Share

Bab 24 Mulai Terbiasa

Penulis: Miss han
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-19 22:00:46

Hampir dua minggu Aidan belum juga pulang. Ia pernah pulang di hari kesembilan hanya untuk berganti pakaian dan melihat Rania, setelah itu ia pergi kembali. Bahkan pulangnya tidak sampai tiga puluh menit.

Pagi itu, Rania duduk di meja makan seorang diri. Ia sudah terbiasa makan sendiri. Namun, hari ini piring nasi goreng buatannya masih utuh, hanya disentuh beberapa suap. Ia melirik ponsel, tidak ada pesan dari Aidan. Hanya notifikasi pekerjaan dan satu panggilan tak terjawab dari nomor tidak dikenal malam tadi. Mungkin salah sambung, pikirnya.

“Katanya mau jadi suami yang baik, tapi begini …” gumam Rania. Ia hanya menatap tampilan foto profil WhatsApp Aidan yang hanya menampilkan foto langit senja berlatar gedung-gedung.

Sementara itu, di sebuah apartemen mewah di daerah pusat kota, Aidan baru saja selesai mengenakan kemeja putihnya. Larissa menatapnya dengan penuh senyum sambil duduk di sofa. Matanya masih terlihat lelah. Ia memperbaiki daster satin bir
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 25 Dingin

    Rania sedikit terperanjat. Di balik kaca pintu utama kantor, Aidan berdiri dengan payung hitam di tangan. Rambutnya masih basah oleh gerimis. Ia mengenakan kemeja merah marun dan celana hitam formal, seperti biasa. Wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi. Rania berdiri pelan dan menghampiri, tanpa berkata apa-apa."Ayo pulang," ucap Aidan singkat.Rania mengangguk. Ia mengikuti langkah Aidan keluar tanpa banyak bertanya. Aidan memayungi mereka berdua. Hujan makin deras, tetapi keduanya hanya diam menyusuri trotoar menuju parkiran.Dari balik lift yang baru terbuka, Reza melangkah keluar bersama sahabat-sahabatnya yang sedang datang berkunjung. Ia refleks menoleh saat melihat sosok Rania berjalan berdua dengan Aidan di luar gedung yang hanya dipisahkan dengan dinding kaca yang cukup tebal."Kayaknya itu tim kamu, kan?" tanya Reza sambil menunjuk ke arah Rania dan Aidan."Kayaknya gue kenal laki-laki yang pegang payung deh. Mirip kayak Aidan anak Pak Bima, pewaris Bima Grup," ujar pria di

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 26 Penguntit

    Di dalam mobil, hujan masih turun rintik-rintik. Wiper bekerja konstan, membelah tetes-tetes air di kaca depan. Aidan menyetir tanpa suara. Di sebelahnya, Rania juga tidak membuka pembicaraan. Ia masih menatap ke luar jendela, seolah pemandangan malam dan jalanan basah lebih menarik daripada percakapan yang sulit ditebak arahnya.Sampai tiba-tiba, Aidan tersadar sesuatu. Ia melirik ke spion tengah. Dahinya berkerut, sebuah sedan hitam tampak melaju stabil di belakang mereka. Lampunya redup, jarak yang tercipta pun cukup jauh dan tidak mencolok, tetapi kecepatannya cukup konsisten untuk menimbulkan curiga. Ia bolak-balik melirik spion samping. Mobil itu masih mengikuti.“Rania,” ucapnya pelan.Rania menoleh. “Ya?”“Kamu bawa HP?”“Bawa.” Rania mengeluarkan ponselnya dari tas.“Matikan lokasinya. Tolong matikan juga lokasi di HP-ku.” Tangan Aidan terulur dan menyerahkan HP yang sejak tadi diletakkan di laci mobil.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 27 Sakit?

    Rania merebahkan diri di samping Aidan. Matanya masih menatap langit-langit kamar yang temaram.“Kamu takut?” tanya Aidan tiba-tiba.“Enggak. Kenapa aku harus takut?”Aidan menoleh, ia penasaran tentang sikap Rania yang lebih tenang dari terakhir kali mereka bertemu.“Kamu kenapa?” tanya Aidan lirih saat Rania hendak memejamkan mata.“Hah?” Reflek Rania segera membuka mata dan memiringkan tubuhnya menghadap Aidan.“Aku? kenapa?” tanya Rania cepat dan penuh rasa penasaran.“Ah, enggak. Aku hanya penasaran kamu malam ini kenapa?”“Iya, maksudnya aku kenapa apanya?”“Ah, sudahlah. Tidur sana!”“Ck …” decak Rania. “Aneh!” Ia menarik selimut dan menutupi hingga ujung kepala. Aidan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.Aidan duduk di ujung ranjang dengan tubuh yang lelah, tetapi otaknya terus bekerja mencoba menganalisis apa yang terjadi malam itu dan siapa dalangnya. Ponselnya terus menampilkan feed dari kamera pengawas. Sesekali ia menoleh ke arah Rania yang sudah tertidur dengan n

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 28 Cemas

    Suasana kantor pagi itu masih ramai oleh karyawan yang baru datang. Di ruangan lantai tiga, Reza duduk di ruangannya dengan mata terpaku ke layar laptop. Ia tengah menyiapkan materi presentasi untuk rapat penting siang nanti. Di luar ruangannya, Tia dan beberapa karyawan lain bergerombol dengan suasana sedikit panik. Wajah-wajah mereka terlihat serius. Reza mendongak saat samar-samar mendengar nama Rania disebut.“Iya tadi dari Mbak Ratna. Mbak Ratna ada di TKP, langsung dibawa ke RS,” ucap Tia ke temannya.Langkah Reza terhenti. Ia langsung bangkit dari kursinya dan membuka pintu.“Tia, ulangi. Siapa yang kecelakaan?” tanyanya cepat.Tia kaget melihat Reza berdiri di hadapannya. “R-Rania, Pak. Tadi katanya ojek yang ditumpanginya diserempet mobil di persimpangan. Saya dengar dari Mbak Ratna.”“Ratna HR kita? Dia kata siapa?”“Mbak Ratna ada di TKP, Pak.”Lalu tanpa pikir panjang Reza segera merogoh HP yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 29 Aidan Aneh

    “Reza?” bentak Aidan. Seketika ia melangkah cepat, menarik bahu Reza dan mendorong pria itu menjauh dari Rania.Reza terpental sedikit ke belakang. “Aidan?!”“Lo ngapain cium-cium istri gue?” Suara Aidan tajam, penuh amarah.“Istri? Bukannya sepupu?” balas Reza pura-pura tidak tahu.“Dia istri gue. Nyonya Aidan!”Reza tertawa mencibir, berpura-pura tidak percaya.Rania menjerit kecil, “Stop! Tolong, kalian jangan berantem di sini. Aku pusing!”Aidan mendekat ke ranjang, merogoh saku untuk mengambil sapu tangan. Ia segera mengelap dahi istrinya yang tadi dicium Reza. “Kamu enggak apa-apa?”Rania mengangguk, masih tertegun dengan situasi ini.Aidan menatap Reza tajam. “Keluar dari sini. Sekarang!”Reza tidak bergeming. “Aku akan tetap di sini. Aku bosnya Rania.”Aidan hendak memukul Reza, tetapi mendengar Rania merintih, niat itu diurungkan. “Kamu ingat siapa yang nabrak?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 30 Rekan Kerja

    Pemandangan pagi Rania sudah beberapa hari ini adalah Aidan yang fokus dengan laptop dan tumpukan berkasnya. Ia menikmati dalam diam dan kepura-puraan. Aidan yang kacamatanya turun sedikit menoleh ke arah Rania yang curi-curi pandang. “Kenapa?”Belum sempat Rania menjawab, pintu ruang perawatan diketuk pelan.“Itu …” ucap Rania pelan sambil menunjuk ke arah pintu dengan dagu. Aidan menoleh sejenak dan tidak lama pintu pun terbuka menampilkan seorang wanita muda dengan blouse biru dan celana panjang hitam berdiri membeku di ambang pintu.“Permisi. Rania?” sapa perempuan itu hati-hati.“Tia?” Rania mendelik dan menatap Aidan bergantian dengan Tia. “Kamu ngapain?”Tia melirik sekeliling ruangan dengan takjub. “Astaga, ini kamar rumah sakit? Kirain kamar hotel bintang lima.”Ia berjalan cepat ke arah ranjang. “Kamu gimana kondisinya? Jujur aku tadi hampir enggak percaya kalau kamu dirawat di ruangan ini. Gila mewah banget,” cerocos Tia seperti kereta api.Rania hanya tersenyum canggung.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 31 Curiga

    “Maaf, harusnya aku enggak biarin dia di sini,” gumam Rania.Aidan hanya menggeleng. “Bukan salah kamu! Dia aja yang kegatelan!”Ponsel Aidan tiba-tiba bergetar. Ia mengangkatnya dan menjauh sebentar. Tidak lama setelah menerima panggilan itua, ia kembali dengan tegang.“Aku baru dapet kabar dari orangku,” ucapnya sambil menatap Rania.Rania menatapnya bingung. “Kabar apa?”“Orang yang ngikutin kita malam itu, ternyata orang itu juga yang nabrak kamu.”Rania membelalak. “Serius?”Aidan mengangguk pelan. “Aku udah minta orangku urus semuanya. Kita akan tahu siapa yang nyuruh dia.”Rania menggenggam selimut erat. Ketakutan mulai mengalir ke dalam dirinya, hidupnya yang dulu aman-aman saja meski penuh derita, berubah dalam sekejap setelah menikah. Aidan menghampiri Rania dan mengecup keningnya.“Semua akan membaik,” ucapnya pelan.****Mobil hitam itu melaju cepat di lorong sempit pinggiran kota, melewati gang-gang kecil sebelum akhirnya berhenti di sebuah rumah tua yang tampak kosong. N

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 32 Perhatian

    Setelah pintu apartemennya tertutup rapat dan langkah Aidan terdengar menghilang di lorong, Larissa terduduk di sofa. Jantungnya berdegup kencang dengan tangan gemetar menahan napas yang tak beraturan.“Bodoh … aku bodoh banget …” desisnya sambil menepuk dahinya sendiri.Ia menggenggam foto Rania dengan tangan berkeringat, lalu bergantian menatap tulisan ancaman itu lagi. Tulisan yang bahkan ia tahu siapa penulisnya. Tidak semua orang bisa mengenalinya, tetapi ia kenal sangat baik. Tulisan tangan itu penuh tekanan, miring ke kiri, dan selalu sedikit berantakan.Larissa bangkit, ia melangkah ke kamar, dan tergesa mengganti. Disambarnya kunci mobil pemberian Aidan, ia harus menemui seseorang.Hampir menjelang pagi ketika Larissa menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe kecil yang sudah tutup. Namun, lampu di lantai dua masih menyala. Ia mengetuk pintu belakang dengan ritme ketukan yang ia dan orang tersebut yang tahu. Tidak lama pintu pun terbuka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25

Bab terbaru

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 35 Teror Lagi

    Aidan memicingkan mata, mencoba mengingat lebih dalam. Postur tubuh itu terlihat sangat familiar, caranya berdiri, dan bahkan sedikit dari gaya berpakaiannya,bsemua terasa sangat pernah dilihatnya. "Beri saya rekaman videonya," perintah Aidan. Adi cepat-cepat memutar rekaman cctv yang didapat. Meski wajahnya tertutup, Aidan merasa yakin siapa wanita itu. "Kalina," gumamnya. Adi mengangkat alis. "Siapa Bos, Bos kenal?" Aidan mengangguk perlahan. "Pantau Kalina Hermawan, tapi jangan sampai dia tahu. Aku mau semua gerak-geriknya diawasi, apalagi kalau dia mendekati istriku." "Baik, Bos." Aidan memejamkan mata sejenak, pikirannya melayang pada Rania. Ada sesuatu yang tidak beres dengan istrinya. Ia harus mencari tahu masa lalu Rania. Selama ini dugaannya hanya sebatas lawan bisnis dan Larissa, tetapi ada satu lagi yang membuatnya tidak habis pikir. Kalina Hermawan orang yang seharusnya menjadi orang terdekat Rania. *** Sementara itu, di perumahan, Rania sedang duduk santai di tam

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 34 Siapa Tersangkanya?

    Sudah tiga hari Aidan bekerja dari rumah. Setiap hari ada saja pegawainya yang datang membawa berkas, laptop meeting, atau bahkan laporan urgent yang butuh tanda tangan langsung Aidan. Ruang tamu berubah fungsi menjadi ruang kerja dadakan, membuat Rania yang seharusnya istirahat malah merasa terganggu.Siang itu, setelah salah satu staf Aidan datang lagi dengan setumpuk dokumen, Rania tak tahan. Ia menunggu sampai staf itu pergi sebelum akhirnya menghela napas berat."Dan … Eh Mas Aidan." Rania memanggil pelan.Aidan yang masih duduk sambil mengetik cepat di laptop hanya mengangkat kepalanya sedikit. "Hm?""Aku ngerasa nggak enak kalau kamu terus kerja di rumah. Kamu mendingan kerja di kantor aja."Aidan menghentikan ketikannya, ia memandang Rania penuh tanya."Kenapa?" tanyanya tenang.“Aku jadi merasa bersalah sama kamu dan pegawai kamu. Mereka repot-repot ke sini cuma untuk tanda tangan kamu. Padahal biasanya itu bisa dilakukan di kantor. Jadi buang-buang waktu enggak, sih?”Aida

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 33 Sepupu

    Rania melirik sekilas. “Ini … kamu yang nyiapin?”Aidan berjalan ke arah dapur tanpa menoleh. “Nggak mungkin kucing, kan.”Tidak ada nada hangat, tetapi Rania kini tahu mungkin itu cara Aidan menunjukkan perhatiannya. Tidak lama kemudian, Aidan kembali membawa semangkuk bubur dan secangkir teh. Ia meletakkannya di atas meja depan Rania.“Makan dulu. Dokter bilang kamu belum boleh makan yang aneh-aneh.”Rania menatap bubur itu dengan dahi berkerut lalu bergantian menatap Aidan yang duduk di seberang sambil membuka laptopnya. “Kamu masak?”Aidan mengangkat bahu. “Daripada kamu pesan makanan aneh terus, mending aku yang masak.”Nada suaranya tetap tenang, dingin, dan tidak ada basa-basi. Setelah makan, Aidan berdiri dan mengambil bantal kecil dari sofa.“Tidur di kamar. Nggak usah banyak gerak. Aku pindahin kerjaan ke rumah sementara, biar kamu nggak repot ngapa-ngapain.”“Tumben perhatian,” ucap Rania setenga

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 32 Perhatian

    Setelah pintu apartemennya tertutup rapat dan langkah Aidan terdengar menghilang di lorong, Larissa terduduk di sofa. Jantungnya berdegup kencang dengan tangan gemetar menahan napas yang tak beraturan.“Bodoh … aku bodoh banget …” desisnya sambil menepuk dahinya sendiri.Ia menggenggam foto Rania dengan tangan berkeringat, lalu bergantian menatap tulisan ancaman itu lagi. Tulisan yang bahkan ia tahu siapa penulisnya. Tidak semua orang bisa mengenalinya, tetapi ia kenal sangat baik. Tulisan tangan itu penuh tekanan, miring ke kiri, dan selalu sedikit berantakan.Larissa bangkit, ia melangkah ke kamar, dan tergesa mengganti. Disambarnya kunci mobil pemberian Aidan, ia harus menemui seseorang.Hampir menjelang pagi ketika Larissa menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe kecil yang sudah tutup. Namun, lampu di lantai dua masih menyala. Ia mengetuk pintu belakang dengan ritme ketukan yang ia dan orang tersebut yang tahu. Tidak lama pintu pun terbuka

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 31 Curiga

    “Maaf, harusnya aku enggak biarin dia di sini,” gumam Rania.Aidan hanya menggeleng. “Bukan salah kamu! Dia aja yang kegatelan!”Ponsel Aidan tiba-tiba bergetar. Ia mengangkatnya dan menjauh sebentar. Tidak lama setelah menerima panggilan itua, ia kembali dengan tegang.“Aku baru dapet kabar dari orangku,” ucapnya sambil menatap Rania.Rania menatapnya bingung. “Kabar apa?”“Orang yang ngikutin kita malam itu, ternyata orang itu juga yang nabrak kamu.”Rania membelalak. “Serius?”Aidan mengangguk pelan. “Aku udah minta orangku urus semuanya. Kita akan tahu siapa yang nyuruh dia.”Rania menggenggam selimut erat. Ketakutan mulai mengalir ke dalam dirinya, hidupnya yang dulu aman-aman saja meski penuh derita, berubah dalam sekejap setelah menikah. Aidan menghampiri Rania dan mengecup keningnya.“Semua akan membaik,” ucapnya pelan.****Mobil hitam itu melaju cepat di lorong sempit pinggiran kota, melewati gang-gang kecil sebelum akhirnya berhenti di sebuah rumah tua yang tampak kosong. N

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 30 Rekan Kerja

    Pemandangan pagi Rania sudah beberapa hari ini adalah Aidan yang fokus dengan laptop dan tumpukan berkasnya. Ia menikmati dalam diam dan kepura-puraan. Aidan yang kacamatanya turun sedikit menoleh ke arah Rania yang curi-curi pandang. “Kenapa?”Belum sempat Rania menjawab, pintu ruang perawatan diketuk pelan.“Itu …” ucap Rania pelan sambil menunjuk ke arah pintu dengan dagu. Aidan menoleh sejenak dan tidak lama pintu pun terbuka menampilkan seorang wanita muda dengan blouse biru dan celana panjang hitam berdiri membeku di ambang pintu.“Permisi. Rania?” sapa perempuan itu hati-hati.“Tia?” Rania mendelik dan menatap Aidan bergantian dengan Tia. “Kamu ngapain?”Tia melirik sekeliling ruangan dengan takjub. “Astaga, ini kamar rumah sakit? Kirain kamar hotel bintang lima.”Ia berjalan cepat ke arah ranjang. “Kamu gimana kondisinya? Jujur aku tadi hampir enggak percaya kalau kamu dirawat di ruangan ini. Gila mewah banget,” cerocos Tia seperti kereta api.Rania hanya tersenyum canggung.

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 29 Aidan Aneh

    “Reza?” bentak Aidan. Seketika ia melangkah cepat, menarik bahu Reza dan mendorong pria itu menjauh dari Rania.Reza terpental sedikit ke belakang. “Aidan?!”“Lo ngapain cium-cium istri gue?” Suara Aidan tajam, penuh amarah.“Istri? Bukannya sepupu?” balas Reza pura-pura tidak tahu.“Dia istri gue. Nyonya Aidan!”Reza tertawa mencibir, berpura-pura tidak percaya.Rania menjerit kecil, “Stop! Tolong, kalian jangan berantem di sini. Aku pusing!”Aidan mendekat ke ranjang, merogoh saku untuk mengambil sapu tangan. Ia segera mengelap dahi istrinya yang tadi dicium Reza. “Kamu enggak apa-apa?”Rania mengangguk, masih tertegun dengan situasi ini.Aidan menatap Reza tajam. “Keluar dari sini. Sekarang!”Reza tidak bergeming. “Aku akan tetap di sini. Aku bosnya Rania.”Aidan hendak memukul Reza, tetapi mendengar Rania merintih, niat itu diurungkan. “Kamu ingat siapa yang nabrak?”

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 28 Cemas

    Suasana kantor pagi itu masih ramai oleh karyawan yang baru datang. Di ruangan lantai tiga, Reza duduk di ruangannya dengan mata terpaku ke layar laptop. Ia tengah menyiapkan materi presentasi untuk rapat penting siang nanti. Di luar ruangannya, Tia dan beberapa karyawan lain bergerombol dengan suasana sedikit panik. Wajah-wajah mereka terlihat serius. Reza mendongak saat samar-samar mendengar nama Rania disebut.“Iya tadi dari Mbak Ratna. Mbak Ratna ada di TKP, langsung dibawa ke RS,” ucap Tia ke temannya.Langkah Reza terhenti. Ia langsung bangkit dari kursinya dan membuka pintu.“Tia, ulangi. Siapa yang kecelakaan?” tanyanya cepat.Tia kaget melihat Reza berdiri di hadapannya. “R-Rania, Pak. Tadi katanya ojek yang ditumpanginya diserempet mobil di persimpangan. Saya dengar dari Mbak Ratna.”“Ratna HR kita? Dia kata siapa?”“Mbak Ratna ada di TKP, Pak.”Lalu tanpa pikir panjang Reza segera merogoh HP yan

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 27 Sakit?

    Rania merebahkan diri di samping Aidan. Matanya masih menatap langit-langit kamar yang temaram.“Kamu takut?” tanya Aidan tiba-tiba.“Enggak. Kenapa aku harus takut?”Aidan menoleh, ia penasaran tentang sikap Rania yang lebih tenang dari terakhir kali mereka bertemu.“Kamu kenapa?” tanya Aidan lirih saat Rania hendak memejamkan mata.“Hah?” Reflek Rania segera membuka mata dan memiringkan tubuhnya menghadap Aidan.“Aku? kenapa?” tanya Rania cepat dan penuh rasa penasaran.“Ah, enggak. Aku hanya penasaran kamu malam ini kenapa?”“Iya, maksudnya aku kenapa apanya?”“Ah, sudahlah. Tidur sana!”“Ck …” decak Rania. “Aneh!” Ia menarik selimut dan menutupi hingga ujung kepala. Aidan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.Aidan duduk di ujung ranjang dengan tubuh yang lelah, tetapi otaknya terus bekerja mencoba menganalisis apa yang terjadi malam itu dan siapa dalangnya. Ponselnya terus menampilkan feed dari kamera pengawas. Sesekali ia menoleh ke arah Rania yang sudah tertidur dengan n

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status