Sesak Hati HestiApa yang kamu lakukan sebenarnya mas, kamu begitu dekat dengan wanita itu. Apa kamu memiliki hubungan dengannya? aku melihat mas Hanung membukakan pintu mobil untuk wanita itu, dia begitu perhatian, terlihat dari gerak tubuh juga sorot matanya.Aku mengalirkan air mata, tak terasa, menetes, membasahi pipiku. Aku tidak bisa menahan semuanya, sungguh begitu sesak dan menyakitkan. Aku memang belum memastikan apakah mereka memiliki hubungan spesial, namun entah, aku tidak bisa membohongi hatiku, sangat sesak.“Dia sangat cantik mas,” gumamku.“Apa dia membuatmu begitu tertarik,” ucapku lirih seraya mengusap air mata.Aku melihat bu RT mendorong bu Anna dengan menggunakan kursi roda, aku segera menghampiri mereka.“Bu Hati,” sapa bu RT.“Ada apa?” tanya bu RT yang mungkin melihat bekas air mata di pipiku.“Ti-tidak ada apa apa bu, kita pulang sekarang?” tanyaku.“Iya, ayo kita pulang,” ucap bu RT.Bu RT membantu bu Anna masuk ke dalam mobil, lalu aku juga menemani di kursi
Kejutan = PerhatianDi rumah, aku sudah menyiapkan sepuluh buah kue berukuran sedang dengan hiasan cream dengan nama nama seperti yang Bram informasikan. Semua kue itu akan diberikan satu satu kepada semua teman mas Hanung di Divisinya. Hari ini adalah hari ulang tahun mas Hanung. Aku sengaja tidak memberikan ucapan karena sudah menyiapkan ini semua.Aku tersenyum, sungguh aku berterima kasih pada diriku sendiri, karena sudah berusaha menyiapkan semuanya. Tidak hanya sepuluh kue sebagai oleh oleh, ada beberapa masakan yang khusus aku buat untuk makan siang mas Hanung dan rekan rekan di kantornya.Aku sudah mengemasnya, rapi dan cantik. Aku segera mengambil ponsel untuk menginformasikan pada Bram bahwa semuanya sudah siap.“Halo Bram,” sapaku setelah panggilan terhubung.“Halo Hesti, apa semuanya sudah siap?” tanya Bram yang terdengar berbisik.“Ya, sudah beres semuanya, aku juga membuat beberapa masakan, nasi putih, nasi merah, ayam cabai hijau, garang asam gentong, ikan bakar dan sal
Semua Orang berhak CemburuDi kantor Hanung.Bram terlihat menerima semua paket yang dikirimkan Hesti.“Terimakasih pak, ini ongkos pengirimannya, kembaliannya ambil saja,” ucap Bram seraya memberikan beberapa lembar uang lima puluh ribuah.“Terimakasih mas,” ucap kurir yang kemudian segera masuk ke dalam mobil.“Kamu mengirim begitu banyak makanan Hesti, kamu benar benar berusaha keras,” ucap Bram. Dia terlihat dibantu Ema, salah satu rekan kerjanya.“Apa ini semua dari istri pak Hanung?” tanya Ema.“Iya, dia cukup pandai memasak,” ucap Bram.“Oh iya, apa Hanung sudah keluar dari kantor?” tanya Bram pada Hesti.“Sudah, aku meminta Tania untuk membawanya ke kantin,” ucap Ema.“Apa Tania tahu, Hanung mendapat kiriman dari istrinya?” tanya Bram.“Hmmm, sepertinya tidak, dia hanya tahu ada surprise ulang tahun untuk pak Hanung, seperti biasanya,” ucap Ema.“Oh begitu ya, ayo kita bawa semuanya naik,” ucap Bram.Bram dan Ema naik ke lantai lima, lantai di mana divisi keuangan bekerja.Han
Melupakan Satu Hal Penting“Papah belum pulang mah?” tanya Adam yang duduk di meja makan sambil mengamati cake ulang tahun yang sudah dipasang lilin namun belum ada api yang menyala. Aku menoleh ke arah jam dinding, sudah jam lima lebih, seharusnya mas Hanung sudah pulang.Kantor mas Hanung memperbolehkan karyawan yang ulang tahun untuk pulang lebih awal, supaya bisa merayakan ulang tahun bersama keluarga, atau orang terkasih.“Tidak ke toko ice cream?” tanya Adam dengan tatapan penuh harap.Biasanya kami semua akan mengunjungi kedai ice cream untuk membeli ice cream kesukaan Adam, selalu di hari ulang tahun kami semua. Mengawali usia dengan sesuatu yang manis, supaya seluruh hari menjadi sesuatu yang manis.“Mamah hubungi papah dulu ya,” ucapku yang kemudian meraih ponsel yang aku letakkan di atas meja.Tidak ada pesan, ataupun usaha untuk menghubungi, apa mas Hanung tidak senang dengan kejutan yang aku berikan? aku tidak mengerti, kenapa mengetik satu pesan saja sepertinya begitu be
Pertemuan Tak Terduga“Ada apa?” tanya Tania pada Hanung setelah Hanung menutup panggilan telepon dari istrinya. Tania dan Hanung terlihat duduk bersama di dalam mobil milik Hanung.“Tidak apa apa,” ucap Hanung.“Kita jadi pergi?” tanya Tania dengan wajah berbinar.“Tentu saja, ini sudah menjadi kebiasaanku setiap kali ulang tahun,” ucap Hanung.“Bagaimana kalau ke kedai ice cream Happy?” tanya Tania.“Ja-jangan di sana, kita ke tempat lain saja,” ucap Hanung. Tentu dia akan menolak, karena kedai ice cream Happy adalah kedai ice cream yang biasa dia kunjungi bersama keluarganya.“Di sana ice creamnya enak sekali, kenapa harus ke kedai lain?” tanya Tania.“Sudahlah, parkirannya sempit, pasti di sana ramai, kita ke kedai ice cream yang lain,” ucap Hanung mencoba mencari alasan logis.“Baiklah, kita ke kedai Gulali, itu kedai ice cream yang baru dibuka, sepertinya ramai,” ucap Tania.“Benarkah? di mana?” tanya Hanung.“Aku akan mencari alamatnya di internet, kita ke sana?” tanya Tania se
Kenyataan MenyakitkanHesti terlihat begitu girang, bersama dengan Adam, memasuki kedai yang menjual makanan kesukaan putranya itu, ice cream, dingin dan menyenangkan. Ice cream yang kaya protein meningkatkan kemungkinan kadar tirosin di otak. Tirosin adalah neurotransmitter yang meningkatkan kadar dopamin dan norepinefrin di dalam tubuh kita, hormon bahagia . Saat mengkonsumsi apa yang disukai, misalnya seperti Adam, sangat menyukai ice cream, maka bagian otak tertentu merespon emosi positif dengan sangat baik.“Icem coklat, aku datang,” ucap Hesti.“Aku juga datang, aku akan memakanmu,” sahut Adam seraya tersenyum.Hesti dan Adam melangkah dengan begitu bahagia, masuk ke dalam kedai.Tiba tiba langkah Hesti terhenti, dia diam, mematung, seketika langit terasa semakin gelap, udara menipis, sesak dan tidak bisa bergerak. Dia melihat seorang laki laki yang sangat mirip dengan suaminya, Hanung. Itu bukan hanya mirip, memang itu adalah suaminya."Mas Hanung," bisik Hesti lirih. Hesti ber
Pertengkaran HebatAku tidak menyangka mas Hanung akan melakukan semua ini. Dia lebih memilih pergi dengan wanita itu daripada dengan istri dan anak anaknya. Aku tidak bisa menerima ini dengan semua akal sehat yang aku miliki.Mas Hanung terlihat begitu bahagia, melewati hari pertambahan usianya, dengan sesuatu yang manis, bukan lagi dengan keluarganya, melainkan wanita lain. Aku melihat Adam dan Bintang sudah tertidur dengan pulas, mereka pasti kelelahan. Aku bersyukur, Adam tidur dengan perasaan bahagia, walaupun kebahagiaan itu tidak diberikan oleh ayahnya.Aku melihat kue tart di atas meja makan, lengkap dengan hidangan makan malam yang sudah dingin. Aku memasak semuanya dengan hati yang bahagia, berharap mampu menciptakan senyum bahagia di wajah suamiku.Itu bukan perkara mudah, aku harus memasak juga menenangkan dua jagoan aktif yang geraknya tidak lagi bisa dibatasi. Walaupun begitu, aku bisa menyelesaikan semuanya, namun apa yang aku dapat? Ucapan terimakasih? Respon bahagia?
Tidak Lagi SamaSeperti pagi pagi sebelumnya, aku tetap bangun pagi, paling awal, melakukan pekerjaan seperti sebelumnya, seperti tidak pernah terjadi apa apa. Aku menyiapkan sarapan untuk suami juga kedua putraku, apapun masalah yang dihadapi mereka tetap harus makan, perut mereka harus tetap terisi, oleh masakan istri dan juga ibu mereka.Aku menekan setiap perasaan yang ada di dalam hatiku, bukan berarti tidak marah, tidak memiliki emosi, aku hanya ingin semuanya tetap berjalan dengan baik. Tidak ada pakaian bersih jika bukan aku yang mengerjakan, tidak ada rumah nyaman jika bukan aku yang mengusahakan, tidak ada makanan tersaji jika bukan aku yang menggerakkan tangan, aku tahu betul itu, jadi kemarahan bukan menjadi alasan untuk aku menghentikan semua kebiasaanku.Mas Hanung terlihat bangun lebih pagi, membantuku menyiapkan keperluan Adam sekolah, bahkan dengan rela hati memandikan Bintang, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.Aku masih tetap dalam diamku, bergerak de
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka