya. Anda sudah dilarang untuk memasuki kamar Yang Mulia King Edmund lagi. Kamar anda sekarang berada di Paviliun timur," ucap pengawal tersebut sembari menundukkan pandangannya. Matanya mengerjap berulang kali, berusaha menyerap ucapan pengawal tersebut. Apa maksudnya? Dirinya sudah tidak tinggal di Paviliun utama lagi? Apa ada sesuatu hal yang membuat Edmund mengusirnya dari kamarnya?Earwen membuyarkan seluruh pertanyaan di kepalanya. Ia akan tanyakan itu nanti kepada Edmund, yang jelas sekarang mencari keberadaan Zane Salazar dan King Valiant. Earwen buru-buru melangkah kakinya ke paviliun timur, ia tidak akan menyangka akan kembali ke kam

  • Istri Cacat sang Raja Arogan    Chapter 53: Changed

    "Jadi Zane Salazar di tuduh sebagai penyebab kematian Faleia Jacqueline?" tanya Steve setelah Earwen menceritakan berkas yang dia temukan di ruang kerja Edmund tadi malam. Bola mata Earwen melesat jauh menatap langit yang membiru terang. Ia memikirkan kemana Ayahnya pergi. Earwen masih menyangkal bahwa Zane Salazar telah mati, karena hatinya mengatakan tidak. "Kau menemukan sesuatu Steve?" "Tidak, tapi kurasa kau ikuti saja Edmund. Mungkin di dalang di balik menghilangnya Zane Salazar." Earwen mengangguk kecil, Edmund sudah pasti sosok dibalik semua ini. Ia harus mengorek lebih dalam lagi mengenai Edmund. Earwen hanya menginginkan dirinya dapat di pertemukan dengan Zane Salazar, walau dalam keadaan tulang belulangnya saja. Tangannya terulur mengusap liontin milik mendiang ibunya. "Tolong bantu Earwen menemukannya," batinnya berbisik lirih. "Lady!" Pekikan Briana membuat Earwen dan Steve menoleh menatap Briana yang berlari ke arah mereka yang sedang duduk. "Ada apa?" tanya Earwen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status