Home / Romansa / Istri Alim Sang Mafia / Bab 74 Mencari Jejak

Share

Bab 74 Mencari Jejak

Author: Liliput
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Sebaiknya kalian menyerah!" Johan bersuara lantang.

Pria yang menodongkan senjatanya di pelipis Johan segera menurunkan senjatanya. Ia terdiam meski tidak mau mengakui kekalahannya.

"Siapa yang menyuruhmu?"Johan kembali mengulangi pertanyaannya.

"Itu bukan urusanmu..." ia menjawab sambil memalingkan mukanya.

"Apakah Novan?" Johan menebak sambil menatap wajahnya.

Ia menggeleng.

Johan menerka-nerka dalam hati siapa kira-kira yang menyuruh orang-orang itu ke Istana Putih. Tetapi Johan masih belum bisa menemukan klu-nya.

"Apakah kira-kira ini John yang menyuruhnya Johan?" seorang anak buah Teddy berbisik ke telinga Johan.

"Hmm bisa jadi.." jawab Johan.

Akhirnya Johan bertanya lagi pada ketua gerombolan itu.

"Kalian anak buah John?" Johan bertanya lagi.

"Bukan. Sudah kubilang itu tidak penting.." jawab pria bertubuh tinggi besar.

"Lalu siapa?" Johan berteriak emosi.

Tak berselang lama, sebuah sedan buatan Eropa memasuki Istana Putih. Seorang pria memakai setelan jas warna put
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 75 Rindu

    "Selamat datang di rumah papamu..." Untuk pertama kalinya, Aina menginjakkan kedua kakinya di rumah Pak Gunawan. Rasanya masih asing untuk Aina. Rumah besar bercat krem itu terlihat sudah tua namun tetap terawat. Aina masuk ke ruang tamu, betapa terkejutnya saat ia masuk ke ruang keluarga dan mendapati banyak lukisan yang sangat ia kenal. "Ini semua?" Aina menatap lukisan itu satu demi satu. "Iya, ini semua lukisan Laras, mamamu..." Aina tidak mampu berkata-kata. Kaki-kakinya lemas tak berdaya untuk menopang tubuhnya. Aina bersimpuh di lantai. Benarkah pria ini pernah memiliki hubungan dengan mamanya? Ataukah ini sengaja ia lakukan guna untuk menjebak Aina? Sebuh foto yang dipajang di meja kecil menjadi sesuatu untuk diamati Aina. Foto hitam putih berukuran A5 itu terlihat sangat jelas, ya itu memang ibunya bersama seorang anak laki-laki kecil. "Itu Laras dengan anak pertama kami, Bara. Seperti yang aku ceritakan padamu

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 76 Peluru Cinta

    Hari-hari Aina berlalu seperti sedia kala. Ia masih terus bekerja di kantor Pak Gunawan. Kadang-kadang ia juga bertemu dengan Teddy sesekali.Ruangan Aina saat ini berbeda dengan tempat kerja Teddy. Hal itu memungkinkan kecilnya terjadinya kekerasan atau ancaman dari Teddy.Aina merasa lebih aman karena ia dengan leluasa dapat bekerja tanpa ada tekanan dari mantan suaminya. Terlebih lagi ia berada satu ruangan dengan teman kerja yang cukup baik dengannya."Aina, kamu dipanggil sama Pak Gunawan.."Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja ia harus menghadap atasannya.Tok tok tiok. Aina mengetuk pintu ruangan besar milik Pak Gunawan."Masuk.."Saat Aina masuk ke dalam, ia mendapati seseorang sudah duduk di depan Pak Gunawan."Selamat siang Aina.." Novan menyapa Aina.Rupanya pria itu adalah Novan. Seseorang yang tiba-tiba menghilang dari kehidupan Aina.Sudah satu bulan mereka tidak saling bert

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 77 Luka Baru

    "Oh jadi kamu menyamakanku sama bodohnya dengan Aina?" Teddy menarik kerah baju Novan sambil mengancamnya. "Kenyataannya? Bukankah kalian sama saja?" Novan tersenyum licik. "Baiklah kalau itu maumu!" Teddy segera mengambil senjata dari dalam jaketnya, Doorrr.. Dia menembak paha Teddy sebelah kanan. Kucuran darah langsung mengalir deras dari balik celananya. "Sialan kamu Teddy!" Novan sambil meringkih kesakitan. "Aku hanya ingin membuktikan kalau aku sama bodohnya dengan Aina padamu!" "Teddy kamu harus bertanggung jawab padaku!" Teddy hanya membiarkan begitu saja Novan yang tergeletak di lantai basement parkiran. Ia mengaduh kesakitan karena luka tembakan itu. Sementara Teddy pura-pura tuli tidak mendengarnya. Ia merasa puas, meski tidak sampai membunuh Novan, setidaknya ia sudah bisa memberikan hadiah luka pada paha kanannya. "Lain kali jaga mulutmu Novan!" Teddy memutar setir mobilnya menjauhi Novan. "Teddy..Teddy.. Br##gsek kamu Teddy!" Novan berteriak hingga suaranya h

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 78 Luka Buatan

    Karena tergiur uang seratus juta rupiah, petugas keamanan segera melakukan apa yang Teddy minta. Mereka mengambil beberapa video dalam CCTV dan menghapus beberapa bagian yang diminta Teddy serta beberapa bagian lain agar tidak ada yang curiga. Selanjutnya mereka menerima dua buah amplop cokelat yang diberikan oleh Teddy. Namun ternyata semua tak semanis yang mereka kira. Teddy tiba-tiba menyerobot dan mengambil kedua amplop cokelat itu. "Ini untuk kalian.." Teddy memberikan uang satu gepok yang berisi sepuluh juta rupiah saja. "Tapi Tuan Teddy.." "Tuan bukankah perjanjian kita seratus juta?" tanya yang lain. Mendengar protes dari pegawai rendahan seperti mereka Teddy hanya tertawa kecil sambil menodongkan sebuah senjata api. "Apakah kalian mau mendapatkan seratus juta dengan bonus masing-masing satu buah peluru dariku?" Mereka tak kuasa membayangkan sakitnya hujaman peluru yang bersarang di tubuhnya. Melihat Novan saja mereka seolah tak kuasa. Betapa deras kucuran darah yang me

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 79 Angin Cinta

    Rencana Novan berakhir berantakan. Ia yang harusnya bisa bekerja bersama Aina sekaligus sebagai masa untuk pendekatan, harus merelakan semuanya hancur berkeping. Ia sudah susah payah melobi Pak Gunawan agar diikutsertakan dalam survey proyek mereka di Kalimantan. Nyatanya Novan saat ini hanya bisa tergeletak tak berdaya. Beberapa kali ia mengecek ponselnya. Tak ada telepon maupun pesan dari Aina. Meski ia yakin berita kecelakaan yang menimpanya telah sampai ke telinga Aina, nyatanya Aina tetap saja tidak memperdulikannya. Sangat menyedihkan! Novan hanya menghabiskan hari-harinya di rumah sakit sendirian. Kadang ada teman lama atau keluarganya yang menjenguk, itupun hanya sebentar. Karena pihak rumah sakit melarang Novan banyak berbicara atau bergerak terlebih dahulu. "Andai saja aku bisa bersama Aina saat ini.." Novan mulai berguman dan berandai-andai. Tak ada pilihan lain baginya selain hanya tergeletak tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Dan entah sampai kapan ia akan men

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 80 Pantai Malam

    Sebuah hidangan yang sangat disukai Aina kini berada di depan matanya. Apalagi jika bukan lobster dengan udang. Ia bisa-bisa lupa diri jika menyantap kedua makanan itu. ''Makanlah..." Teddy hanya memesan sebuah lobster dan orange juice dengan porsi kecil. Sementara Aina? Jangan ditanya. Ia memesan lobster besar dua ekor. Hanya untuk dirinya sendiri. Untuk Bik Onat dan Davian, ia sudah memesankan makanan yang langsung diantarkan ke kamar hotel. "Aku selalu suka saat melihatmu makan..." tatapan Teddy pada Aina bisa membuat wanita manapun akan terpesona dengannya. "Benarkah?" Aina seakan tidak percaya. Dengan hati-hati ia menggunting lobster yang berukuran jumbo itu. "Biar aku saja!" Teddy mengambil piring Aina dan memulai perburuan mencari daging udang raksasa itu. "Aku malu dilihat banyak orang Teddy..." Aina menatap Teddy sambil melihat sekeliling. "Tidak apa-apa..." dengan santai Teddy mengambil daging lobster yang lumayan banyak. Aina memandangi pria yang selalu menjadi pen

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 81 Tak Abadi

    "Jangan bergerak!" Teddy benar-benar menghimpit tubuh Aina dari atas. Aina tak kuasa mengelak tubuh Teddy yang lebih besar dan kuat darinya. Ia hanya bisa pasrah dan memohon pertolongan Tuhan agar ia diselamatkan dari perbuatan keji Teddy. "Aku mohon lepaskan aku..." Aina merintih tak berdaya. "Apa kamu bilang? Aku tidak akan pernah melepaskanmu malam ini..." Teddy membabi-buta mencium wajah Aina dengan ganas. Aina ingin meludahi Teddy sebanyak mungkin. Apa daya tenaganya sudah habis untuk melawan dan menangis. Air mata Aina telah tumpah dan mengering. Tak ada lagi sisa yang bisa diluapkan menjadi butiran air mata. "Lakukan apapun sesukamu. Tapi bunuhlah aku..." Setiap kali mendengar kata perintah untuk membunuh, amarah dan juga gejolak yang ada di dalam tubuh Teddy langsung bertambah. Seolah kata itu adalah pembuka nafsu Teddy yang semakin kuat dan hebat. "Sabar Aina..." Teddy tengah bersiap untuk melepaskan semua kerudung Aina. Bahkan ia telah membuka kancing baju Aina yang

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 82 Laut Maut

    "Selamat Pagi.." Teddy membuka kegiatan apel pagi. Semua staf yang terlibat apel sudah bersiap mengenakan seragam serta helm proyek untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja. Tak terkecuali Aina, ia sudah mengenakan celana jeans dan sepatu standar untuk meninjau lokasi. "Jangan lupa jaga keamanan dan kebersamaan. Karena lokasi berada di tengah hutan, usahakan jangan terlalu jauh dari site pembangunan stadion.." "Pak, kalau mau lihat lokasi perumahannya bagaimana?" "Lokasi perumahan tidak jauh dari site, tapi jangan sampai ke sana sendirian. Lebih baik kita tetap bersama-sama satu tim.. Dan ingat, masih banyak binatang liar. Segera lapor jika menemui ular atau jenis binatang lain yang berbahaya..." Teddy menjelaskan sambil membawa megafon. Berkali-kali ia memperingatkan tim agar tidak bermain-main. Mereka harus serius menjaga keamanan dan keselamatan bersama. "Utamanya ibu-ibu, kalau ada kendala atau kesehatan kurang memungkinkan segera laporkan kepada ketua tim masing-masing.

Latest chapter

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 143 Tidak Sempurna (Last Episode)

    "Bik Asih, kau??" Teddy memandang wajah pembantu paruh bayanya. Tak diduga Bik Asih memegang senjata api dan menembak ke dada Johan. Sementara Novan sudah terlanjur terkapar tidak bisa terselamatkan. "Kenapa kamu melakukannya? Aku kira kamu....." Teddy terdiam. Bik Asih dengan sebilah pisau melepaskan ikatan tali yang kuat di tangan Teddy dan Aina. Tanpa banyak bicara, Bik Asih membebaskan keduanya. "Mereka berdua pantas mendapatkannya!" Senjata api yang masih terselip di pinggang Bik Asih menjadi saksi, betapa Teddy sangat tidak menyangka jika Bik Asih memiliki kemampuan untuk menembak jarak jauh. "Bik Asih, bagaimana bisa Bibik melakukannya?" Aina masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat baru saja. "Ayo kita pergi dulu.." Dengan tertatih-tatih Aina berjalan keluar dari gudang belakang. Jarak gudang dengan rumah memang cukup jauh. Beberapa kali Aina jatuh tak berdaya. Tangan Teddy dengan sigap

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 142 Muara Cinta

    "Johan?? Apa yang kamu lakukan malam-malam begini?" Teddy menutupi tubuh Aina dengan tubuhnya yang lebih kekar. Tanpa mengeluarkan jawaban, Johan terus berjalan mendekati ke arah ranjang Teddy. Ia memperhatikan Teddy dan keluarga kecilnya berkumpul menjadi satu di satu ranjang. Senyum sinis Johan seolah memperlihatkan wajah Johan yang lain pada sang majikan. Dengan jelas Teddy bisa melihat Johan membawa sebuah senjata api yang ia genggam erat di tangan kanannya. Seolah Johan malam ini adalah jelmaan monster yang menyeramkan. "Apa maumu?" Teddy bertanya lagi. Masih belum mengeluarkan suara, Johan tetap berjalan perlahan mendekati Teddy yang sudah duduk bersiap mengapit senjata api di balik selimutnya. "Apa yang mau kamu lakukan pada kami Johan?" Kini Aina berganti unjuk suara untuk membuka mulut Johan yang masih terdiam tanpa jawaban. "Kamu mabuk??" Aina berteriak lagi. Braaakk,,, Segerombolan pria berbaju hitam tiba-tiba masuk ke dalam kamar Teddy melalui balkoni. Lengkap d

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 141 Bayangan Cahaya

    Setelah melalui proses persidangan panjang, pada akhirnya kebenaran berpihak pada kemenangan. Teddy dinyatakan bebas oleh hakim ketua. Tangis Teddy pecah, Ia bersujud syukur atas bebasnya tuduhan yang berat yang ditujukan padanya. Pada hari yang mendebarkan itu, Aina sengaja tidak diperbolehkan masuk oleh Pak Gunawan. Ia tidak ingin putrinya mengalami syok atau kaget jika sewaktu-waktu keputusan majelis hakim tidak berpihak kepadanya. Seketika setelah diumumkan, Pak Gunawan berlari dengan tertatih-tatih mendekati Teddy yang sudah berurai dengan penuh air mata. "Selamat Teddy.." Pak Gunawan memberikan sebuah pelukan yang erat untuk keponakannya yang bebas dari penjara. "Terima kasih Om.." Teddy menangis, ia memeluk erat Pak Gunawan.Ia sungguh tidak menyangka bisa keluar dari kasus gelap yang sebenarnya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya."Papaa..." Davian yang menunggu di parkiran berlari ke arah Teddy.Sambil terisak tangis, Teddy memeluk anak sulungnya yang su

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 140 Secercah Cahaya

    "Benarkah?" Aina terkejut saat mengetahui kasus sebenarnya yang menimpa Teddy. Jika saja ia tahu-menahu tentang kasus itu sejak awal, tentu masalah itu tidak akan berlarut-larut seperti ini. "Iya, dan hingga saat ini kami buntu!" Pak Gunawan mendesah. Nafas panjangnya membuat wajahnya berubah dalam kesedihan. "Lalu?" Aina memegang pundak Pak Gunawan yang lesu. Kedua mata Pak Gunawan hanya bisa memandang sesuatu yang jauh. Tak ada sama sekali titik terang dari kasus Teddy. Dan jika dibiarkan, Teddy bisa saja dihukum seumur hidup di dalam penjara. Pak Gunawan menyeka kedua matanya yang menitikkan air mata. Ia tak kuasa menahan kesedihan. Tentu ia juga memikirkan bagaimana nasib anak perempuan dan cucu-cucunya. "Papa.. Aina akan bicara sesuatu pada papa.." tatapan kedua mata Aina menggambarkan keseriusan dalam setiap perkataannya. "Ada apa Aina?" Hati Pak Gunawan tiba-tiba berdesir. Apakah ada sesuatu yang sangat penting sekali? "Pa, tapi papa harus berjanji pada Aina. Jangan ka

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 139 Pusaran Cinta

    Hidup Aina memang sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak ujian yang menimpanya dalam waktu yang hampir bersamaan. Belum selesai kasus Teddy yang sedang dijebloskan ke penjara, dengan tiba-tiba Novan yang sebelumnya masuk sel tahanan malah tiba-tiba keluar begitu saja. Ada yang tidak jelas. Siapa sebenarnya dalang dari semua ini? Apakah hanya Steven? Atau ada yang lain? Aina pening memikirkan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia hanya memandang langit-langit kamarnya yang kini nampak terang benderang. Di samping Aina, Devian, bayi kecil yang baru berusia belum genap satu bulan, tertidur lelap. Aina memandang bayi kecil yang sangat mirip dengan kakaknya, Davian. Siapa yang mengira jika pernikahan kali keduanya dengan Teddy akan dikaruniai lagi momongan yang sangat mirip dengan anak pertama mereka? "Kamu begitu mirip dengan kakakmu Nak!" Aina memandangi wajah Devian yang memerah. "Mamaaa..." Davian tiba-tiba masuk dengan berlari. Segera Aina mengingatkan agar Davian berj

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 138 Bukan Tipu Muslihat

    "Bagaimana bisa kalian tidak menemukan barang bukti sama sekali??" Teddy emosi melihat hasil kerja anak buahnya yang berhenti di tempat. "Bukankah aku ada di Istana Putih saat hari pembunuhan itu?" Teddy mendobrak meja. Ia lupa jika ia adalah seorang tahanan saat ini. "Bos. kita sudah melapor pada pihak yang berwajib. Tapi tetap saja..." Johan mengeluh. Kali ini kasus yang dihadapi oleh Teddy bukanlah kasus biasa, melainkan kasus berat. Ia bisa saja dihukum seumur hidup atau hukuman berat lainnya. Terlebih lagi, pada kasus ini semua bukti malah mengarah kepada Teddy. Ya, Teddy menjadi tersangka satu-satunya. "Kami akan coba lagi bos. Masalahnya adalah pada saat itu bos juga keluar kan? Jadi tidak banyak yang tahu jika bos juga berada di luar rumah menjelang siang hari.." "Tapi, pada jam pembunuhan, aku masih berada pada kemacetan jalan. Tidak mungkin aku keluar dari mobil dan menghilang ke lokasi kejadian.." Semua kemungkinan yang dipikirkan oleh Teddy dan anak buahnya sudah d

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 137 Topeng Baja

    "Tenang Aina..Semua akan baik-baik saja..." Bara berusaha menenangkan Aina agar tidak panik. "Mengapa ia harus dipindahkan?" tanya Aina penasaran. Davian yang tidak mengerti apa-apa hanya mendengar nama papanya beberapa kali disebut-sebut oleh Aina dan juga Bara. "Papa??" tanya Davian. "Iya, Papamu akan segera menjenguk kemari.." Bara berbohong demi menyelamatkan Davian. "Kamu kangen papa Teddy?" "Iya om.. Papa mana?" Davian jadi teringat dengan papanya dan terus menanyakan dimana keberadaan papanya itu. "Nanti ya, papa masih ada urusan di luar kota.." Bara mengepuk-ngepuk punggung Davian dan menggendongnya. "Om Bara tinggal dulu ya? Nanti akan ada banyak orang yang menemani Davian dan mama di luar. Oke?" Bara berusaha membuat Davian untuk tidak mencari Teddy lagi. Makin sering nama Teddy disebut Aina, maka Aina akan makin bersedih hati karena mengingat keberadaan Teddy. Tok..tok..tok.. "Permisi, selamat sore.." seorang perawat masuk ke dalam kamar Aina. "Sore suster.." Ai

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 136 Tabir Kebenaran

    "Johan.." Aina memanggil Johan yang duduk di sofa. "Hmm.." tatapan Johan mengarah kepada Aina yang kelihatan cemas sejak kedatangannya. "Bagaimana Tuan Teddy?" Dari nada bicaranya, Aina terlihat begitu ketakutan dengan apa yang akan menimpa Teddy. Sejujurnya Aina memang sangat ingin sekali menjenguk suaminya. Ya, Aina sudah tahu jika suaminya memang menjadi tahanan untuk saat ini. "Sebenarnya ada apa? Kenapa Teddy sampai ditahan di kantor polisi?" Johan hanya mengernyitkan dahi. Seolah ia memang diperintahkan untuk diam. Agar Aina tidak ikut campur urusan suaminya. "Apakah Teddy melakukan kesalahan? Atau ia melakukan kejahatan yang tak bisa dimaafkan?" Pikiran Aina mengembara. Ia mencari jejak kenapa suaminya bisa-bisanya ditahan oleh polisi. Memang hal ini bukan kali pertama Aina mengetahui suaminya menjadi tahanan. Setelah Aina melahirkan Davianpun Teddy pernah tersangkut kasus sehingga harus ditahan selama beberapa bulan. "Sebaiknya kamu sembuh dulu Aina, baru kemudian k

  • Istri Alim Sang Mafia   Bab 135 Tuduhan Palsu

    "Terima kasih Steven atas bunganya..." Pak Gunawan langsung mengambil rangkaian bunga itu dari tangan Steven. "Bagaimana kabarmu? Mengapa kamu lama tidak menjenguk Aina?" Mendapat banyak pertanyaan dari Pak Gunawan, Steven hanya tersenyum. Ia kemudian duduk di sofa bersebelahan dengan Bara. "Tidak Om. Beberapa hari ini saya sibuk dengan bisnis di Medan, Jadi saya harus bolak-balik Jakarta Medan hampir setiap hari..." kata Steven. "Aina, ngomong-ngomong bagaimana kabarmu? Aku begitu senang mendengar kamu sudah sadar..." Senyum Steven layak mendapatkan bintang lima. Begitu merekah dan menggoda. "Baik.." jawab Aina singkat. Sejujurnya ia tidak begitu nyaman dengan kehadiran Steven di saat seperti ini. Ia lebih memilih untuk bersama suaminya sendiri daripada dengan lelaki asing seperti dirinya. Karena Stevan terus-menerus mamandang Aina dengan pandangan yang aneh. Meski Bara dan Pak Gunawan juga merasakan hal yang sama.

DMCA.com Protection Status