Share

6. Dia Arkais

Penulis: suarkilau
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 19:47:52

Setelah melewati proses panjang, Diva akhirnya mendapatkan kembali suara indah yang pernah menjadi identitasnya. Transplantasi pita suara yang dilakukan di rumah sakit luar negeri berkat koneksi dan dukungan finansial ayahnya berhasil mengembalikan suara yang hilang. Bagi Diva, kembalinya suara itu adalah seperti mendapatkan hidupnya kembali. Setiap nada yang keluar dari suaranya terasa sebagai kemenangan atas masa-masa sulit yang telah ia lewati.

Tapi suaranya yang telah pulih tidak lantas menjadi alasan untuk merayakannya. Suara itu seolah membawa beban baru, tugas besar yang harus diemban. Diva merencanakan sebuah pertemuan dengan Arka, orang yang harus ia menangkan. Suara yang kini sudah kembali, menjadi alat yang ia gunakan untuk menghadapinya.

Diva berdiri di depan gedung megah Bahureksa dengan langkah ragu. Ketinggian bangunan itu seakan sebanding dengan perasaannya yang campur aduk. Dia mengatur napasnya, mencoba untuk mengatasi kecemasan yang membuncah.

Berjalan menuju meja resepsionis, wajahnya tampak tegar, meskipun hatinya berdebar-debar dalam antisipasi. Begitu tiba di sana, dia menghela napas dan dengan senyum lembut berkata pada resepsionis, "Permisi, saya ingin bertemu dengan Tuan Arka."

Resepsionis meliriknya sejenak sebelum memeriksa jadwal. "Maaf, Nona. Tuan Arka sedang tidak ada di kantor saat ini."

"Benarkah?" tanya Diva memastikan.

Resepsionis itu mengangguk sambil tersenyum sesuai prosedur, "Benar, Nona. Sebagai Presiden Direktur Bahureksa, Tuan Arka sangat sibuk dan cukup jarang berada di kantor."

Diva merasa kecewa namun mencoba untuk menyembunyikan ekspresinya. "Oh, begitu ya. Baiklah, mungkin lain kali saja."

Dia hendak berbalik untuk pergi, tetapi sesuatu menarik perhatiannya. Dia melihat ke arah lift yang dindingnya terbuat dari kaca transparan, sehingga siapapun bisa melihat orang yang sedang berada di dalamnya. Dan mata Diva tidak bisa melepaskan pandangannya dari dua sosok manusia yang berdiri di sana. Salah satu orang itu adalah pria keturunan Belanda-Jawa yang tingginya hampir mencapai 190 cm, menjadikan pria di sebelahnya menciut meskipun orang itu juga termasuk tinggi. Diva tahu, dia tidak mungkin salah mengenali sosok tinggi besar itu sebagai Arka.

Kembali ke resepsionis dengan langkah pasti, Diva dengan suara tegas berkata, "Maaf, tetapi saya baru saja melihat Tuan Arka di sana, di dalam lift."

Resepsionis mengangkat alis, tetapi kemudian dia menatap Diva dengan tatapan tidak percaya. "Nona pasti salah lihat. Tuan Arka tidak ada di sini."

Diva merasa kesal dan frustrasi. "Tidak, saya yakin itu adalah Tuan Arka! Saya mengenalnya!"

Perdebatan antara Diva dan resepsionis semakin memanas, hingga akhirnya seorang satpam datang untuk mengamankan situasi. Diva merasa marah dan ingin mempertahankan pendiriannya dengan menunjuk lift tersebut. Tetapi orang-orang yang menghuni lift itu sudah berganti menjadi karyawan biasa. Dia tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana Arka bisa menghilang begitu saja?

Tiba-tiba, dalam kebingungan dan perdebatan sengit dengan resepsionis, Diva merasa tubuhnya menabrak sesuatu. Dan sesuatu itu ternyata adalah dada seseorang. Ketika Diva menoleh ke atas, dia menemukan dirinya bertatapan dengan Arka, dengan ekspresi wajah yang sama dingin dan datarnya seperti dulu.

Di samping Arka, berdiri seorang pria yang tampak familiar. Itu adalah Yasa, asisten pribadi Arka. Pria yang selalu berada di samping Arka dan tampaknya menjadi tangan kanannya.

Diva merasa terkejut. Sekejap, kebingungan merayapi dirinya yang tak siap bertemu Arka dalam keadaan sedang diseret paksa oleh satpam. Namun, tidak ingin melepaskan kesempatan ini, Diva memutuskan untuk berbicara dengan Arka.

"A-Arka," panggilnya dengan suara gemetar. Sejak suaranya pulih, baru kali ini dia merasakan seolah tenggorokannya tercekik dan sulit mengucapkan sepatah kata.

Arka hanya melihatnya dengan tatapan yang sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia tidak berbicara, bahkan tidak merespon sama sekali.

Diva merasa bingung, dia ingin berbicara dengan Arka, tapi sepertinya Arka tidak mempedulikannya. Dia merasa semakin terpojok, dan dalam kebingungannya, dia tidak bisa menahan emosinya.

"Anda pikir Anda bisa mengabaikanku begitu saja?" serunya dengan suara lantang, tetapi Arka masih tetap diam.

Sosok bermata pekat itu melanjutkan langkah dengan tatapan lurus tanpa melirik kanan kiri, seolah-olah tidak pernah melihat keberadaan Diva.

Diva dibuat geram menyaksikan hal tersebut. Dia tahu dengan jelas bahwa Arka sedang menghinanya dengan mengabaikannya. Lebih sering daripada tidak, dahulu juga sama seperti itu.

'Dasar kanebo kering!'

Sementara itu, Yasa melangkah mendekat, tersenyum sopan pada Diva. "Nona Diva, mungkin sebaiknya Anda mengikuti saya ke ruangan Tuan Arka."

"Hah?" Tanpa sadar, Diva terperangah tidak elit.

Yasa mengulas senyum profesionalnya lagi. "Anda punya waktu sepuluh menit, Nona. Tuan Arka akan segera terbang ke Singapura setelah ini."

Diva merasa heran dengan tindakan Yasa yang seolah bisa membaca pikiran tuannya. Namun, tanpa banyak berpikir, dia mengangguk dan mengikuti Yasa menuju ruangan Arka.

Saat mereka tiba di ruangan itu, Diva merasa semakin bingung. Mengapa Arka tiba-tiba bersedia meluangkan waktunya yang berharga untuknya setelah semua pengabaian itu? Apa yang sebenarnya terjadi?

Memasuki ruangan tersebut, dia merasakan kehadiran Arka bahkan sebelum melihatnya. Sebuah aura yang kuat dan dingin mengelilingi udara, membingkai sosok Arka yang duduk dengan tenang di meja kerjanya.

Dengan hati yang berdebar, Diva mendekati meja Arka. Dia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba tersenyum meskipun hatinya masih gemetar.

"Arka," sapanya perlahan, mencoba menarik perhatian pria itu.

Arka mengangkat kepala, dan tatapan mata obsidiannya yang tajam menembus Diva. Dia hanya mengangguk sekilas, tanpa senyum, tanpa kata-kata menyambut.

Diva menyandarkan tubuhnya pada tepi meja Arka, mencoba untuk tetap tenang. "Kau ingat, bukan? Pertemuan kita di rumah sakit beberapa waktu lalu?"

Arka mengarahkan pandangannya padanya, seolah baru saja sadar akan keberadaannya. "Ya." Suaranya rendah dan berat saat menjawab singkat.

Diva mencoba tersenyum, meskipun perasaannya semakin gugup. "Maaf aku tidak menyapamu dengan benar waktu itu."

Namun, Arka hanya menatapnya tanpa ekspresi apa pun. Diva merasa seakan kata-katanya hanyalah angin yang berlalu begitu saja. Dia mencoba untuk melanjutkan, "Sebenarnya, aku datang untuk mengatakan sesuatu."

Arka mengangkat alisnya, memberi isyarat agar Diva melanjutkan.

Dengan napas dalam-dalam, Diva berbicara, "Aku ingin meminta maaf, Arka. Aku sadar bahwa dulu aku telah menyakiti perasaanmu, dan juga mempermalukan keluarga Sasrabahu. Aku ingin memperbaiki semua ini."

Arka masih terlihat datar, tetapi Diva bisa merasakan bahwa dia mendengarkan. Diva melanjutkan dengan perasaan yang tulus, "Aku juga ingin mengatakan bahwa aku berniat untuk meneruskan pertunangan yang dulu terputus di antara kita lima tahun yang lalu."

Arka mendengarkan tanpa menyela, tapi ekspresinya tidak berubah.

"Dulu aku membuat kesalahan besar, Arka. Aku tidak bermaksud untuk mempermalukan keluargamu, tapi saat itu aku terlalu muda dan bodoh. Aku ingin mencoba memperbaiki semuanya."

Arka masih tetap diam, dan Diva merasa putus asa. Tetapi dia tiba-tiba merasa dorongan kuat untuk tidak menyerah begitu saja.

"Arka," serunya dengan lantang, membuat pria itu menoleh padanya lagi.

"Apa yang harus aku lakukan agar kau mau menikahi aku?" tanyanya dengan rasa kebingungan.

Arka terlihat heran, dan Diva bisa merasakan bahwa dia telah menangkap perhatiannya. Tapi Arka tidak berbicara, dia hanya melanjutkan dengan berdiri dan bersiap untuk pergi.

"Tunggu!" panggil Diva dengan cepat. Dia merasa terjepit di sudut, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tapi dia tidak ingin kehilangan kesempatan ini.

Arka berbalik padanya, wajahnya masih begitu datar, tapi iris obsidiannya beriak kesal.

"Jika itulah yang harus aku lakukan, aku bersedia," ucap Diva dengan tegas.

Arka terdiam sejenak, seolah terkejut dengan keberanian Diva. Namun, setelah beberapa saat, dia tertawa kecil, suara yang dingin namun menyimpan sentuhan keceriaan yang aneh.

Diva mendapati dirinya membeku saat akhirnya melihat ekspresi lain terpahat di wajah tampan itu.

"Apa yang kau katakan?" tanyanya, sudut miring terangkat sedikit di bibirnya.

Diva mengambil napas dalam-dalam, berbicara dengan tulus, "Aku bersedia menjadi apa saja yang kau inginkan, Arka. Aku akan menuruti semua perintahmu, bahkan aku bersedia menjadi budakmu jika itu yang kau mau."

Arka hanya mengangkat satu alisnya, matanya berkilat penuh kegelian. "Apa?"

Diva tidak membiarkan kebingungannya menghentikannya. "Aku tahu bahwa aku telah mempermalukan keluargamu. Jika ini satu-satunya cara agar aku bisa memperbaikinya, maka aku rela melakukannya."

Arka hanya menatapnya, senyum miringnya semakin dalam. "Kau adalah orang yang arogan, Sinclair."

Diva merasa bingung dengan komentar tersebut. "Apa maksudmu?"

Arka melangkah mendekat, tatapannya yang penuh kegelian membuat Diva merasa gugup. "Aku suka melihat seorang Sinclair memohon. Terlihat seperti hewan peliharaan yang ingin dilindungi."

Diva memutar otaknya, mencari cara untuk mengambil alih situasi ini. Dia mencoba tersenyum dan berkata dengan nada yang frontal, "Baiklah, Arka. Aku bersedia menjadi peliharaanmu jika itu yang kau inginkan. Kau ingin seperti itu? Aku akan melakukannya."

Arka hanya mengangkat alisnya dengan senyum tipis. "Oh?"

Diva mengangguk tegas, "Ya. Aku akan menjadi peliharaanmu, sekaligus calon istri. Hanya satu syarat, kau harus mau menikahiku."

Arka melihatnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, tetapi ada sesuatu yang bermain di balik tatapannya yang dingin. Akhirnya, dia berkata dengan nada yang berubah, penuh pesona, "Kau benar-benar berani."

Diva mencoba tersenyum, meski tahu bahwa dia baru saja menghilangkan harga dirinya sendiri. "Aku ingin memperbaiki segalanya, Arka. Aku tahu ini adalah jalan terakhir yang kumiliki."

Arka mengedipkan bola matanya dengan lambat, "Baiklah, mari kita buat kesepakatan."

Diva merasa campur aduk, harapannya mulai berkobar. "Apa kesepakatan itu?"

Bab terkait

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   7. Kesepakatan

    Diva merasa campur aduk, harapannya mulai berkobar saat bertanya, "Apa kesepakatan itu?"Dalam detik-detik yang terasa berabad-abad, perasaan Diva berkecamuk. Hatinya berdesir akan harapan, tapi juga terjepit oleh kekhawatiran. Dia mengikuti setiap langkah Arka yang mendekat, tanpa sadar tubuhnya terus mundur hingga punggungnya menabrak dinding yang keras di belakangnya. Matanya yang terang bertemu dengan iris Arka yang gelap. Diva bisa merasakan intensitas ketegasan dan misteri dari setiap jengkal jarak di antara mereka. Langkah Arka baru berhenti ketika ujung sepatu mereka hanya terpisah oleh sehelai benang saja. Kedua tangan Arka berada dalam saku celana, dan ketika suaranya terucap, itu terdengar amat dingin. "Aku akan memberikan segala yang kau inginkan, dengan harga yang harus kau bayar menggunakan jiwa dan ragamu." Dengan rasa kaget, Diva menyadari bahwa harga itu tak ubahnya seperti memberikan seluruh eksistensinya pada Arka. Dia pun tak kuasa menyembunyikan rasa jijik pada k

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   8. Kesepakatan? Tepatnya Peraturan!

    "Astaga, sebentar lagi kita terlambat!" Yasa mengoceh kesal seraya menekan tombol lift yang akan membawa mereka ke lantai paling tinggi di gedung Bahureksa.Arka setengah mendengus. "Kita masih punya waktu. Santai saja."Yasa memberi komentar dengan nada pedas, "Santai? Kita hampir terlambat untuk pertemuan yang Tuan sendiri anggap sangat penting."Arka bergumam pelan, "Benar juga." Kemudian dia menoleh pada Yasa. "Lalu katakan padaku siapa yang sudah mengacau di sini?""Yang pertama adalah Tuan Muda Kedua.""Oh? Apa yang dia lakukan?"Yasa menghela napas pendek. "Dia mencuri pesawat yang sudah saya siapkan untuk Anda, dan menerbangkannya ke Makau.""Gizariel?" ulang Arka seakan tak percaya dia melakukan hal seperti itu. Yasa mengangguk membenarkan. "Memang sepintas sulit dipercaya bagi Mas Giza untuk bertindak di luar batas, tapi memang seperti itu kenyataannya."Arka terlihat merenungkan sesuatu sebelum berucap, "Aku percaya pada penilaian adikku. Dia bukanlah seseorang yang bertin

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   9. Hari Pertama

    Rumah Arka menjulang megah di tengah kemewahan dan keanggunan. Terik matahari pagi menciptakan bayangan panjang yang menambah kesan kokoh pada bangunan itu. Seperti sebuah istana modern, rumah tersebut menjadikan setiap orang yang melihatnya terpana.Saat Diva memasuki gerbang utama, aroma harum bunga segar menyapanya dengan lembut. Kicauan burung-burung di taman depan seolah menciptakan senandung yang menyambut kedatangannya.Setapak pertama di dalam rumah menghantarnya ke ruang keluarga yang luas, lengkap dengan perabotan yang elegan dan nyaman. Sofa berwarna lembut ditempatkan di tengah ruangan, menghadap sebuah perapian marmer megah yang memberikan kehangatan visual.Rumah itu terasa begitu luas dan mewah, tetapi secara bersamaan juga kosong dan sepi. Diva merasakan seolah-olah dirinya terjebak dalam dunia yang asing baginya. Pelayan-pelayan yang berlalu lalang sepertinya lebih sibuk dengan tugas-tugas mereka masing-masing. Seakan-akan Diva adalah tamu yang tidak diharapkan.Sement

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   10. Permainan Dimulai

    "Ini adalah hari pertama kita menjadi suami istri. Menurutmu apa yang ingin aku lakukan, Aurora?" Arka bertanya dengan nada yang begitu tenang, tetapi di dalamnya terdapat isyarat yang tak terbantahkan.Diva merasa jantungnya berdegup semakin cepat. Keringat dingin mengalir di punggungnya, dan dirinya terjebak dalam situasi yang sangat canggung. Dia ingin memberikan jawaban yang tepat, tetapi kata-kata terasa begitu sulit untuk keluar dari bibirnya."Tuan Arka, saya …," Diva merasa kata-kata terjepit di kerongkongannya, dan ia merasa jantungnya berdebar semakin keras. Dia merasa tertekan oleh sosok Arka yang berdiri begitu dekat dengannya. Aroma jeruk dan kayu yang menguar dari tubuh pria itu membuatnya sulit bernapas.Arka tersenyum tipis, meskipun Diva tidak bisa melihat ekspresinya dari arah yang sekarang. "Kenapa begitu canggung, Aurora?""Saya hanya ... tidak tahu apa yang harus saya lakukan," kata Diva dengan jujur, mengakui kebingungannya.Arka menimpali lagi, embusan napasnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   11. Tidak Ada yang Gratis

    Di pagi hari menjelang siang yang cerah, ketika sang surya menggantung dengan percaya diri di langit biru, Diva duduk di kursi meja makan dengan mata yang kosong. Sebuah pertanyaan sederhana dari Arka telah menggiringnya ke dalam pertimbangan-pertimbangan yang rumit. Hidupnya, yang semula hanya terasa seperti lagu-lagu yang dinyanyikannya di atas panggung, kini terasa seperti sebuah permainan catur yang rumit. Diva mengingat betapa matanya dulu selalu bersinar di bawah sorot lampu panggung saat dia menyanyikan harmoni dan nada, saat suaranya terasa seperti sentuhan malaikat di telinga pendengarnya. Tapi kemudian, semuanya berubah.Diva tidak lagi menginginkan pekerjaan yang sejak dulu selalu menjadi mimpinya itu. Tidak sejak dia mengalami kegagalan total yang menyebabkan hilangnya nada-nada indah dari suaranya. Kegagalan yang membuat dia diminta turun dari atas panggung, disoraki dengan keras, dan ditinggalkan begitu saja oleh orang-orang yang mengaku sebagai penggemarnya. Seperti bel

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   12. Apa Anda sibuk, Yasa?

    Perjalanan mereka menuju kantor Bahureksa terasa seperti dalam keadaan tegang. Diva mencoba mengendarai mobil dengan cepat, berusaha keras agar Arka tidak terlambat dalam rapatnya yang penting. Hanya beberapa menit lagi sebelum rapat dimulai, dan Diva merasa seolah-olah setiap detik sangat berharga.Arka duduk di samping Diva, tetapi ia hanya memperhatikan Diva tanpa berkata apa-apa. Tatapannya tajam dan penuh tekanan, memaksa Diva untuk berkendara dengan cepat. Diva merasa seperti sedang diuji, dan ketegangan semakin terasa saat jalanan mulai ramai.Dengan hati yang berdebar, Diva berusaha menjaga konsentrasi. Setiap lampu merah terasa seperti penghambat, dan Diva merasa takut ketika melihat Arka yang bersabar di sebelahnya. "Kami akan sampai tepat waktu," ucap Diva dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Tiba-tiba, telepon genggam Arka berdering lagi. Arka menjawabnya dengan cepat sambil tetap memandangi Diva. "Ya, Yasa, aku hampir sampai. Tolong persiapkan segalanya."Deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   13. Angkara Murka

    Arka berjalan cepat ke depan Diva. Setiap langkahnya menyimpan kemarahan yang sanggup membuat lutut Diva lemas. Begitu jarak mereka tersisa satu langkah, Arka meraih pergelangan tangan Diva dengan erat lalu berbalik dan menariknya keluar. "Pulang!" Diva meringis tajam akan cengkeraman Arka yang terasa sakit di pergelangan tangannya. Tapi dia tidak berani memprotes ataupun mengeluarkan suara karena takut Arka akan semakin marah.Saat mereka keluar dari ruang kerja Arka, suara seorang sekretaris wanita memanggil, "Tuan, Anda hendak kemana? Setelah ini Anda harus menghadiri pertemuan terkait proyek EBT. Lalu ada jadwal lainnya yang—""Suruh Yasa mewakili semua urusanku hari ini!" potong Arka tanpa melambatkan langkahnya. Di belakangnya Diva terseok-seok mengikuti langkah panjangnya.Sementara sekretaris yang bernama Megan itu menggerutu kepada pria yang tengah bersembunyi di belakangnya. "Apa yang sudah kamu lakukan, sih, Yasa?! Lihat, semua jadwal yang kubuat susah payah jadi hancur ga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   14. Escort Labels

    "Selamat, Diva. Kamu sudah diterima sebagai anggota tim Pengembangan dan Pemasaran Artis Escort yang baru. Sebagai ketua tim, saya dengan senang hati mengatakan bahwa prinsip tim kita adalah kerja sama dan kekeluargaan. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik!" ujar seorang laki-laki usia tiga puluhan seraya mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Diva.Diva membalas jabatan tangan itu dengan mantap seraya tersenyum tegas, "Terima kasih, Pak Wildan. Saya akan berusaha untuk menunjukkan kinerja terbaik saya agar tidak mengecewakan Anda dan seluruh tim."Wildan mengangguk puas. "Rani," panggilnya pada seorang wanita muda yang segera mendekat pada mereka. "Kamu temani Diva berkenalan dengan yang lain. Dan untuk Diva, karena ini hari pertama kamu, silakan beradaptasi pada lingkungan kerja di sini. Saya ada urusan, harus pergi dulu.""Baik, Pak." Diva dan Rani menjawab serentak.Rani mengulas senyum seraya mengulurkan tangan untuk berkenalan singkat. "Halo, Mbak. Aku Rani. Boleh kutahu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05

Bab terbaru

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   19. Pakaianmu Jelek

    Saat Diva mendongakkan kepala, yang dia temukan adalah Daniel. Pria itu adalah pelaku yang mencengkeran tangannya dengan erat. "Apa yang Anda lakukan, Pak Daniel?" protes Diva menurunkan intonasi suaranya. Merasa khawatir jika suaranya akan menarik perhatian orang lain. Terlebih mereka masih berada di depan ruangan Giza.Tanpa menjawab pertanyaan Diva, Daniel menarik tangan Diva untuk menjauhi ruangan Giza. "Ikut aku."Tetapi sebelum dia sempat melangkah, Diva menahan tubuhnya sendiri hingga Daniel menoleh padanya. "Apa kau ingin kita menjadi tontonan para karyawan? Ayo bicara di tempat yang lebih nyaman."Diva melepaskan tangannya dari cengkeraman Daniel dengan sedikit paksaan. "Saya tidak punya waktu untuk berbicara dengan Anda." Ditatapnya mantan suaminya itu dengan penuh peringatan, "Saya juga bukan orang yang bisa Anda sentuh secara sembarang. Permisi."Diva melenggang dengan cepat. Meninggalkan Daniel yang masih terpaku di tempat, merasa kesal karena Diva menolak ajakannya. Ta

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   18. Kamu Pemberani

    Diva melangkah dengan percaya diri ke dalam ruangan Giza. Saat kakinya baru menjejak selangkah, ia dikejutkan dengan interior ruangan yang sangat bergaya artistik. Seluruh dinding dicat putih, tetapi setengah permukaannya dilukis dengan pemandangan lembah yang indah. Membuat Diva seperti masuk ke dalam pameran seni lukis terkenal. Giza, yang tengah duduk di meja yang terletak di tengah ruangan, seolah menjadi maskot dari karya seni yang diciptakannya."Selamat datang, Diva," Sambutan itu terdengar ramah, ringan, dan santai. "Silakan duduk."Diva buru-buru merespons sambutan Giza dengan sopan. "Terima kasih, Pak Giza." Dia duduk di kursi tamu yang berseberangan dengan kursi Giza. Mereka berdua dipisahkan oleh meja besar yang berisi tumpukan dokumen, sebuah laptop yang tengah menyala, dan juga papan nama persegi panjang bertuliskan nama lelaki di depannya.Gizariel Anthasena S.CEO of Escort Labels.Sayangnya huruf setelah S tidak bisa Diva baca, karena tertutup oleh tumpukan dokumen la

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   17. Kegelisahan

    Setelah makan siang, Sania dan Daniel kembali ke ruangan kerja Daniel di lantai bagian BenStory. Ruangan itu memiliki nuansa yang tenang dan terorganisir dengan baik. Sania tampak cemas, matanya mencari jawaban atas keraguan yang mengganggunya."Daniel, aku benar-benar tidak nyaman dengan kehadiran Diva di perusahaan ini," ucap Sania dengan nada khawatir.Daniel mengerti perasaan Sania dan mencoba memberikan penjelasan. "Sania, kamu tahu 'kan bahwa pernikahanku dengan Diva selalu dirahasiakan dari publik? Itu adalah keputusan kami saat itu untuk melindungi karir Diva. Jadi tidak ada orang yang tahu bahwa kami pernah menikah dan sekarang sudah bercerai. Orang-orang hanya tahu bahwa hubungan kami sebatas mantan atasan dan artisnya. "Sania mengangguk, meskipun masih merasa tidak yakin. "Aku tahu dulu kamu mencintainya. Tapi apakah sekarang perasaan itu masih ada?"Daniel merasa perlu mengungkapkan perasaannya dengan jujur. "Sania, Diva adalah bagian dari masa laluku yang sudah berlalu.

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   16. Tersulut

    Sebut saja Diva sebagai perempuan paling bodoh di bumi ini, karena di antara kecamuk dendam sengitnya, ternyata masih ada sekelumit perasaan cinta yang tersisa."Hai, semuanya. Boleh aku bergabung di sini?"Suara lembut itu datang dari seorang perempuan cantik yang tersenyum menyapa ketiga orang di meja makan tersebut."Sania?" Raut wajah Daniel berubah cerah dan senyumannya mekar ketika menarik kursi kosong di sebelahnya. "Ayo, duduklah di sini."Sania menatap dua orang lainnya, yaitu Diva dan Rani, meminta persetujuan.Diva dan Rani saling tatap sebelum Diva berdehem melonggarkan tenggorokannya. "Karena Pak Daniel sudah menarik kursi untuk Anda, tidak baik untuk membiarkannya tetap kosong."Diam-diam Rani menginjak ujung kaki Diva di bawah meja. Membuat Diva harus mengontrol ekspresi kesakitannya. Rani tersenyum sopan, "Silakan duduk, Miss Sania."Sania mengangguk kecil sebelum duduk di kursi sebelah Daniel. Dia berterima kasih pada Daniel, lalu mengarahkan perhatiannya ke Diva yang

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   15. Bertemu Lagi

    "Aku seperti pernah melihatmu di suatu tempat, Diva. Tapi aku lupa di mana." Rani berkata sambil terus memandu Diva berjalan menuju ke kafetaria. Jam istirahat sudah tiba, jadi mereka memutuskan untuk makan siang bersama.Diva tersenyum simpul mendengar itu. "Sebenarnya sebelum aku bergabung di perusahaan ini, dulu aku pernah menjadi penyanyi selama beberapa tahun. Meski tidak terlalu terkenal, tapi aku pernah diundang di beberapa variety show televisi nasional. Mungkin kamu pernah melihatku saat itu.""Tunggu!" Rani memegang lengan Diva, menghentikan langkahnya. Ekspresinya terlihat cukup kaget. "Jadi Diva Aurora itu kamu?"Senyum Diva semakin terkembang diiringi anggukan."Omo! Aku tidak menyangka!" seru Rani seraya menutup mulutnya dramatis. "Maafkan aku! Sungguh, aku tidak menyadarinya sampai kamu mengatakannya.""Tidak apa-apa. Lagipula tidak semua orang mengenalku. Aku masih pemula dan biasa-biasa saja saat itu."Rani menggeleng, "Aku tidak setuju itu. Kamu itu luar biasa, Diva!

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   14. Escort Labels

    "Selamat, Diva. Kamu sudah diterima sebagai anggota tim Pengembangan dan Pemasaran Artis Escort yang baru. Sebagai ketua tim, saya dengan senang hati mengatakan bahwa prinsip tim kita adalah kerja sama dan kekeluargaan. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik!" ujar seorang laki-laki usia tiga puluhan seraya mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Diva.Diva membalas jabatan tangan itu dengan mantap seraya tersenyum tegas, "Terima kasih, Pak Wildan. Saya akan berusaha untuk menunjukkan kinerja terbaik saya agar tidak mengecewakan Anda dan seluruh tim."Wildan mengangguk puas. "Rani," panggilnya pada seorang wanita muda yang segera mendekat pada mereka. "Kamu temani Diva berkenalan dengan yang lain. Dan untuk Diva, karena ini hari pertama kamu, silakan beradaptasi pada lingkungan kerja di sini. Saya ada urusan, harus pergi dulu.""Baik, Pak." Diva dan Rani menjawab serentak.Rani mengulas senyum seraya mengulurkan tangan untuk berkenalan singkat. "Halo, Mbak. Aku Rani. Boleh kutahu

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   13. Angkara Murka

    Arka berjalan cepat ke depan Diva. Setiap langkahnya menyimpan kemarahan yang sanggup membuat lutut Diva lemas. Begitu jarak mereka tersisa satu langkah, Arka meraih pergelangan tangan Diva dengan erat lalu berbalik dan menariknya keluar. "Pulang!" Diva meringis tajam akan cengkeraman Arka yang terasa sakit di pergelangan tangannya. Tapi dia tidak berani memprotes ataupun mengeluarkan suara karena takut Arka akan semakin marah.Saat mereka keluar dari ruang kerja Arka, suara seorang sekretaris wanita memanggil, "Tuan, Anda hendak kemana? Setelah ini Anda harus menghadiri pertemuan terkait proyek EBT. Lalu ada jadwal lainnya yang—""Suruh Yasa mewakili semua urusanku hari ini!" potong Arka tanpa melambatkan langkahnya. Di belakangnya Diva terseok-seok mengikuti langkah panjangnya.Sementara sekretaris yang bernama Megan itu menggerutu kepada pria yang tengah bersembunyi di belakangnya. "Apa yang sudah kamu lakukan, sih, Yasa?! Lihat, semua jadwal yang kubuat susah payah jadi hancur ga

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   12. Apa Anda sibuk, Yasa?

    Perjalanan mereka menuju kantor Bahureksa terasa seperti dalam keadaan tegang. Diva mencoba mengendarai mobil dengan cepat, berusaha keras agar Arka tidak terlambat dalam rapatnya yang penting. Hanya beberapa menit lagi sebelum rapat dimulai, dan Diva merasa seolah-olah setiap detik sangat berharga.Arka duduk di samping Diva, tetapi ia hanya memperhatikan Diva tanpa berkata apa-apa. Tatapannya tajam dan penuh tekanan, memaksa Diva untuk berkendara dengan cepat. Diva merasa seperti sedang diuji, dan ketegangan semakin terasa saat jalanan mulai ramai.Dengan hati yang berdebar, Diva berusaha menjaga konsentrasi. Setiap lampu merah terasa seperti penghambat, dan Diva merasa takut ketika melihat Arka yang bersabar di sebelahnya. "Kami akan sampai tepat waktu," ucap Diva dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Tiba-tiba, telepon genggam Arka berdering lagi. Arka menjawabnya dengan cepat sambil tetap memandangi Diva. "Ya, Yasa, aku hampir sampai. Tolong persiapkan segalanya."Deng

  • Istri Bisu yang Kau Buang Ternyata Sultan   11. Tidak Ada yang Gratis

    Di pagi hari menjelang siang yang cerah, ketika sang surya menggantung dengan percaya diri di langit biru, Diva duduk di kursi meja makan dengan mata yang kosong. Sebuah pertanyaan sederhana dari Arka telah menggiringnya ke dalam pertimbangan-pertimbangan yang rumit. Hidupnya, yang semula hanya terasa seperti lagu-lagu yang dinyanyikannya di atas panggung, kini terasa seperti sebuah permainan catur yang rumit. Diva mengingat betapa matanya dulu selalu bersinar di bawah sorot lampu panggung saat dia menyanyikan harmoni dan nada, saat suaranya terasa seperti sentuhan malaikat di telinga pendengarnya. Tapi kemudian, semuanya berubah.Diva tidak lagi menginginkan pekerjaan yang sejak dulu selalu menjadi mimpinya itu. Tidak sejak dia mengalami kegagalan total yang menyebabkan hilangnya nada-nada indah dari suaranya. Kegagalan yang membuat dia diminta turun dari atas panggung, disoraki dengan keras, dan ditinggalkan begitu saja oleh orang-orang yang mengaku sebagai penggemarnya. Seperti bel

DMCA.com Protection Status