Alex mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, tentu saja karena takut terjadi sesuatu kepada Selena jika sampai terlambat datang menyelamatkan gadis itu. Ponsel yang berada di dashboard berdering, Alex menjawab tapi menggunakan pengeras suara.
“Halo.”
“Kami melihat mobil Selena, ada satu motor yang mensejajarinya.” Suara bawahan Alex terdengar dari seberang mereka. “Kami belum bisa mengejarnya.”
Alex semakin memacu mobilnya, kini tak tahu pasti di mana posisi Selena. Hingga bawahannya mengatakan jika mereka sampai di salah satu jalan perempatan dan kemungkinan Selena akan terjebak di lampu merah. Alex memperhatikan jalan, hingga sadar jika yang dilalui secara tak langsung mengarah ke Selena berkendara.
“Dia menambah kecepatan!” Suara bawahan Alex terdengar panik.
“Sial! Tetap di belakangnya!” Alex mengakhiri panggilan itu.
Pria itu menginjak pedal rem begitu dalam, membuat mobil
Alex meminta salah satu anak buahnya untuk mengemudikan mobil agar bisa segera memberi pertolongan pada Selena, sedangkan yang lain mengurus mobil Alex dan pemotor yang entah bagaimana nasibnya di tangan anak buah putra Sean Sayaka itu.Alex memeluk Selena, satu tangan menekan kain yang digunakan untuk menutup luka tembak di bahu gadis itu, ditatapnya Selena yang masih sadar tapi memejamkan mata seraya merintih menahan sakit.“Bertahanlah,” bisik Alex dengan terus menekan luka di bahu Selena agar tak semakin mengeluarkan darah.“Hubungi Albert, minta dia siapkan tempat untuk Selena!” perintah Alex kepada anak buahnya yang sedang menyetir.Anak buah Alex mengangguk, lantas segera melakukan apa yang diperintahkan oleh pria itu.Mobil yang membawa Selena melesat ke sebuah rumah sakit yang tak terlalu besar di kota itu. Rumah sakit milik teman orangtua Alex, di mana salah satu dokter di sana adalah teman Alex juga.Begitu
Di negara belahan dunia lain. Gadis bernama Sheena yang baru saja ditemui dan membuat Archie penasaran, tampak berjalan membawa sekarung buah ke salah satu pedagang langganan yang biasa membeli hasil kebunnya.“Sheena. Aku pikir kamu tidak datang.” Pedagang wanita berumur paruh bayar itu tersenyum hangat melihat kedatangan Sheena.Gadis bernama Sheena itu tersenyum, kemudian meletakkan karung berisi buah masuk ke toko kecil milik wanita paruh baya itu. Dia terlambat datang karena tadi dihadang oleh Archie yang hanya ingin mengetahui namanya.“Ada kendala tadi di jalan, sehingga sedikit terlambat,” ucap Sheena menjelaskan.“Apa Whalle kabur lagi?” tanya wanita paruh baya itu menatap Sheena.Sheena tersenyum dan menjawab, “Bukan, tapi ada masalah lain yang menghambat.” Tentu saja yang dimaksud olehnya adalah Archie, mengganggu perjalannya menuju pasar di kota kecil itu, hanya karena sebuah nama.
Selena mulai menggerakkan kelopak mata setelah beberapa jam tertidur. Dia merasa bibirnya begitu kelu untuk bicara, kelopak mata terasa berat untuk dibuka, hingga akhirnya dia terus mencoba memaksa agar bisa terbuka lebar.Selena merasa kepalanya begitu berat, hingga saat menggerakkan tangan kanan merasa bahunya begitu sakit.“Akh!” Selena memekik, lantas urung menggerakkan tangan. Meringis karena tangannya begitu sakit.Alex terbangun saat mendengar suara Selena. Dia sejak semalam tertidur dengan posisi duduk di kursi sebelah ranjang. Alex langsung berdiri begitu melihat pergerakan dari Selena, kini berada di samping ranjang untuk menanyakan kondisi gadis itu.“Bagaimana perasaanmu? Akan aku panggilkan perawat.” Alex pun menekan tombol untuk memanggil perawat yang berjaga. Kemudian kembali memperhatikan Selena yang menahan sakit.Selena belum menjawab pertanyaan Alex, kelopak mata belum bisa terbuka sempurna untuk melihat w
“Baik Bibi. Bibi jangan cemas, aku akan menjaga dia dengan baik, setidaknya sampai Paman pulang.”Alex berdiri di dekat jendela, satu tangan memegang ponsel yang menempel di telinga. Dia sedang bicara dengan Evelia, karena wanita itu menghubungi untuk menanyakan keberadaan Selena yang malam tadi kabur lagi. Dalam hal ini Alex tidak bisa berbohong akan kondisi dan hal yang menimpa Selena, karena Evelia sendiri tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, hingga membuat Alex berpikir untuk jujur agar wanita itu tidak semakin cemas.“Bibi percaya padamu, Lex. Tolong jaga dia untuk sementara,” pinta Evelia dari seberang panggilan.“Tentu.” Panggilan itu pun berakhir, Alex menatap layar ponsel di mana nama Evelia tampak di layar.Alex kemudian menoleh Selena yang duduk di ranjang menatap dirinya, gadis itu tampak menunggu Alex memberitahu apa saja yang dibicarakan dengan Evelia.“Mommy bilang apa?” tanya Selen
Evelia pergi ke rumah orangtua Alex ketika matahari sudah menampakkan diri di ufuk timur. Dia merasa cemas akan hal yang menimpa putrinya, Evelia tidak ingin terjadi sesuatu kepada gadisnya.“Ada apa? Kenapa kamu datang sepagi ini dan tampak begitu cemas?” tanya Claira—Ibu Alex saat melihat Evelia sudah duduk di ruang tamu dan menunggu.Claira dan Sean masih tidur saat pelayan rumah mengetuk pintu dan menyampaikan jika Evelia datang.Sean pun terkejut dan duduk bersama istrinya untuk mendengar maksud kedatangan Evelia ke sana.Evelia menatap Claira dan Sean bergantian, sungguh tidak tahu harus memulai dari mana untuk bicara. Dia tidak memiliki siapa-siapa selain orangtua Alex, sebab itulah Evelia pasti akan datang ke rumah itu jika ada masalah.“Ini tentang Selena,” ucap Evelia.Claira dan Sean saling tatap, sebelum kemudian memandang Evelia bersamaan.“Ada apa dengan Selena?” tanya Sean penas
Pernah ada sebuah impian, di mana dalam sebuah ingatan itu terpatri indah akan sebuah janji yang belum pasti akan ditepati. Meski hanya setitik, dia masih berharap jika janji itu benar, bahwa tangan yang dulu selalu menggenggamnya itu akan membawa dan menuntun ke sebuah altar juga impian yang indah.“Kapan aku berjanji akan menikahimu?” tanya Alex yang memang tidak ingat jika pernah mengucapkan janji kepada Selena.“Kamu lupa atau pura-pura lupa!” sembur Selena kesal.“Lupa,” ucap Alex dengan jujurnya.Selena geram karena Alex berkata lupa, sedangkan dia berharap pria itu hanya pura-pura lupa.“Musim dingin, di bawah pohon natal. Aku bertanya, apa kamu mau menikahiku karena itu impianku, lalu kamu menjawab jika akan menikahiku jika sudah dewasa. Kamu bahkan berjanji takkan lupa. Nyatanya malah kamu tidak menikahiku, tapi terus bermain-main dengan banyak wanita!” gerutu Selena begitu selesai mengingatk
Selena duduk bersandar head board sambil menatap Evelia. Wanita yang sudah melahirkannya itu sejak tadi hanya diam dan tidak mengucapkan satu kata pun.“Mom marah denganku?” tanya Selena, mencoba melihat tatapan Evelia yang tertunduk .Evelia menarik napas panjang, lantas mengembuskan perlahan. Dia menatap Selena yang sejak tadi sudah memandang.“Mom and Dad, sudah memutuskan untuk menjodohkanmu, menikahkanmu secepat mungkin,” ujar Evelia menyampaikan hal yang seharusnya akan disampaikan jika sang suami sudah pulang. Namun, kejadian yang dialami Selena membuat Evelia berpikir untuk memberitahu terlebih dahulu agar Selena mengerti.Selena terkejut dengan kedua bola mata membulat lebar, menatap Evelia dengan rasa tidak percaya karena akan dijodohkan.“Aku tidak mau menikah karena perjodohan!” tolak Selena dengan suara begitu keras, bahkan suaranya menggema hingga keluar ruangan.Di luar ruangan Alex dan yang lain langsung menatap ke arah pintu kamar gadis itu, ketiganya hanya bisa diam
Archie baru saja turun dari pesawat dan langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Selena. Dia berjalan dengan tergesa-gesa di koridor rumah sakit, hingga langkah terhenti saat melihat kedua orangtuanya juga ada di sana.“Mati aku!” Archie memejamkan mata, kemudian memutar langkah untuk menghindari kedua orangtuanya.Claira yang sedang memalingkan wajah, melihat sosok putra keduanya yang sedang memutar badan. Wanita itu langsung berdiri dan meneriaki nama putranya itu.“Archie!” Sean dan Alex langsung memandang ke arah Claira melihat, mereka melihat pemegang nama termuda di keluarga Sayaka itu di koridor rumah sakit.Archie memejamkan mata sekilas seraya mendesis pelan, lantas memutar badan lagi dan kini tersenyum lebar ke arah tiga keluarganya. Akhirnya dengan terpaksa Archie berjalan mendekat ke arah keluarganya itu, dia menggaruk kepala tidak gatal berulang kali.Claira senang melihat putranya itu akhirnya pulang, tapi kemudian merasa kesal karena pastinya Archie langsung
Lima tahun kemudian.“Alex.” Suara itu terdengar begitu berat karena napas yang tersengal.Selena memeluk erat tubuh pria yang sangat dicintai dan menikahinya sejak lima tahun lalu itu. Napasnya terengah saat tubuhnya terus dipacu dan membuat gairahnya semakin memuncak untuk menuntuk dibebaskan.Alex tengah memacu tubuh sang istri yang berada di bawah kungkungannya, peluh bermanik di wajah dan seluruh tubuh, napasnya memburu hingga dada naik turun tak beraturan.Suara desahan terdengar begitu merdu mengiringi kegiatan mereka, Selena yang selalu bersikap aktif saat bercinta, mampu membuat Alex bergairah dan mencapai klimaksnya.Sentakkan itu terasa penuh di rongga yang sudah basah akan cairan, membuat sang empu pemilik rongga mendongak karena penuh dan sesak yang terasa.Lima belas menit berlalu mereka melakukan penyatuan, hingga gelombang besar datang dan menggulung mereka, meluapkan hasrat yang menggunung dan membebaskan mereka dari cengkraman gairah.Selena menatap wajah lelah suami
Carly terlihat baru saja keluar dari sebuah hotel setelah menghadiri sebuah pesta, ketika baru saja masuk mobil yang terparkir, mata pistol langsung menempel di pelipisnya.Carly tampak terkejut, lantas melirik ke samping di mana ada seseorang yang ternyata duduk di sana dan mengarahkan pistol ke keningnya.“Sudah kuduga itu kamu,” ucap Carly dengan senyum tipis di wajah.“Terkejut aku masih hidup?” Alex bersiap menarik pelatuk.“Tidak, untuk apa aku terkejut.” Carly terlihat begitu santai meski kini ada pistol yang siap memuntahkan timah panas ke kepalanya.Alex menyeringai, tidak menyangka jika Carly bisa terlihat begitu tenang setelah semua perbuatan yang dilakukannya. Alex sudah mendapatkan informasi jika orang-orang yang menyerangnya adalah anak buah Carly, membuatnya juga murka karena anak buah Carly juga telah menyerang Sheena.“Setelah semua yang kamu perbuat, tampaknya aku tidak bisa berdiam
Selena terus menatap wajah Alex, sungguh tidak menyangka dirinya masih diberi kesempatan melihat pria itu lagi.Mereka kini berada di kamar berdua karena Alex ingin istirahat, Archie dan kedua orangtua Alex pun membiarkan Selena masih di sana bersama Alex.“Kamu tahu betapa cemasnya aku saat tahu kamu hilang.” Selena menggenggam telapak tangan Alex erat seolah tidak ingin melepasnya.“Maaf, karena semuanya terjadi begitu cepat,” ucap Alex yang merasa bersalah karena semua orang mencemaskan dirinya.Selena tersenyum hangat, tatapannya tertuju ke genggaman tangan Alex.Alex sendiri tidak pernah melihat senyum sehangat dan setenang itu dari Selena, terakhir kali adalah sebelum Nathan meninggal.“Lex, apa kamu benar-benar akan menikahiku? Aku tahu ini bukan waktu yang pas, tapi aku hanya ingin memastikan,” ucap Selena sambil memandang Alex.Alex terlihat gusar, di satu sisi dirinya sudah berjanji ke orangtua Selena dan orangtuanya jika akan menikahi Selena, tapi di sisi lain dirinya juga
Pria itu menarik Sheena dari bawah ranjang meski Sheena terus memberontak.“Tutup pintunya!” perintah pria itu kepada temannya yang berjaga di pintu.Pintu itu tertutup, hingga pria yang ternyata adalah pemburu Alex yang menginginkan Sheena, kini tersenyum melihat wajah ketakutan Sheena.Pria itu melempar tubuh Sheena di ranjang, sebelum kemudian mengukung tubuh wanita itu dengan kedua tangan Sheena yang ditahan di atas kepala.“Lepas!” Sheena terus memberontak tapi semua sia-sia.Pria itu menyeringai, puas saat melihat wajah ketakutan Sheena serta pemberontakan gadis itu.“Kamu tidak mau aku ajak baik-baik, jadi jangan salahkan aku jika memaksamu,” ucap pria itu masih dengan seringai jahatnya.“Dasar bajingan! Lepaskan aku!” umpat Sheena terus memberontak.“Lepas? Boleh, tapi setelah aku terpuaskan,” ujar pria itu lantas menarik paksa pakaian bagian atas milik Sheena.Sheena sangat terkejut, kini tubuh bagian atasnya terbuka dan memperlihatkan kulit mulusnya, serta ada bekas merah ke
Selena berdiri dengan wajah gusar dan tatapan penuh kecemasan. Ditatapnya landasan pacu di hadapannya itu dengan hati penuh kegelisahan. Menanti seseorang yang sangat dicintainya, menunggu rasa rindu dan kekhawatiran itu dilepas ke sang pemilik hati.Hingga pesawat pribadi terlihat mulai turun di landasan pacu bandaran itu. Selena menegakkan badan, begitu juga dengan Archie dan yang lainnya. Mereka menunggu kedatangan Alex.Saat pesawat itu mendarat, serta tangga mulai dipasang dan pintu terbuka. Selena menatap cemas serta berharap jika keinginannya untuk bertemu Alex terkabul. Ketika sosok yang ingin dilihatnya tampak keluar dari pesawat dan kini menuruni anak tangga.Archie juga kedua orangtuanya terlihat begitu lega melihat Alex yang akhirnya kembali, mereka tersenyum penuh rasa haru karena masih diberi kesempatan melihat pria itu.Selena ingin menangis tapi juga merasa bahagia, hingga gadis itu berlari dengan kencang, menghampiri Alex yang baru saja menginjakkan kaki di aspal.Sel
Selena masih termangu di kamarnya, waktu menunjukkan tengah malam tapi dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Alex. Buliran kristal bening terus luruh, Selena benar-benar tidak akan bisa hidup tanpa Alex. Dia menyesal karena tidak melihat wajah pria itu sebelum Alex menghilang.“Alex, jangan sampai terjadi sesuatu denganmu.” Selena mengusap pipi yang basah dengan air mata.Saat kekalutan melanda, ponsel Selena berdering dan terpampang nama Archie di sana. Gadis itu buru-buru menjawab karena berharap ada berita baik tentang Alex.“Archie, apa kamu menemukan Alex?” tanya Selena begitu menjawab panggilan itu.“Ya, Alex selamat. Sekarang dia dalam penjemputan dan setelah itu akan langsung pulang untuk berkumpul dengan kita,” jawab Archie dari seberang panggilan.Darah Selena mendesir mendengar kabar itu, air mata semakin tumpah karena rasa bahagia akan kelegaan yang sedang dirasakan. Doanya sepanjang malam tidak sia-sia karena akhirnya Alex ditemukan dalam kondisi selamat.“Kapan di
Satu malam mampu menyatukan dua insan yang awalnya tidak kenal. Mereka melakukannya atas dasar suka, bukan cinta yang biasa diharapkan oleh orang. Mungkin tidak bagi Sheena, dia benar-benar jatuh hati kepada Alex sejak pandangan pertama.“Aku sudah menghubungi nomor yang kamu minta, dia akan mengirimkan helikopter di tempat yang sudah aku minta,” ujar Sheena saat dirinya masih berada di dalam pelukan Alex.“Ikutlah denganku, Shee.” Alex mengecup pucuk kepala Sheena setelah selesai bicara.Keduanya berbaring di atas jerami yang tertutup kain, Sheena menatap Alex yang terus memandangnya.“Aku tidak bisa, Lex. Mungkin tidak untuk saat ini,” ucap Sheena. Banyak hal yang membuatnya tidak bisa meninggalkan desa itu.“Tapi kamu akan lebih aman ikut denganku, Shee.” Alex cemas jika sampai pria yang memburunya, kembali mendatangi Sheena.“Jika aku tiba-tiba pergi, warga di sini akan curiga, padahal mereka sudah mati-matian membelaku. Mungkin akan lebih baik jika kamu keluar dulu dari desa ini
“Kamu baik-baik saja? Maaf sudah melibatkanmu sampai seperti ini.” Alex menatap Sheena yang baru saja datang dan membawakan makanan untuknya.Sheena tersenyum menanggapi ucapan Alex. Memilih meletakkan nampan yang dibawa di atas tumpukan jerami, sebelum kemudian duduk berhadapan dengan pria yang ditolongnya itu.“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Sheena mengusap hidung yang terasa berair. “Bukankah aku sudah bilang jika akan menanggung semua resiko karena telah menolongmu. Mungkin ini adalah salah satu bukti jika aku serius.”Sheena tersenyum getir saat mengingat kejadian yang menimpanya, tapi jelas dia tidak menyalahkan Alex atas semua kejadian hari ini.Alex menatap Sheena begitu dalam, bertanya-tanya kenapa Sheena sangat melidunginya, sedangkan mereka saja baru bertemu dan kenal secara tidak sengaja.Sheena mengangkat teko untuk menuangkan minum ke cangkir, tapi pergerakan tangan terhenti karena Alex menahan tangannya. Gadis itu pun menoleh dan memandang Alex yang sudah menatapny
“Menyingkir dariku!” Sheena berusaha mendorong tubuh pria itu yang ada di hadapannya agar bisa pergi.Namun, pria itu mempertahankan posisinya berdiri, bahkan kini memegang kedua pergelangan tangan Sheena lantas menaikkan ke atas kepala gadis itu, merapatkan di daun pintu kemudian menguncinya dengan satu tangan. Lutut pria itu pun bertumpu di daun pintu, berada tepat di antara kedua kaki Sheena hingga membuat gadis itu tak berkutik.“Kamu sangat menarik dengan terus melawanku.”Pria itu menyeringai melihat Sheena yang tidak bisa melawan lagi.“Brengsek sialan! Enyahlah dari hadapanku!” Sheena sampai meludah ke wajah pria itu karena geram.Alex ternyata bersembunyi di jerami tepat belakang Whalle, dia melihat bagaimana pria itu memperlakukan Sheena. Ingin keluar dan menolong, tapi Whalle menghadang papan yang ada di depan jerami, sehingga Alex tidak bisa keluar.Pria tadi tersenyum getir diludahi Sheena, tapi mungkin pria itu gila karena mengusap ludah itu dari wajahnya, kemudian menji