Sarapan terjadi dengan keheningan semua fokus melahap makanan, sedangkan orang tua Faresta seperti menunjukan kemesraan apalagi wanita itu. Membuat Sere sedikit mual melihatnya, berusaha tak peduli lebih mementingkan perut yang berdemo.
"Kami akan menginap sampai hari pernikahan kalian," terang Papa Faresta, ia mengelap bibirnya dengan tisu.
"Terserah Papa saja, tapi aku tak suka wanita ini ada disini!" balas Faresta dengan menatap sinis ke arah Ibu tirinya.
"Dia juga Ibumu sekarang Resta, kamu harus menghormatinya!" tegas Sander --- Ayah Faresta menyandarkan tubuhnya lalu menatap anak semata wayangnya.
"Aku tidak memiliki Ibu, Ibuku sudah mati!" bentak Faresta bangkit dari duduknya, lalu menarik lengan Sere untuk ikut berdiri.
"Kalian jika ingin istirahat pergilah ke kamar biasa yang Papa tempati, aku mau periksa semua keperluan untuk nanti," tutur Faresta datar, ia langsung pergi tak lupa membawa Sere.
"Mau kamu bawa ke mana, calonmu? aku
14 - Faresta!Sander membawa Kanara keluar masion, lalu pergi meninggalkannya tergeletak di jalan. Pria itu mengusap wajah dengan kasar, tidak habis pikir wanita yang dianggapnya baik bisa berkelakuan seperti itu dia kira Kanara berubah ternyata masih sama. Dia memilih mengistirahatkan tubuh dari pada memusingkan hal ini.***Sere merasa nyenyak sekali tidurnya, bahkan ia sama sekali tidak ingin membuka mata. Benda keras yang menjadi bantalan, saat rasa nyaman sampai tak ingin beranjak dari situ."Nyenyak ya tidurnya." Suara bariton itu membuat Sere langsung membuka matanya cepat."Kamuuuuu," seru Sere saat mendongak matanya langsung bertubruk dengan manik Faresta."Iya, aku siapa lagi," sahut Faresta tak lupa mengulas senyuman."Kenapa bisa ada dikamarku!" bentak Sere melemparkan bantal ke wajah Faresta."Aishhhh, main lempar - lempar aja, tubuh kamu aja lempar sini aku terima dengan senang hati," goda Faresta deng
15 - Usaha KanaraKanara saat membuka matanya, pusing langsung menyerang ia sesekali memukul kepalanya agar sedikit reda. Ingatan kejadian semalam membuat ia menggeram kesal, ia sangat bodoh sampai mabuk dan menemui Faresta bahkan memaki suaminya. Dirinya harus bagaimana sekarang, bahkan kini berada diluar mansion, terduduk lesehan dibawah. "Aku harus bagaimana? bodohnya aku," gumam Kanara pelan."Mana mungkin aku diterima, saat tadi malam aku memakinya," katanya lagi sambil memukul kepalanya atas kecerobohan."Aku coba saja, mungkin Sander akan menerimaku. Diakan sangat mencintaiku," tekad Kanara ia berusaha berdiri walau sempat terjatuh karena kepalanya masih terasa pusing.Kanara langsung masuk menerobos mansion, karena pintu sudah terbuka saat Sander mengeluarkan barang - barang milik istrinya.Ia melangkah dengan cepat menuju kamarnya, dia membuka pintu dan menemukan Sander yang tengah memakai pakaian."Apa yang kau lakukan!
16 - PernikahanHari pernikahan sudah tiba, Sere tengah di make - up oleh perias. Ia tampak sangat menawan sampai - sampai yang mendandani memuji kecantikan alami dari dalam dirinya."Nona sudah cantik alami, apalagi sekarang di make - up. Tambah wah, pasti banyak yang bakal iri," puji perias menatap pantulan diri Sere dicermin."Kamu bisa aja," kata Sere tersipu, ia sangat pangling dengan dirinya."Apa ini, benar - benar diriku?" tanya Sere pada dirinya sendiri, ia memutar - mutar tubuh."Iya Nona, Nona sangat cantik," ungkap perias yang tengah merapikan alat make - up.Bulan masuk ke dalam kamar Sere, membuat kedua orang yang tengah berbincang menoleh ke arahnya."Nona sudah ditunggu, waktunya telah tiba," tutur Bulan dibalas anggukan oleh Sere, wanita itu dibantu Bulan memegang gaunnya."Aku gugup, Lan," ungkap Sere saat mereka berjalan keluar."Tarik napas buang, ulangi terus. Nanti sedikit mengurangi gugup Nona," intru
17 - Akal bulus FarestaSere telah berada di kamarnya, sedangkan Faresta masih sibuk berbincang bisnis dengan sang Ayah. Bulan ikut masuk untuk menyiapkan air hangat dan membantu melepaskan gaun, saat ini dia tengah menikmati kehangatan yang menyentuh kulitnya sedangkan Bulan pamit keluar."Enaknya," gumam Sere pelan, ia mulai memejamkan mata menikmati tubuh yang terendam air hangat beraroma lavender.Tidak terasa dua puluh empat menit Sere telah berendam, ia sangat menikmati sampai terlelap terdengar dengkuran halus dari bibir ranumnya. Air yang semula hangbat sekarang berubah dingin, tetapi dirinya masih nyaman dengan posisi itu. Faresta baru saja ke kamar, dan tak menemukan istrinya di dalam."Di mana Sere," gumam Faresta saat menghempaskan bokongnya ke ranjang dan mulai melepaskan kancing dipakaiannya."Apa dia mandi, tapi 'kan ini udah lumayan lama," kata Faresta menaruh pakaiannya ke kasur, lalu bangkit meraih jubah mandi dan masuk ke k
18 - Malam pertamaSetelah meminum susu itu, Sere kembali memainkan benda pipih yang dipegang. Tak berselang lama tubuhnya merasakan sesuatu, rasa panas menjalar ia mulai mengibas - ibas baju."Kenapa panas sekali," gumam Sere."Apa AC-nya mati," imbuhnya lagi dengan suara pelan, lalu menatap AC yang ternyata menyala."Ada apa denganku," katanya lagi terdengar oleh Faresta membuat pria itu menyeringai kecil."Ahhhhh, panassss," erangnya mulai membuka baju tidurnya."Kenapa masih terasa panas," keluhnya mengibas - ibaskan baju yang tadi dilepas untuk mendinginkan tubuhnya yang tiba - tiba panas."Kenapa milikku gatal sekali," batinnya bertanya."Ada apa Sere? kenapa kamu tidak bisa diam," ujar Faresta menutup laptopnya lalu berbalik menatap istrinya yang menutupi tubuh dengan baju yang tadi dipakai mengipas."Tidak ada apa - apa, eummmm, AC-nya bisa tambahkan volume agar lebih dingin?" tanyanya membuat Faresta ingin
19 - Godaan Sander pada menantunyaSere segera keluar dan mengambil pakaian lekas masuk ruang ganti dan memakainya. Setelah itu ia ke kamar lagi untuk mengoles bedak tipis dan lipbalm di bibir, gaya jalan yang sedikit ngangkang dan pelan menunjukan jika rasa nyeri dan perih masih menyerang. Ia sesekali menggerutu kesal dengan Faresta, dia sekarang ingat selepas minum susulah badannya jadi panas dan gairahnya muncul, curiga bahwa suaminya memasukan obat perangsang disana."Geram sekali aku," batin Sere berseru sambil menyisir rambutnya dan menatap cermin melihat hasil karya Faresta semalam."Dia melakukan segala cara agar mendapatkan apa yang ia inginkan," gumam Sere bertepatan suara pintu terbuka membuat ia menoleh."Eh, kok sudah disini. Kamu udah selesai mandinya," ucap Faresta mendekat lalu tangannya berlabuh di bahu Sere yang terekpor karena dia memakai dress tanpa lengan."Sudahlah, ini aku sedang menyisir rambut," sahut Sere ketus lalu menaru
20 - Merajuk"Sudahlah Papa, jangan terus menggoda Sere, kasian istriku sampai pipinya memerah gitu," tegur Faresta menarik dagu Sere memperlihat pipi istrinya pada Papanya dan wanita itu segera tepis."Sudahlah, aku sudah kenyang," kata Sere bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan kedua pria yang memandang kepergiannya."Jadi ini salah siapa?" tanya Sander menaik turunkan alisnya pada anaknya."Entahlah, ayo kita makan saja dulu," ujar Faresta mengangkat bahunya lalu melanjutkan makannya.Sere menghentakan kakinya saat tau ternyata Faresta tidak berusaha membujuknya makan lagi, padahal perutnya masih sangat lapar."Dasar, pria gak peka!" maki Sere ia melangkah menuju kamar, lebih baik dia berbaring di sana dan memainkan benda pipih miliknya yang berada dinakas.Sudah satu jam Sere berada di kamar, dan dirinya sangat lapar bahkan perutnya sampai berbunyi. Tapi tidak ada tanda - tanda kedatangan Faresta untuk memb
21 - Perkara memasakSetelah kejadian tadi pagi di meja makan, Sere belum keluar kamar padahal matari sudah berada diatas kepala. Perutnya sangat lapar tetapi malu rasanya menyembul pintu dan bertemu Faresta, pria yang terus menggodanya saat tau dia ingin dibujuk."Sialan bukan," batin Sere menggerutu sambil mengelus perutnya yang berbunyi."Ahhhhh, aku sangat lapar," keluh Sere ia mengerucutkan bibirnya sambil bersandar di kepala ranjang.Suara ketukan pintu membuat Sere menegakkan tubuhnya, ia turun dari ranjang melangkah ke pintu lalu membukanya perlahan melihat siapa yang datang, dirinya menghela napas lega saat tau itu Bulan."Ada apa, Bulan?" tanya Sere menyandarkan tubuhnya di pintu."Tuan Faresta izin pergi sebentar, Nona. Dan dia juga menyuruh Nona untuk makan siang," ujar Bulan dibalas anggukan dan senyuman mengembang di bibir Sere."Akhirnya dia pergiiii, aku sangat lapar," gumam Sere membuat Bulan menaikan alisnya bingung.
30 - lima puluh jutaSere terbangun saat jarum jam sudah pas menunjuk angka sepuluh. Matanya mengerjap menyesuaikan penglihatan karena cahaya masuk, gorden dibuka oleh Faresta. Pria itu baru saja pulang dari joging, dan melihat istrinya masih terlelap."Eunghhhhh," lenguhan Sere terdengar membuat Faresta menoleh memandang istrinya."Sudah bangun ratu tidur? Ayo cepat mandi dan sarapan," ujar Faresta mendekat dan duduk di hadapan Sere yang mengucek matanya."Ishhh, kamu menganggu saja. Tubuhku sangat pegal itu karenamu!" geram Sere memandang kesal ke arah Faresta."Sudah jangan menggerutu, mau kutambahkan lgi rasa pegalnya!" ancam Faresta membuat Sere membulatkan matanya lalu mendengkus."Kamu memang iblis berwujud manusia!" maki Sere menarik selimut lalu melangkah perlahan menuju kamar mandi, Faresta tersenyum jahat melihat gaya berjalan istrinya.&nbs
29 - Obat yang ditukar"Maaf Yah, tadi Sere tidur," balasnya pelan."Enak ya, tidur-tidur. Mana uang yang mau kamu transfer?" tanya Al dengan nada sedikit keras menahan amarah."Nanti Yah." Sere bingung harus menjawab apa."Nanti-nanti, pokoknya besok uang itu harus ada direkening Ayah!" geram Al lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak."Apa yang harus kulakukan," gumam Sere memijit keningnya.***Matahari berganti bulan, Sere memandang langit malam yang terang hari ini. Ia memejamkan mata menikmati semilir angin berembus, lalu melihat bumantara lagi. Memikir ucapan sang Ayah yang menginginkan besok uang itu harus ada di rekeningnya membuat dirinya pusing.Sebuah lengan kekar melingkar di pinggang rampingnya, membikin terlonjak dan suara kekehan terdengar dari belakang."Kamu mengejutkanku, Tuann," geram Sere tetap pada posisi yang sama."Apakah kamu lupa, kamu mengganti panggilanku dengan sebutan apa?" tany
28 - Mencuri!Dari balik pohon Kanara berdiri, memandang bangunan megah yang dulu menjadi tempatnya berteduh. Tangan terkepal saat melihat sebuah mobil keluar, tetapi ia masih ragu untuk menampakkan diri saat mengingat kejadian di mansion Faresta. Ia melangkah mendekat lalu masuk ke sana, tanpa dihalangi oleh orang - orang karena mereka belum tau jika dia hendak diceraikan."Nyonya baru pulang?" sapa pelayan saat melihat Kanara berjalan menaiki tangga menuju kamarnya."Hmmmm." Kanara hanya berdehem dan menoleh sekilas tanpa berhenti melangkah, perlahan ia membuka pintu lalu masuk sedangkan pelayan yang bertanya tadi sudah pergi.Dirinya mengembuskan napas lega saat sampai kamar, dihempaskan tubuh ke kasur yang sangat empuk. Memejamkan mata lalu bangkit lagi, melangkah menuju lemari mengambil beberapa perhiasan miliknya. Hari ini dia nekad ke sini karena uang telah habis tak tersisa, dengan penuh harapan benda mahal ini belum diambil ternyata b
27 - Panggilan baru"Kenapa kamu diam saja Sere, kamukan sudah janji sama Ibu tadi mana," tegur Desti menatap tajam anaknya bak elang memandang mangsa."Ibuuuuu, astaga sudah jam segini. Pasti kamu harus ke kantor, ayoo cepat!" ujar Sere mengalihkan topik ia pamit dengan cepat dan mendorong Faresta agar berjalan."Heyyy, sudah dorongnya. Kita udah sampe ke parkiran," tutur Faresta terkekeh geli lalu berbalik memandang istrinya."Kenapa menatapku seperti itu!" ketus Sere mengalihkan matanya ke samping tidak ingin bertabrakan dengan manik Faresta."Ayo cepat! masuk mobil. Kamu akan aku antarkan ke rumah," kata Faresta lalu masuk tanpa membukakan pintu untuk Sere."Menyebalkan sekali," gerutu Sere lalu membuka pintu dan menutupnya lagi terdengar suara benda itu dikunci membuat Sere memandang suaminya."Kenapa pake segala dikunci," seru Sere spontan Faresta yang menyalakan mobil menoleh memandang istrinya."Memangnya kenapa,
26 - TamparanSere bangun pagi - pagi ia lekas membersihkan diri lalu pergi ke kantin untuk mengisi perut yang bergejolak minta diisi sedari tadi."Ahhh, kenyangnya." Sere mengelap bibirnya lalu cepat membayar."Mendingan aku belikan Ibu buah saja, pasti dia senang." Senyuman itu selalu terbingkai semenjak berbincang dengan Desti, dengan riang ia melangkah pergi menyebrang jalan untuk membeli buah - buahan."Aishhh, beruntung aku masih memiliki uang," ujar Sere memandang dompetnya, ia lekas memilih buah dan membelinya.Setelah membeli buah, Sere langsung ke rumah sakit dan cepat ke ruangan Ibunya. Saat membuka pintu pendengarannya menangkap suara tamparan membuat melebarkan akses masuk lalu matanya membulat saat melihat sang Ibu tengah memegang pipi."Apa yang kamu lakukan!" Teriak Sere penuh kebenciaan, ia mendekat dan mendekapan Ibunya."Dia pantas menerimanya, karena tak menuruti keinginanku," seru Al bersidekap dengan
25 - Jalang!"Sudahlah, Tuan. Kalau kamu ingin pergi, pergi saja," usir Sere dengan nada kesal, ia mengerucutkan bibirnya sambil menghentakan kaki.Faresta mengulas senyum tipis melihat tingkah istrinya, lalu menoleh memandang ibu mertua yang menggelengkan kepala."Ibuu, aku pamit dulu ya," ucap Faresta dibalas anggukan Desti."Hati - hati, Nak." Faresta mengangguk sebagai jawaban lalu melangkah keluar menghilang dari balik pintu."Sereee," panggil Desti membuat wanita itu menoleh memandang Ibunya."Kenapa kamu memanggil suamimu Tuan, kamu jadi seperti bawahannya," seru Desti memandang anaknya bingung."Lalu aku harus memanggil apa, Buu," balas Sere menghempaskan bokongnya di kursi.Aku memang bawahannya, aku akan ditendang jika sudah selesai melakukan tugasku," lanjut Sere dalam hati tanpa sadar meremas baju yang ia pakai.Desti menepuk bahu Sere, membuat perempuan itu mendongak memandang Ibunya. "Ada apa Bu?" tanyanya.
24 -Kamu memanggil suamimu seperti itu? Sere bungkam saat masuk mobil, ia tak mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Faresta tengah fokus memandang jalanan yang di lalui, dia mengabaikan Sere.Setelah sampai tujuan mereka keluar lalu melangkah menuju di mana Desti berada, Faresta mengembuskan napas pelan lalu menarik lengan Sere agar berjalan disampingnya membuat wanita itu mendengkus kesal. "Kenapa kamu menarikku!" geram Sere dengan suara pelan. "Kita harus memperlihatkan kemesraan kita, ingatlah! bahwa mereka tidak boleh tau jika aku hanya menyewa rahimmu untuk mengandung anakku," tuding Faresta dibalas anggukan pelan oleh Sere. "Kenapa hidupku seperti ini," keluh Sere dalam hati, ia mengulas senyum setelah membuka pintu ruangan VIP. "Hai Ibuuuu, Sere datang," ucapnya berlari sedikit dan memeluk Desti yang tengah terbaring sambil tersenyum saat melihat putrinya datang. "Ibu kira, pengantin baru tidak akan menjenguk Ibu," ca
23 - Lebih keras lagiLengan Sere ditarik, membuatnya mengikuti langkah sang suami menuju kamar mandi. Saat sampai ia melihat Faresta tengah menanggalkan pakaian membikin dia mulai panas dingin dan lekas menutup matanya."Apa yang kamu lakukan," dengkus Faresta saat dirinya sudah menenggelamkan tubuh di bathup."Menutup mata," balas Sere dengan polos."Kenapa menutup mata, bukankan kita sudah bersama. Ayoo cepat bersihkan tubuhku," perintah Faresta membuat Sere mengembungkan pipinya kesal, perlahan membuka tangannya dan mengintip lalu menghela napas lega."Ayooo cepat! ini spon dan sabunnya." Faresta memandang Sere lagi, lalu menyodorkan tempat sabun dan spon."Itu aku melakukannya karena ulahmu, memberikan minuman yang ada obat perangsangnya," ujar Sere dengan nada kesal, ia berjongkok lalu menggosok punggung Faresta dengan spon cara kasar."Lebih keras, kamu lembek sekali!" ejek Faresta membuat Sere menggeram kesal lalu menggo
22 - Insiden di dapurKean sudah pergi sejak tadi, sedangkan Sere tengah menenangkan semua orang di dapur yang berwajah pucat."Tenanglah, kalian tidak akan dipecat. Aku berjanji," ujar Sere mereka semua saling lirik lalu menghela napas dan saling membalas senyuman."Terimakasih Nona, semoga Nona bisa menyakinkan agar kami tidak dipecat oleh Tuan Faresta," seru Koki itu dibalas senyum lembut oleh Sere, membuat semuanya menunduk."Ya sudah, kalian lakukan pekerjaan kalian. Aku mau melanjutkan memasak lagi," tutur Sere membuat mereka mengangguk lalu menghela napas."Semua Nona Sere bisa membantu kami nanti," batin Bulan berseru lalu mulai membantu Nonanya lagi."Akhirnya selesai," kata Sere puas, ia segera menghidangkan bersamaan Faresta berada dihadapannya."Apa yang kamu lakukan di dapur," tegur Faresta dingin memandang tajam semua penghu