Share

05. Beraninya Mereka!

Penulis: Chani yoh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-10 22:50:26

Langit sudah berwarna keoranyean ketika Savanah melintasi jalan setapak dari pekarangan rumah Storm hingga ke teras belakang mansion keluarga Dyazz.

Angin malam yang dingin pun mulai membelai kulit Savanah dan meninggalkan jejak dingin yang cukup menusuk.

Beruntung jalan setapak yang dilalui Savanah berupa tanah yang kering dan solid.

Ketika akhirnya Savanah tiba di teras belakang mansion keluarga Dyazz, langit sudah semakin temaram.

Penerangan kini mengandalkan sinar rembulan, lampu taman, serta lampu teras.

Savanah sudah menunggu lagi selama lima menit dengan berjalan pelan, bolak balik di teras belakang mansion keluarga Dyazz. Tunggu ditunggu, Milka tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

'Ke mana sih Milka? Dia yang mengajak bertemu tapi tidak muncul-muncul?'

Menyesal rasanya karena Savanah meninggalkan ponsel di rumah. Tadinya dia berpikir dia sudah membalas dengan ‘Oke’ pada ajakan bertemu dari Milka. Seharusnya balasannya itu cukup membuat Milka menunggu di titik pertemuan seperti yang tertera pada pesan chat mereka.

Namun, Milka malah tak kunjung muncul seperti ini.

Angin yang semakin dingin mulai terasa menusuk kulit Savanah. Gadis itu pun memeluk dirinya sendiri, sambil berharap agar Milka segera muncul.

'Haruskah aku mengetuk pintu rumah ini? Tapi aku tidak mau jika nanti malah Moreno atau ibunya Moreno yang membuka pintu!’

Sembari berpikir dan terus mondar mandir pelan di teras belakang mansion, Savanah tiba-tiba saja mendengar suara itu!

Suara samar, tapi cukup mencuri perhatian telinganya.

“Oh ... baby ... oh ... uuhh ... Moreno ... Aaaah....”

Savanah terpaku di tempat berdirinya.

Itu suara Milka!

Lalu kini terdengar bunyi seperti tepukan yang teratur. Tidak kuat, tapi cukup tertangkap indera pendengarannya. Dan seiring bunyi tepukan itu, desahan Milka pun terus berlanjut.

Savanah semakin terpaku di tempatnya berdiri.

Sekalipun dia tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang bunyi apa yang didengarnya itu, tapi perlahan Savanah mengerti bunyi dan suara apa itu.

Lagi suara Milka yang begitu memualkan perutnya terdengar.

Tiba-tiba saja, Savanah melihat ada jendela di dekatnya yang tidak tertutup rapat. Ada celah kecil di sana, yang diduga Savanah merupakan ruangan tempat asal suara Milka berada.

Pikiran Savanah kemudian bertanya-tanya sendiri.

'Apakah Milka tidak ingat dengan pertemuan yang dimintanya ini?'

'Kenapa dia malah berduaan dengan Moreno di jam yang harusnya bertemu denganku?'

Lalu pikiran Savanah tiba-tiba menyimpulkan sendiri.

'Jangan-jangan ...

Dia sengaja memanggilku ke sini untuk memamerkan percintaannya secara live padaku?

Urgh! Sialan kau, Milka! Itu menjijikkan!'

Savanah semakin mual memikirkan cara Milka yang menjijikkan. Dia tak ingin memikirkan hal lain lagi. Savanah pun berlari dari sana, meninggalkan segala keperluannya di sana.

Langkahnya lebar dan cepat melewati jalan setapak yang kini semakin sulit terlihat.

Beruntung tidak ada hambatan apapun.

Tak butuh waktu lama, Savanah akhirnya tiba di pekarangan rumah kayu Storm.

Hatinya lega bukan main. Savanah langsung berlari dan menaiki teras rumah Storm untuk menuju dalam.

Tapi tiba-tiba saja, dia menabrak sesuatu yang tinggi dan sekokoh beton.

Savanah oleng hingga sepasang tangan yang kuat menangkapnya.

Savanah merayapkan pandangannya ke atas untuk melihat apa yang ditabraknya dan siapa yang menangkapnya.

Saat itu juga, sebuah suara yang berat dan rendah menggelegar marah terhadapnya.

“Dari mana saja kau? Aku mencarimu ke mana-mana, tapi kau tidak ada! Kenapa tidak mengatakan padaku kalau kau hendak jalan-jalan ke luar?”

Savanah terkejut mendengar nada marah Storm.

Dia menatap heran sementara benaknya masih penuh dengan desahan Milka yang menjijikkan.

Savanah tak sanggup memikirkan jawaban karenanya dia hanya menggeleng kecil.

Namun, karena hatinya pun masih begitu marah pada Milka dan sekarang Storm malah menyecarnya tanpa alasan, kedua matanya jadi terasa panas.

Sebutir bulir bening pun menetes membuat Storm terkesiap melihatnya.

“Sa- Sav- Savanah? Ke- kenapa kau me- nangis? Jangan menangis! Aku tidak sengaja! Aku-”

Savanah hanya menggeleng, tapi Storm langsung merasa bersalah. Dia mengira semua karena bentakannya tadi.

“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentakmu. Aku hanya-”

Pria bertubuh tinggi dan berotot itu menghirup napasnya dalam-dalam sambil menyugar rambut coklatnya yang setengah gondrong.

Dia lalu berkata lagi dengan suara yang lebih tenang, “Aku mengira kau tersesat di pepohonan sana.

Di belakang sana masih seperti hutan dan bahkan masih ada rawa-rawa. Aku sungguh takut kau berjalan sampai ke sana lalu tersesat. Aku tidak tahu bagaimana caramu meminta tolong kalau kau sampai terjatuh ke rawa-rawa seorang diri!”

Jika orang lain yang menyinggung kebisuannya sebagai alasan seperti ini, Savanah mungkin sudah akan tersinggung. Tapi ini adalah Storm yang mengatakannya.

Savanah tidak bisa marah dan tersinggung, terlebih lagi ketika dia memikirkannya, sangatlah benar apa yang dikatakan Storm. Bagaimana caranya meminta tolong jika dia celaka seorang diri, sedangkan suaranya saja tidak bisa keluar.

Apalagi sorot mata pria itu begitu mengkhawatirkannya.

Dan Storm lagi-lagi mengalahkan rekor kalimat terpanjangnya hari ini. Sungguh mengherankan. Pria itu ternyata bisa bicara panjang lebar juga.

Savanah hanya menggeleng sebagai jawaban lalu menatapnya lembut penuh terima kasih karena telah menaruh perhatian pada dirinya.

“Jangan lakukan itu lagi, oke? Selalu beritahukan padaku setiap kali kau mau keluar, oke?”

Savanah pun mengangguk kecil dan sangat ajaib dengan cepat sorot mata Storm berubah tenang dan penuh kelegaan.

                ***

Storm lalu menuntun Savanah masuk ke dalam rumah. Savanah baru teringat dia hendak bertanya ke mana Storm tadi sore. Tapi kendala suaranya membuat Savanah mengurungkan niatnya.

Di atas meja makan persegi yang hanya cukup untuk dua orang, terlihat dua piring menu makan malam mereka.

Savanah heran, dari mana makan malam itu muncul. Tidak mungkin rasanya ada delivery yang bisa mengantarkan sampai ke tempat yang tersembunyi seperti ini.

“Duduklah, kita makan dulu. Aku tadi mengambil kentang dan wortel dari kebun sayurku di belakang. Makanya aku sangat terkejut saat kembali aku malah tidak menemukanmu.”

Savanah menatap lagi pada Storm lalu mengangguk merasa bersalah pada pria itu.

Seakan mengerti, Storm menggenggam tangan Savanah.

“Tidak usah pikirkan lagi. Aku yang terlalu khawatir. Sekarang, ayo kita makan dulu.”

Mereka duduk dalam diam dan mulai makan.

Di setiap piring terdapat dua buah telur mata sapi yang telah digoreng. Dari luar menu itu tampak sederhana. Tapi ketika Savanah menyicipinya, cita rasa telur mata sapi itu sangat unik.

Bukan sekadar asin dari garam, tapi juga ada berbagai rasa lain.

Ada pedas dari lada, lalu ada juga taburan dedaunan kering yang memberikan aroma unik dan harum. Selain itu ada juga rasa empuk dan gurihnya butter yang begitu menyatu dengan sempurna dengan keseimbangan yang pas.

Savanah tidak bisa memungkiri jika menu makan malam mereka yang sederhana ini terasa begitu lezat.

Tak bisa menahan diri, Savanah langsung bertanya dengan gerakan jarinya, {Kau yang memasak ini?}

Storm memandanginya, tapi tidak terlalu mengerti. Dia hanya mengedikkan kedua bahunya.

Savanah pun bangkit dari duduknya lalu melesat ke dalam untuk mengambil ponsel di kamarnya. Setelahnya, dia kembali ke hadapan Storm.

Dia mengetik di ponselnya. [Apa kau yang memasak ini?]

Storm membaca lalu menjawab, “Iya.”

Savanah memberikannya senyum lebar dengan kedua mata berbinar-binar, tapi Storm terlihat biasa saja.

Savanah berdecak kesal dalam hatinya, tapi akhirnya tidak membahasnya lagi.

Mereka makan dalam diam, hingga tiba-tiba Storm bertanya lagi, “Tadi kau ke mana?”

Layar ponsel dihadapkan pada Storm dan terdapat tulisan di sana: [Aku ke mansion ayahmu. Milka mengirimiku pesan dan memintaku datang ke sana.]

Kernyitan dalam tercetak jelas di wajah Storm. Lalu suaranya terdengar tak senang.

"Sepupumu itu memintamu datang dan kau masih bersedia datang menemuinya? Setelah apa yang dia lakukan padamu?"

Savanah cepat-cepat mengetik lagi di ponselnya: [Aku hanya penasaran. Apa yang ingin dia bicarakan.]

"Lalu? Apa yang dia katakan?"

Wajah Savanah langsung memerah teringat bahwa dia dengan suksesnya dijebak Milka. Namun, untuk menceritakannya pada Storm pun Savanah merasa malu. Jadi, dia hanya menggeleng.

"Apa yang dia katakan padamu?" Suara rendah sedikit serak itu bertanya lagi, menuntut jawaban.

Savanah mengetik lagi: [Tidak ada. Dia sepertinya sengaja memintaku datang untuk menyaksikan percintaannya dengan Moreno. Karena dia tidak muncul dan malah terdengar suara-suara mereka di kamar dekat teras.]

Wajah Savanah semakin merah dan menunduk ketika Storm membaca isi ketikannya di ponsel.

Dia sudah siap menjadi bahan tertawaan Storm.

Tapi yang terjadi malahan ...

Brak!

Pria itu menghantam meja dan berkata dengan wajah marah, "Kurang ajar! Beraninya dia masih mempermainkanmu! Benar-benar keterlaluan! Lihat saja nanti, aku pasti akan membuat perhitungan dengan mereka!"

Bab terkait

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   06. Memulai Malam Pengantin?

    Savanah sungguh tak menyangka jika reaksi Storm akan seperti itu. Dia sendiri pun sampai terlonjak kedua bahunya akibat hantaman tangan besar Storm ke meja. Lalu Savanah cepat-cepat mengetik lagi di ponselnya: [Itu hanya dugaanku saja. Bisa saja itu terjadi karena ketidaksengajaan.] Storm membaca lalu mengernyit lebih tak suka lagi. “Tidak sengaja bagaimana? Kamar Moreno itu ada di lantai tiga! Sedangkan di dekat teras adalah kamar kosong yang tak terpakai!” Suara Storm masih terdengar gusar. Tapi kata-katanya membuat Savanah mematung. Benarkah? Itu hanyalah kamar kosong? Jika iya, berarti ... Savanah mengetik lagi: [Berarti Milka memang sengaja?] “Menurutku begitu. Huh, sangat kurang ajar! Kau tenang saja, Savanah, aku akan membuat perhitungan dengannya!” Savanah: [Tidak perlu, Storm. Biarkan saja.] “Bagaimana bisa biarkan saja? Sekarang kau adalah istriku. Tidak akan aku biarkan siapa pun mempermainkanmu!” Savanah terpana melihat keseriusan wajah Storm. Baru kali ini dia m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   07. Suara yang Seksi!

    Storm ternyata hanya menyentuh helaian rambut Savanah yang turun dan menutupi sebagian wajahnya, untuk menyelipkannya ke belakang telinga Savanah. ‘Eh? Di- dia hanya berniat merapikan rambutku saja?’ Savanah pun mengangkat wajahnya penuh tanya. Terasa beberapa detik lamanya, Storm terpaku di wajah Savanah. Tanpa sadar, gadis itu merona malu. Baru setelah itu, Storm menegakkan tubuhnya dan berdeham ringan. Dia terlihat kikuk dan salah tingkah. “Ehm! Sudah malam, kau tidurlah di tempat tidur. Seprai sudah kuganti yang baru. Aku akan tidur di sofa. Mengenai ... ehm ... malam pengantin kita ... aku rasa ... kau pasti belum siap, jadi aku tidak akan memaksamu selagi kau belum siap.” ‘Apa? Storm ingin menunda malam pengantin ini? Ini sungguh berkah luar biasa!’ Savanah sangat lega tidak perlu memulai malam pengantin bersama Storm malam ini. Setidaknya, dia memiliki waktu lebih banyak. Setelah Savanah diam-diam mengembangkan senyumnya, dia baru menyadari bahwa Storm menunjuk sofa butu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   08. Moreno Gemetar

    Dua pelayan yang membukakan pintu terlihat kocar kacir berlari ke dalam untuk melakukan apa yang Storm katakan. Savanah melihat mereka berdua dan merasa kasihan. Dua pelayan itu tampak ketakutan karena gertakan Storm. Savanah jadi melirik Storm lagi. Ingin melihat reaksi pria itu. Tapi Storm terlihat amat serius. Savanah pun ikut merasa gugup dan cemas. Dia sungguh tak menyangka permintaannya mengambilkan koper dilaksanakan Storm dengan cara sebrutal ini. “Aduh! Apa yang kau lakukan? Kenapa lari seperti dikejar setan? Jalan yang benar!” Auman marah dari dalam rumah terdengar. Itu suara Moreno! Deg! Jantung Savanah berdetak dua kali lebih kencang ketika mendengar suara Moreno. Dia gugup, karena dia kini datang bersama Storm. Lalu, terlihat olehnya, Moreno menoleh dan mendapati dirinya bersama Storm. Wajah pria itu, yang tadinya marah pada pelayan, kini tampak terbelalak. “Hei! Ada apa kau ke sini, huh?!” teriaknya marah pada Storm. Savanah kembali terkejut. Kenapa mereka lan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   09. Tatoo, Pancake, and ...

    Ketika tiba kembali di kamar mereka, Savanah sudah merasa lelah dan teramat mengantuk. Rasanya sekali menyentuh kasur, dia akan langsung terlelap begitu saja. Savanah merapikan sebentar isi kopernya, mengeluarkan baju kerjanya, lalu mengecas ponselnya. Setelah itu, barulah dia menuju tempat tidur. Savanah sempat mengungkapkan pada Storm untuk tidur di tempat tidur, tapi selalu pria itu menjawabnya bahwa lebih baik dia di sofa saja. Savanah menghela napasnya. Entah dia harus merasa lega karena tak terbebani malam pengantin yang dia sendiri belum siap, atau dia harus berpikiran bahwa Storm benar-benar tidak tertarik padanya. Tapi jika Storm tidak tertarik padanya sedikit pun, kenapa pria itu mau menikahinya? Apakah Storm murni hanya ingin menolongnya saja di saat Moreno membuangnya karena bisu? Fiuuuh, entahlah. Savanah merasa tidak ingin memikirkannya lagi. Semakin dia pikirkan, semakin dia penasaran, tapi juga rasa insecure nya pun makin bertambah. 'Bagaimana jika storm menika

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   10. Storm Menabrak Moreno?

    “Kenapa kau menganga seperti itu? Kalau ada lebah lewat, mereka bisa masuk berombongan lalu membuat sarang di amandelmu!” kata Storm yang sontak langsung membuat Savanah mengatupkan mulutnya. Wajahnya langsung merah padam mendengar kata-kata Storm. Pria itu menganggap mulutnya sarang bagi lebah? Hm, sedikit keterlaluan! Savanah menahan rasa malunya dengan mengetik di ponsel: [Aku mencarimu di dalam rumah, tapi kau tidak ada. Ternyata kau di sini.] Storm membaca dengan cepat di dalam hatinya, lalu mengangguk. “Iya. Setiap pagi aku di sini. Olahraga. Hmm ...” Pria itu lalu mengamati penampilan Savanah dari atas sampai bawah, lalu berkata lagi, “kau mau pergi kerja?” Savanah mengangguk. “Biar kuantar. Aku mandi sebentar. Tidak akan lama.” Savanah ingin bertanya lagi, tapi Storm sudah melesat masuk ke dalam rumah. “Ada pancake di atas meja. Kau bisa memakannya sambil menungguku!” serunya lagi ketika dia melewati pintu rumah. Savanah pun tersenyum sambil melihat tingkah Storm yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   11. Bualan Milka!

    Seringaian Storm tertangkap penglihatan Moreno. Dari sisi mobilnya, kini Moreno tampak gelisah. Dia teringat akan kejadian semalam saat Storm mengetuk pintu dengan brutalnya. Moreno seperti baru diingatkan lagi bagaimana watak STorm setelah selama ini dia melupakan semua itu hanya karena mereka tidak pernah saling bersinggungan. “Psstt! Psstt!” Dia memanggil Milka lewat kode suaranya. Ketika Milka meliriknya dengan jengkel, Moreno memberinya kode untuk berhenti bicara. Pria itu benar-benar cemas karena sang istri sudah menyinggung Storm. Tapi Milka tampak tidak mengerti. Dia memberengut, “Apa sih?” Moreno membuka mulutnya dengan malas-malasan karena dilihatnya Milka begitu angkuh di depan Storm. Baru membuka setengah, tiba-tiba saja ... Phaaamb! Pintu mobil Jeep milik Storm dibanting dan pria tinggi itu sudah di luar mobilnya. Savanah lagi-lagi terlonjak kedua bahunya mendengar bunyi pintu yang ditutup sangat kuat. Jantungnya terasa jatuh ke tanah. Bahkan Moreno dan terutama

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Author's Note: Skip Saja

    Berhubung isi bab 11 sudah benar, skip saja catatan ini. Terima kasih. *** Berhubung isi bab 11 sudah benar, skip saja catatan ini. Terima kasih. *** Berhubung isi bab 11 sudah benar, skip saja catatan ini. Terima kasih. *** Berhubung isi bab 11 sudah benar, skip saja catatan ini. Terima kasih. *** Berhubung isi bab 11 sudah benar, skip saja catatan ini. Terima kasih. *** Berhubung isi bab 11 sudah benar, skip saja catatan ini. Terima kasih. *** Dear readers tersayang, Karena author terlalu bingung dengan bab yang sudah didraft tapi pas publish masih harus disesuaikan, jadi yg bab 11, ada kekurangan isinya. Awal Bab 11 mengambil bab ending bab 10 terlalu banyak, sedangkan ending bab 11 lupa diikutsertakan. Sebenarnya sudah direvisi, tapi biasanya yang sudah membuka bab maka isinya tidak akan berubah. Entah mengapa. Karena itu, author sertakan ending bab 11 di sini agar yg sudah membuka sebelum revisi bisa mengikutinya. Ini bab catatan penulis jadi tidak ada g

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   12. Siapa Mokondo? Apa Yang Besi Rongsok?

    “Savanah sudah hamil duluan?” seru Reese.Bukan dia saja yang terkejut tapi juga beberapa staff di dekat mereka yang turut mendengarkan, terutama juga Freya dan Clara.“Berarti dia selingkuh dari Moreno?” tanya Freya.Dengan penuh antusias, Milka mengangguk.“Astaga! Wajahnya saja yang polos tapi ternyata ...”Milka yang mendengar seruan keterkejutan tiga pengikutnya itu pun jadi semakin riang. Wajahnya merekahkan senyum lebar yang begitu senang dan merekah begitu lebar.“Benar kata kalian semua. Savanah itu wajahnya saja polos. Ya ... maaf kata ya, padahal dia cacat, tapi masih juga banyak pilih bahkan berselingkuh!”Tiga pengikutnya itu mangut-mangut setuju pada pernyataan Milka.“Benar! Bisu begitu masih juga selingkuh. Padahal dirinya itu beruntung ada tuan muda dari keluarga ternama yang mau dengannya. Bahkan jika yang mau menikahinya bukan tuan muda sekalipun, dia seharusnya sudah bersyukur!”“Justru itulah Moreno tidak mau lagi dengannya. Dan pada akhirnya, dia malah menikah de

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26

Bab terbaru

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Demi Kedamaian Hidup Kita

    Savanah memeluk Storm dari belakang, mengalungkan lengannya di leher Storm, lalu berbisik lembut, “Redakan amarahmu. Langit sudah gelap, tidak baik menahan marah sampai esok hari.Kita akan membekali Sky, River, dan Aspen dengan pembelajaran bahwa jika ayahmu mendekati mereka lagi, lalu mengajak pergi bersama, mereka harus pastikan bahwa kita berdua ikut, atau setidaknya diberitahu.”Selesai berbisik, Savanah menciumi tengkuk pria itu agar amarahnya sedikit teralihkan.Benar saja, Storm mulai meletakkan ponselnya lalu memanjangkan lengannya ke arah belakang dan merangkul leher Savanah. Dia lalu membawa sang istri ke depan dan kini posisi Savanah yang didekapnya dari belakang.Seakan hasrat sudah mengambil alih, kini giliran Storm yang menciumi tengkuk Savanah setelah dia menyampirkan rambut panjang Savanah ke bahu kiri sang istri.Leher putih, mulus, dan jenjang itu begitu menggoda, membuat kemarahannya pun sedikit mereda digantikan hasrat yang mengembang apalagi rasa frustrasinya tad

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Si Bebal

    Savanah menatap Braxton yang menjawab tanpa rasa bersalah sama sekali. Pria itu malah terkesan menikmati kekesalan dan kekhawatiran Savanah.Tidak tahukah dia bahwa Savanah begitu khawatir pada River sampai-sampai dia tidak nafsu makan, bahkan tidak mengingat bagaimana Sky dan Aspen makan malam tadi. Apakah mereka makan dengan benar, dengan cukup? Atau malah mereka hanya memainkan makanan mereka?Andai bisa, Savanah rasanya ingin meninggalkan Braxton tanpa kata sama sekali dan langsung membawa anak-anak dan keluarganya masuk. Biarkan saja dia merasa tidak dianggap.Tapi ada ayah dan ibunya yang turut mendelik tajam pada Braxton. Hanya saja pria itu seakan tidak menganggap kekesalan mereka semua dengan serius. Braxton malah membiarkan wajahnya terlihat senang seperti tak ada rasa bersalah pada Savanah dan yang lainnya.Dia menunjuk sekotak hadiah besar yang dipegang River.“Kakek kenapa mengajak River jalan-jalan tidak izin dulu dengan mommy dan daddy? Asal kakek tahu, Mommy dan Daddy

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Hanya Jalan-jalan

    Storm marah. Dia pun mengajak Savanah dan anak-anak untuk segera pulang. Perjalanan yang tadinya terasa menyenangkan dengan berjalan santai bersama, kini terasa terlalu panjang seakan tak berujung.“Mommy, kenapa dengan River? Bukankah kata Mommy, kakek Braxton adalah ayahnya daddy? Mungkin saja Kakek Braxton sedang bermain bersama River.”Celotehan Sky membuat Storm terperangah. Savanah pun ikut kehilangan kata-katanya.Mereka berpandangan dan merasa sulit untuk menjelaskan pada Sky.Sudah jelas Savanah tidak ingin menjelekkan Braxton di depan anak-anak mereka. Biar bagaimanapun Braxton adalah ayahnya Storm. Tidak baik jika dia menjelekkannya di hadapan anak-anaknya.Dan sekalipun Storm tidak peduli jika sifat asli ayahnya dikuak di depan anak-anaknya, dia tetap tidak menyalahkan Savanah. Storm menghormati keputusan Savanah untuk tetap menjaga image ayahnya.Storm juga mengerti jika dari sudut pandang anak-anak, mereka masih sep

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Mau Hadiah?

    “Hei!” seru Braxton menyapa Sky dengan senyum ramah.Pria itu mengambilkan bola yang menggelinding lalu memberikannya pada Sky.“Kakek? Terima kasih.” Sky mengambil bola yang disodorkan.Braxton pun mengangguk senang dengan mata berbinar-binar.Sky lalu berbalik hendak kembali, tapi dia berhenti sejenak lalu berbalik lgi menghadap Braxton.“Kakek ... ayahnya daddyku, bukan?” tanyanya dengan polos.Hanya pertanyaan sederhana tapi Braxton terharu. Ternyata Storm masih menceritakan jati dirinya dengan benar pada anak-anaknya.“Iya, aku kakekmu.”Sky lalu tersenyum padanya dan merentangkan tangan. Braxton terkesiap melihatnya dan segera membungkukkan tubuh agar bisa dipeluk Sky.“Aku senang karena masih memiliki kakek. Jadi sekarang, kakekku ada dua. Kakek Zach dan kakek.”Braxton begitu tersentuh sampai-sampai air matanya menetes. Hatinya kembali berat ketika Sky melepaskan pelukan mereka.“Dah, Kakek. Aku mau bermain lagi.” Sky melambaikan tangan dan berlari pergi.Bergeming di tempatny

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Di Taman Bermain

    Siang yang santai, Storm mengajak anak-anak dan Savanah untuk berjalan-jalan santai sedikit jauh dari rumah. Mereka melwati pohon-pohon dengan daun yang sudah berubah beberapa warna, yang juga berguguran di jalanan.Warna kuning, merah, lalu coklat, menjadi dominan di pepohonan, menggantikan daun hijau yang menghias musim panas yang lalu.Suhu udara juga turun cukup banyak di musim gugur ini sehingga berjalan di siang hari adalah waktu yang tepat. Lagipula, siang hari menjadi lebih pendek, dan langit menggelap di sore hari.Storm merangkul Savanah yang perutnya kini sudah cukup besar. Jaket dan syal melingkupi tubuh Savanah yang kini seahri-hari mengenakan dress longgar demi kenyamanan perut besarnya. Storm sendiri hanya mengenakan sweater lengan panjang yang tidak terlalu tebal serta celana jeansnya yang berwarna biru muda, kesukaannya.Sky berjalan di depan mereka mendorong sebuah stroller yang akan ditempati Aspen jika bocah itu lelah.“Di ujung sana ada taman bermain, Daddy. Boleh

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Wajah yang Dibenci

    Miranda masih mengingat jelas bagaimana wajah Scilla saat muda, saat dia berhasil merayu Braxton untuk menikahinya dan mengusir Scilla dari rumah ini.Scilla sangat cantik dengan pembawaannya yang tenang dan bersahaja. Miranda selalu cemburu melihat Scilla yang tak pernah terlihat patah hatinya sekalipun Braxton telah jelas-jelas memperkenalkan dirinya pada Scilla.Wanita itu bagaikan putri raja yang begitu agung dan terhormat, yang hanya menatap dalam diam bagaikan air tenang yang menghanyutkan.“Aku akan menikahinya, karena dia sekarang mengandung anakku,” kata Braxton waktu itu.Raut wajah Scilla tidak berubah ketika mendengar kata-kata Braxton kala itu. Dia dengan diam berdiri dan menatap datar pada Braxton lalu Miranda.“Baiklah kalau kau ingin menikahinya, aku akan menceraikanmu.”Bahkan Miranda sangat kesal karena Braxton terus membahas kalimat Scilla waktu itu. Dia yang menceraikan Braxton, bukan dia meminta diceraikan. Hah, wanita sombong!Lebih sombong lagi karena permintaann

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Anakmu Tidak Ada yang Beres

    “Haaah ... kita lagi-lagi pulang hanya ada rumah yang kosong. Seharusnya tadi itu kau jangan banyak bicara. Sebelum Storm pulang, kita sebenarnya punya kesempatan untuk mengambil salah satu dari bocah itu!”Braxton duduk di salah satu sofa dengan raganya yang terlihat letih. Mendapati rumah ini yang hanya berisi beberapa pelayan saja, tanpa adanya Misty dan Moreno lagi, membuat hati Braxton merasa hampa.Biar bagaimana pun rumah ini terlalu besar untuk ditempati mereka berdua saja.Apalagi tadi dia sempat melihat sekilas isi dalam rumah Storm. Sekalipun perabot mereka biasa saja dan kebanyakan menggunakan perabot berbahan kayu, rumah Storm terlihat hangat.Bayangan anak-anak kecil duduk dan mengitari setiap sudut rumah, bermain sambil berlarian, bercekikikkan, berceloteh, bahkan bertengkar, membuat hati Braxton berkedut lebih sedih lagi. Dia ingin merasakan semua itu di rumahnya ini.Rasanya sungguh iri melihat teman-temannya yang lain memiliki kesibukan extra di masa tua mereka, yaitu

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Malam Dingin tapi Penuh Kehangatan Cinta

    Raut wajah Storm perlahan melunak seiring menghilangnya mobil Braxton dari pandangan mereka.Pria itu menatap anak-anaknya satu demi satu.“Kalian tidak apa-apa?” tanyanya sambil memeluk Sky dan River bersamaan.“Kami tidak apa-apa. Tapi tadi itu siapa, Dad? Kenapa mereka sepertinya ingin membawa kami pergi dari sini?”Storm tidak langsung menjawab. Dia hanya memeluk erat lalu mengecup kepala dua bocah itu satu per satu. Lalu pandangannya tertuju pada Aspen yang berada dalam gendongan Savanah.Dia pun turut memeluk Aspen lalu istri tercintanya.“Mau apa mereka?” tanyanya pada Savanah saat mengurai pelukannya.“Mereka memintaku untuk mengizinkan Sky dan River menginap di rumah ayahmu. Alasannya karena dia berhak atas mereka, karena dia adalah kakek mereka. Lalu mereka juga bilang, bahwa anak-anak berhak memilih di mana mereka ingin tinggal.”Storm meradang lagi ketika mendengar penjelasan istrinya. Bagaimana bisa ayahnya dan istri ayahnya itu tiba-tiba memiliki pikiran seperti ini? Su

  • Istri Bisu Kesayangan CEO Berandal   Kalian Tidak Berhak!

    “Hah!” Savanah tak habis pikir dengan bagaimana Braxton dan Miranda bisa datang ke rumah mereka dan mengatakan semua itu dengan lantangnya?Padahal, jika dirunut puluhan tahun ke belakang, Braxton menelantarkan Storm. Lalu mereka telah menghina Savanah saat bisu. Ada banyak pertikaian dan mereka masih berani mengatakan hal seperti ini?Di mana urat malu mereka?“Mohon maaf, Tn. Braxton, tapi putramu mengurus anak-anaknya dengan sangat baik. Jika saat kecil Storm dibuang dari rumahmu itu benar disebut ditelantarkan. Tapi anak-anakku merasakan kehangatan di rumah kami, sudah tentu mereka tidak ditelantarkan.Mereka kami rawat dengan penuh sayang. Bagaimana bisa kau mengatakan mereka terlantar?Lagipula, asal kau tahu, Tn. Braxton, Storm telah menjadi ayah yang hebat bagi mereka. Dia selalu hadir di setiap moment hidup anak-anaknya.Setiap ulang tahun mereka, dia selalu hadir. Jangankan ulang tahun, setiap sarapan dan makan malam, Storm selalu bersama kami. Bagaimana mungkin kau dengan e

DMCA.com Protection Status