Beranda / Romansa / Istri Alim Sang Mafia / Bab 79 Angin Cinta

Share

Bab 79 Angin Cinta

Penulis: Liliput
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rencana Novan berakhir berantakan. Ia yang harusnya bisa bekerja bersama Aina sekaligus sebagai masa untuk pendekatan, harus merelakan semuanya hancur berkeping.

Ia sudah susah payah melobi Pak Gunawan agar diikutsertakan dalam survey proyek mereka di Kalimantan. Nyatanya Novan saat ini hanya bisa tergeletak tak berdaya.

Beberapa kali ia mengecek ponselnya. Tak ada telepon maupun pesan dari Aina. Meski ia yakin berita kecelakaan yang menimpanya telah sampai ke telinga Aina, nyatanya Aina tetap saja tidak memperdulikannya.

Sangat menyedihkan!

Novan hanya menghabiskan hari-harinya di rumah sakit sendirian. Kadang ada teman lama atau keluarganya yang menjenguk, itupun hanya sebentar. Karena pihak rumah sakit melarang Novan banyak berbicara atau bergerak terlebih dahulu.

"Andai saja aku bisa bersama Aina saat ini.." Novan mulai berguman dan berandai-andai.

Tak ada pilihan lain baginya selain hanya tergeletak tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Dan entah sampai kapan ia akan men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 80 Pantai Malam

    Sebuah hidangan yang sangat disukai Aina kini berada di depan matanya. Apalagi jika bukan lobster dengan udang. Ia bisa-bisa lupa diri jika menyantap kedua makanan itu. ''Makanlah..." Teddy hanya memesan sebuah lobster dan orange juice dengan porsi kecil. Sementara Aina? Jangan ditanya. Ia memesan lobster besar dua ekor. Hanya untuk dirinya sendiri. Untuk Bik Onat dan Davian, ia sudah memesankan makanan yang langsung diantarkan ke kamar hotel. "Aku selalu suka saat melihatmu makan..." tatapan Teddy pada Aina bisa membuat wanita manapun akan terpesona dengannya. "Benarkah?" Aina seakan tidak percaya. Dengan hati-hati ia menggunting lobster yang berukuran jumbo itu. "Biar aku saja!" Teddy mengambil piring Aina dan memulai perburuan mencari daging udang raksasa itu. "Aku malu dilihat banyak orang Teddy..." Aina menatap Teddy sambil melihat sekeliling. "Tidak apa-apa..." dengan santai Teddy mengambil daging lobster yang lumayan banyak. Aina memandangi pria yang selalu menjadi pen

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 81 Tak Abadi

    "Jangan bergerak!" Teddy benar-benar menghimpit tubuh Aina dari atas. Aina tak kuasa mengelak tubuh Teddy yang lebih besar dan kuat darinya. Ia hanya bisa pasrah dan memohon pertolongan Tuhan agar ia diselamatkan dari perbuatan keji Teddy. "Aku mohon lepaskan aku..." Aina merintih tak berdaya. "Apa kamu bilang? Aku tidak akan pernah melepaskanmu malam ini..." Teddy membabi-buta mencium wajah Aina dengan ganas. Aina ingin meludahi Teddy sebanyak mungkin. Apa daya tenaganya sudah habis untuk melawan dan menangis. Air mata Aina telah tumpah dan mengering. Tak ada lagi sisa yang bisa diluapkan menjadi butiran air mata. "Lakukan apapun sesukamu. Tapi bunuhlah aku..." Setiap kali mendengar kata perintah untuk membunuh, amarah dan juga gejolak yang ada di dalam tubuh Teddy langsung bertambah. Seolah kata itu adalah pembuka nafsu Teddy yang semakin kuat dan hebat. "Sabar Aina..." Teddy tengah bersiap untuk melepaskan semua kerudung Aina. Bahkan ia telah membuka kancing baju Aina yang

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 82 Laut Maut

    "Selamat Pagi.." Teddy membuka kegiatan apel pagi. Semua staf yang terlibat apel sudah bersiap mengenakan seragam serta helm proyek untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja. Tak terkecuali Aina, ia sudah mengenakan celana jeans dan sepatu standar untuk meninjau lokasi. "Jangan lupa jaga keamanan dan kebersamaan. Karena lokasi berada di tengah hutan, usahakan jangan terlalu jauh dari site pembangunan stadion.." "Pak, kalau mau lihat lokasi perumahannya bagaimana?" "Lokasi perumahan tidak jauh dari site, tapi jangan sampai ke sana sendirian. Lebih baik kita tetap bersama-sama satu tim.. Dan ingat, masih banyak binatang liar. Segera lapor jika menemui ular atau jenis binatang lain yang berbahaya..." Teddy menjelaskan sambil membawa megafon. Berkali-kali ia memperingatkan tim agar tidak bermain-main. Mereka harus serius menjaga keamanan dan keselamatan bersama. "Utamanya ibu-ibu, kalau ada kendala atau kesehatan kurang memungkinkan segera laporkan kepada ketua tim masing-masing.

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 83 Kembalikan Lagi

    "Tolong..." semua yang ada di kapal berteriak. "Pak Tedddyyyy..." teriak yang lain."Ainaaa..." panggilan untuk Aina dan Teddy silih berganti. Berkali-kali nama Teddy dan Aina menggema di tengah lautan.Setelah beberapa detik, nampak Teddy terapung di perairan. Ia melambaikan tangan meminta pertolonganSeorang awak kapal memberikannya pelampung untuk mengapung dan berenang ke dekat perahu kecil."Ayo naik Pak!" seru seorang awak kapal."Raih tali ini.." seseorang membuang tali agar Teddy bisa mendekati kapal dengan mudah."Pak Teddy bisaaa!!" semua memberikan semangat agar Teddy bisa menepi dengan mudah."Semangat Bapak!" Teddy benar-benar layaknya menjadi hero yang menolong seorang putri tenggelam di dasar samudera. Tak jarang dari anggota survey yang mengabadikan dalam bentuk video atau gambar.Dalam sekejap saja, semua orang di kantor Pak Gunawan bisa menyaksikan aksi Teddy menyelamatkan Aina yang tenggelam."Sial!" Novan mengumpat saat menyaksikan unggahan video teman kantornya.

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 84 Kata Maaf

    "Mamaa.." Davian memeluk Aina setelah empat hari tidak berjumpa. Dipeluknya ibunya dengan erat dan berurai air mata. Ia ingin melepaskan kerinduan dengan lepas. "Mama juga kangen sama Davian. Mama sudah sehat, sekarang boleh pulang..." "Nah Davian tidak boleh nakal ya.." Teddy nampak memegang Davian yang berdiri di ranjang Aina."Mama sakit.." Davian bergaya menangis.Tentu saja hal itu membuat Teddy dan Aina tertawa. Davian memang tumbuh menjadi anak yang periang, meski ia tak selalu bisa bersama-sama dengan kedua orang tuanya.Aina sangat iba melihat Davian yang begitu dekat dengan Teddy. Namun disisi lain ia tak begitu tega melepaskan Davian berlama-lama dengan papanya.Sejujurnya Aina takut jika Teddy mengajari Davian yang tidak-tidak. Terlebih Teddy begitu akrab dan dekat dengan dunia mafia yang amat kejam."Papaaa..." Davian memeluk Teddy manja."Ayo sini duduk sama papa.." Teddy memangku Davia

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 85 Surat Berharga

    "Aina.." Novan sudah menyambut kedatangan Aina di rumahnya.Betapa terkejut Aina melihat kondisi Novan yang memakai tongkat untuk berjalan. Ia nampak lebih kurus dan tak terurus."Apa kabar?" Aina hanya berbasa-basi."Aku baik. Maaf aku tidak bisa menjengukmu saat kamu terkena musibah di saat survey.." Novan mendekati Aina sambil memegang koper Aina."Tidak usah.." Aina buru-buru memegang kopernya dan membawanya masuk sendiri."Ainaa.." Novan mengikuti Aina dari belakang."Bik.. Davian biar tidur di kamar bawah." Aina segera membuka pintu kamar dan menyiapkan bantal untuk tidur Davian. Bik Onat melepaskan gendongan dan meletakkan Davian dengan hati-hati di ranjang."Alhamdulillah..Bik Onat mau bersih-bersih dulu di kamar.." Bik Onat meminta izin untuk ke belakang."Aina.." Novan duduk di samping Aina sambil meminta Aina untuk tetap berada di sampingnya.Hati Aina mulai mencair. Ia berusaha memaafkan apa yang telah Novan lakukan padanya dengan setulus hati. Dari lubuk hatinya yang pa

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 86 Hanya Diam

    Hanya beberapa kali Aina bisa melihat Teddy di kantor selama kurun beberapa bulan belakang. Meski berpapasan ia juga tidak saling sapa. Teddy membuktikan jika omongannya adalah janji seorang laki-laki sejati. Bisa dibuktikan dan dipertangunggjawabkan. Terkadang Aina juga masih ingin berbasa-basi dengan Teddy. Meski ia tak punya nyali untuk mengajak bicara atau sekedar bertegur sapa. Aina juga tidak mau menjadi munafik, ia tidak mau memakan omongannya sendiri. Tetapi hati Aina tak bisa dibohongi, meski ia dekat dengan Novan, hatinya tetap tidak bisa berpaling dari Teddy. "Ainaa..." Novan menyapa Aina saat makan siang di cafe dekat kantor. "Haloo.." kedua tangan Novan melambai-lambai di depan wajah Aina. Butuh beberapa detik bagi Aina untuk menyadari kehadiran Novan. Sebelumnya entah berada di mana alam kesadaran Aina. "Ah astaga..." Aina terkejut mendapati Novan sudah duduk di depannya. "Apakah kamu melamun? Jangan terlalu berpikir serius, nanti cepat tua..." Akhirnya Novan da

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 87 Suara Hati

    "Angel, kamu terlihat begitu cantik malam ini.." mata Teddy tak bisa teralih ke yang lain saat melihat Angel mengenakan lingerie warna merah menyala. Lekukan tubuh Angel nyaris sempurna. Dipadukan dengan kulitnya yang putih mulus, Angel adalah jelmaan bulan purnama yang diturunkan ke bumi. "Terima kasih sayang..." Angel segera duduk di pangkuan Teddy. Ia beberapa kali mencium kening Teddy hingga membuatnya terbujur kaku di kursi besarnya. "Angel.." Teddy berbisik lirih di teliga kirinya. "Saayang, kenapa kamu terlihat sedih?" Angel membelai kepala Teddy dengan lembut. Setiap sentuhan yang Angel berikan membuat jantung Teddy berdetak dengan hebat. Naluri kelelakiannya serasa dibangunkan dari tidur panjangnya. Dengan cepat Teddy menggendong Angel dan menjatuhkannya ke ranjang besarnya itu. Beberapa kali Angel bertingkah penuh dengan kemanjaan yang menggoda nasfu bejat Teddy. "Apakah kamu menyukaiku?" Angel serasa melayang

Bab terbaru

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 143 Tidak Sempurna (Last Episode)

    "Bik Asih, kau??" Teddy memandang wajah pembantu paruh bayanya. Tak diduga Bik Asih memegang senjata api dan menembak ke dada Johan. Sementara Novan sudah terlanjur terkapar tidak bisa terselamatkan. "Kenapa kamu melakukannya? Aku kira kamu....." Teddy terdiam. Bik Asih dengan sebilah pisau melepaskan ikatan tali yang kuat di tangan Teddy dan Aina. Tanpa banyak bicara, Bik Asih membebaskan keduanya. "Mereka berdua pantas mendapatkannya!" Senjata api yang masih terselip di pinggang Bik Asih menjadi saksi, betapa Teddy sangat tidak menyangka jika Bik Asih memiliki kemampuan untuk menembak jarak jauh. "Bik Asih, bagaimana bisa Bibik melakukannya?" Aina masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat baru saja. "Ayo kita pergi dulu.." Dengan tertatih-tatih Aina berjalan keluar dari gudang belakang. Jarak gudang dengan rumah memang cukup jauh. Beberapa kali Aina jatuh tak berdaya. Tangan Teddy dengan sigap

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 142 Muara Cinta

    "Johan?? Apa yang kamu lakukan malam-malam begini?" Teddy menutupi tubuh Aina dengan tubuhnya yang lebih kekar. Tanpa mengeluarkan jawaban, Johan terus berjalan mendekati ke arah ranjang Teddy. Ia memperhatikan Teddy dan keluarga kecilnya berkumpul menjadi satu di satu ranjang. Senyum sinis Johan seolah memperlihatkan wajah Johan yang lain pada sang majikan. Dengan jelas Teddy bisa melihat Johan membawa sebuah senjata api yang ia genggam erat di tangan kanannya. Seolah Johan malam ini adalah jelmaan monster yang menyeramkan. "Apa maumu?" Teddy bertanya lagi. Masih belum mengeluarkan suara, Johan tetap berjalan perlahan mendekati Teddy yang sudah duduk bersiap mengapit senjata api di balik selimutnya. "Apa yang mau kamu lakukan pada kami Johan?" Kini Aina berganti unjuk suara untuk membuka mulut Johan yang masih terdiam tanpa jawaban. "Kamu mabuk??" Aina berteriak lagi. Braaakk,,, Segerombolan pria berbaju hitam tiba-tiba masuk ke dalam kamar Teddy melalui balkoni. Lengkap d

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 141 Bayangan Cahaya

    Setelah melalui proses persidangan panjang, pada akhirnya kebenaran berpihak pada kemenangan. Teddy dinyatakan bebas oleh hakim ketua. Tangis Teddy pecah, Ia bersujud syukur atas bebasnya tuduhan yang berat yang ditujukan padanya. Pada hari yang mendebarkan itu, Aina sengaja tidak diperbolehkan masuk oleh Pak Gunawan. Ia tidak ingin putrinya mengalami syok atau kaget jika sewaktu-waktu keputusan majelis hakim tidak berpihak kepadanya. Seketika setelah diumumkan, Pak Gunawan berlari dengan tertatih-tatih mendekati Teddy yang sudah berurai dengan penuh air mata. "Selamat Teddy.." Pak Gunawan memberikan sebuah pelukan yang erat untuk keponakannya yang bebas dari penjara. "Terima kasih Om.." Teddy menangis, ia memeluk erat Pak Gunawan.Ia sungguh tidak menyangka bisa keluar dari kasus gelap yang sebenarnya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya."Papaa..." Davian yang menunggu di parkiran berlari ke arah Teddy.Sambil terisak tangis, Teddy memeluk anak sulungnya yang su

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 140 Secercah Cahaya

    "Benarkah?" Aina terkejut saat mengetahui kasus sebenarnya yang menimpa Teddy. Jika saja ia tahu-menahu tentang kasus itu sejak awal, tentu masalah itu tidak akan berlarut-larut seperti ini. "Iya, dan hingga saat ini kami buntu!" Pak Gunawan mendesah. Nafas panjangnya membuat wajahnya berubah dalam kesedihan. "Lalu?" Aina memegang pundak Pak Gunawan yang lesu. Kedua mata Pak Gunawan hanya bisa memandang sesuatu yang jauh. Tak ada sama sekali titik terang dari kasus Teddy. Dan jika dibiarkan, Teddy bisa saja dihukum seumur hidup di dalam penjara. Pak Gunawan menyeka kedua matanya yang menitikkan air mata. Ia tak kuasa menahan kesedihan. Tentu ia juga memikirkan bagaimana nasib anak perempuan dan cucu-cucunya. "Papa.. Aina akan bicara sesuatu pada papa.." tatapan kedua mata Aina menggambarkan keseriusan dalam setiap perkataannya. "Ada apa Aina?" Hati Pak Gunawan tiba-tiba berdesir. Apakah ada sesuatu yang sangat penting sekali? "Pa, tapi papa harus berjanji pada Aina. Jangan ka

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 139 Pusaran Cinta

    Hidup Aina memang sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak ujian yang menimpanya dalam waktu yang hampir bersamaan. Belum selesai kasus Teddy yang sedang dijebloskan ke penjara, dengan tiba-tiba Novan yang sebelumnya masuk sel tahanan malah tiba-tiba keluar begitu saja. Ada yang tidak jelas. Siapa sebenarnya dalang dari semua ini? Apakah hanya Steven? Atau ada yang lain? Aina pening memikirkan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia hanya memandang langit-langit kamarnya yang kini nampak terang benderang. Di samping Aina, Devian, bayi kecil yang baru berusia belum genap satu bulan, tertidur lelap. Aina memandang bayi kecil yang sangat mirip dengan kakaknya, Davian. Siapa yang mengira jika pernikahan kali keduanya dengan Teddy akan dikaruniai lagi momongan yang sangat mirip dengan anak pertama mereka? "Kamu begitu mirip dengan kakakmu Nak!" Aina memandangi wajah Devian yang memerah. "Mamaaa..." Davian tiba-tiba masuk dengan berlari. Segera Aina mengingatkan agar Davian berj

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 138 Bukan Tipu Muslihat

    "Bagaimana bisa kalian tidak menemukan barang bukti sama sekali??" Teddy emosi melihat hasil kerja anak buahnya yang berhenti di tempat. "Bukankah aku ada di Istana Putih saat hari pembunuhan itu?" Teddy mendobrak meja. Ia lupa jika ia adalah seorang tahanan saat ini. "Bos. kita sudah melapor pada pihak yang berwajib. Tapi tetap saja..." Johan mengeluh. Kali ini kasus yang dihadapi oleh Teddy bukanlah kasus biasa, melainkan kasus berat. Ia bisa saja dihukum seumur hidup atau hukuman berat lainnya. Terlebih lagi, pada kasus ini semua bukti malah mengarah kepada Teddy. Ya, Teddy menjadi tersangka satu-satunya. "Kami akan coba lagi bos. Masalahnya adalah pada saat itu bos juga keluar kan? Jadi tidak banyak yang tahu jika bos juga berada di luar rumah menjelang siang hari.." "Tapi, pada jam pembunuhan, aku masih berada pada kemacetan jalan. Tidak mungkin aku keluar dari mobil dan menghilang ke lokasi kejadian.." Semua kemungkinan yang dipikirkan oleh Teddy dan anak buahnya sudah d

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 137 Topeng Baja

    "Tenang Aina..Semua akan baik-baik saja..." Bara berusaha menenangkan Aina agar tidak panik. "Mengapa ia harus dipindahkan?" tanya Aina penasaran. Davian yang tidak mengerti apa-apa hanya mendengar nama papanya beberapa kali disebut-sebut oleh Aina dan juga Bara. "Papa??" tanya Davian. "Iya, Papamu akan segera menjenguk kemari.." Bara berbohong demi menyelamatkan Davian. "Kamu kangen papa Teddy?" "Iya om.. Papa mana?" Davian jadi teringat dengan papanya dan terus menanyakan dimana keberadaan papanya itu. "Nanti ya, papa masih ada urusan di luar kota.." Bara mengepuk-ngepuk punggung Davian dan menggendongnya. "Om Bara tinggal dulu ya? Nanti akan ada banyak orang yang menemani Davian dan mama di luar. Oke?" Bara berusaha membuat Davian untuk tidak mencari Teddy lagi. Makin sering nama Teddy disebut Aina, maka Aina akan makin bersedih hati karena mengingat keberadaan Teddy. Tok..tok..tok.. "Permisi, selamat sore.." seorang perawat masuk ke dalam kamar Aina. "Sore suster.." Ai

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 136 Tabir Kebenaran

    "Johan.." Aina memanggil Johan yang duduk di sofa. "Hmm.." tatapan Johan mengarah kepada Aina yang kelihatan cemas sejak kedatangannya. "Bagaimana Tuan Teddy?" Dari nada bicaranya, Aina terlihat begitu ketakutan dengan apa yang akan menimpa Teddy. Sejujurnya Aina memang sangat ingin sekali menjenguk suaminya. Ya, Aina sudah tahu jika suaminya memang menjadi tahanan untuk saat ini. "Sebenarnya ada apa? Kenapa Teddy sampai ditahan di kantor polisi?" Johan hanya mengernyitkan dahi. Seolah ia memang diperintahkan untuk diam. Agar Aina tidak ikut campur urusan suaminya. "Apakah Teddy melakukan kesalahan? Atau ia melakukan kejahatan yang tak bisa dimaafkan?" Pikiran Aina mengembara. Ia mencari jejak kenapa suaminya bisa-bisanya ditahan oleh polisi. Memang hal ini bukan kali pertama Aina mengetahui suaminya menjadi tahanan. Setelah Aina melahirkan Davianpun Teddy pernah tersangkut kasus sehingga harus ditahan selama beberapa bulan. "Sebaiknya kamu sembuh dulu Aina, baru kemudian k

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 135 Tuduhan Palsu

    "Terima kasih Steven atas bunganya..." Pak Gunawan langsung mengambil rangkaian bunga itu dari tangan Steven. "Bagaimana kabarmu? Mengapa kamu lama tidak menjenguk Aina?" Mendapat banyak pertanyaan dari Pak Gunawan, Steven hanya tersenyum. Ia kemudian duduk di sofa bersebelahan dengan Bara. "Tidak Om. Beberapa hari ini saya sibuk dengan bisnis di Medan, Jadi saya harus bolak-balik Jakarta Medan hampir setiap hari..." kata Steven. "Aina, ngomong-ngomong bagaimana kabarmu? Aku begitu senang mendengar kamu sudah sadar..." Senyum Steven layak mendapatkan bintang lima. Begitu merekah dan menggoda. "Baik.." jawab Aina singkat. Sejujurnya ia tidak begitu nyaman dengan kehadiran Steven di saat seperti ini. Ia lebih memilih untuk bersama suaminya sendiri daripada dengan lelaki asing seperti dirinya. Karena Stevan terus-menerus mamandang Aina dengan pandangan yang aneh. Meski Bara dan Pak Gunawan juga merasakan hal yang sama.

DMCA.com Protection Status