“Hallo, Bella suruh orang untuk mengantar gaun malam ke rumahku!” Andrew tengah menghubungi Adiknya untuk mempersiapkan gaun bagi Alluna.
“Kau ingin warna apa, Kak?” sahut Bella dari seberang sana.
“Kau pasti tahu seleraku! Ingat jangan terlalu terbuka!” perintahnya lalu menutup panggilan itu.
Andrew meletakkan ponselnya kembali di atas nakas kemudian mengalihkan pandangannya ke pintu kamar mandi di mana di sana Alluna tengah membersihkan diri.Perlahan langkahnya semakin dekat dengan pintu, Andrew diam mematung menatap pintu itu dengan lekat. Di baliknya ada Alluna yang tengah berdiri di bawah shower mendongakkan kepala merasakan setiap tetesan air yang menghujam tubuhnya.
Entah apa yang dipikirkan oleh Andrew namun tiba-tiba dia tersenyum sembari melangkah keluar dari kamar.
Alluna telah selesai mandi dan dia baru tersadar bahwa gaun yan
“Kau bisa melakukannya dengan tanganmu” perlahan Andrew mendekat kemudian menyentuh pipinya. Lalu dengan ibu jarinya dia mengusap lembut bibir Alluna sembari mendekatkan bibir ke telinga lalu berbisik.“Kau, juga bisa melakukannya menggunakan mulutmu.”Alluna langsung menarik tubuhnya ke belakang mendengar ucapan Andrew. Lelaki itu hanya tersenyum menikmati ekspresi wajah Alluna atas keterkejutannya.“A.apa?”Andrew lagi-lagi terkekeh, dia sudah tahu akan seperti apa reaksi Alluna.“Lupakan Alluna, masuklah ke kamar mandi dan segera pakai gaunmu” perintahnya dengan lembut.“Oh, oke” Alluna masih spechleess dengan ucapan Andrew. Membayangkannya saja milik lelaki itu sepenuhnya masuk ke mulut membuat Alluna menelan ludah.ā”ā”ā”Andrew sudah selesai mengenakan jas, dia sedang berdiri di depan cermin semba
Andrew langsung menyambutnya dengan belaian lembut di pipi.“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?” tuduhnya dengan nada lembut sehingga Alluna tak perlu gugup.“Mmm, Andrew? Boleh aku tanya sesuatu?”Andrew menghela nafas panjang kemudian meminta Alluna ikut dengannya melangkah menuju ranjang. Lelaki itu telah duduk terlebih dulu di sana sembari bersandar kemudian menepuk pahanya meminta Alluna duduk di pangkuannya.“Kemarilah” perintahnya dengan lembut dan penuh perhatian.Alluna terlihat ragu, dia masih diam berdiri di sisi ranjang.“Alluna, sayangku... kemarilah!” suara lembut Andrew semakin membuat Alluna lemah. Dia menarik tangan Alluna perlahan dan memaksa perempuan itu duduk di atas pahanya sembari menyandarkan kepala tepat di dadanya.“Sekarang, apa yang ingin kau tanyakan?”Andrew terlalu pandai membuat Allun
“Andrew??” Alluna terbelalak saat lelaki itu berhasil menindihnya.Tangannya bergerak perlahan mengambil alih ponsel dari tangan Alluna lalu menghadiahi perempuan yang tengah terkejut itu dengan sebuah kecupan di pertengahan lehernya.“Mmmh!!” Alluna menahan geli, dia menggeliat mencoba menghindar.Andrew memutuskan panggilan dari Areta dan mengembalikan ponsel ke atas nakas. Bibirnya kini mulai bergerak mengecup pipi Alluna dan berganti ke bibirnya.“Andrew tunggu!!” dengan kedua tangannya, Alluna menahan dada Andree menghentikan ciuman di bibirnya.“Kenapa?” nafas Andrew mulai memburu sampai terdengar ke rongga telinga Alluna.“Kau, kenapa jadi seperti ini?” melihat raut wajah Andrew yang berada tepat di atasnya membuat Alluna sedikit ketakutan, nampak Andrew seperti sedang dikuasai oleh nafs
Pintu belum dibuka namun Allunna sudah berdebar entah kenapa tiba-tiba tangannya menjadi basah karena keringat dingin.Salah satu tangan Endrew telah meraih gagang pintu sementara satunya lagi berada di bahu Alluna lelaki itu berdiri di belakangnya kemudian perlahan membuka pintu. "Aku harap kau tidak menyesalinya setelah melihat ruangan ini" ucap Andrew sembari membuka pintu itu sampai Alluna skhirnya bisa melihat apa yang ada didalamnya. Pandangannya nampak menyapu ruangan dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dilihatnya. Entah alat-alat apa itu ada yang terletak di meja, di kursi dan aja juga yang menggantung di almari yang terbuka. Perlahan kakinya melangkah maju masuk ke dalam kamar lalu menoleh ke arah Andrew dengan dahi berkerut halus."Ini apa?" Alluna sama sekali tidak mengerti peralatan itu, terlihat beberapa pritilan seperti cambuk, ada juga seperti berbentuk bola namun terdapat tali di be
"Apa Tuan Andrew ada di ruangannya?" Ucap Alluna kepada resepsionis."Iya, Nona Beliau ada di ruangannya" tanpa menanyakan sudah ada janji atau belum, resepsionis langsung mempersilakan Alluna masuk ke ruangan Andrew, karena lelaki itu memberi perintah kepada semua karyawannya jika Alluna datang sesibuk apa pun dia resepsionis harus mempersilakan Alluna pergi menemuinya.Pintu lift terbuka Alluna langsung melangkah keluar dia berjalan perlahan menuju ke ruangan Andrew namun seketika langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang sangat membuatnya terkejut.Andrew yang sedang berusaha melepaskan tangan Areta yang melingkar di lehernya nampak terlihat seperti sedang meminta perempuan itu untuk memeluknya Jika dilihat dari posisi Aluna berdiri.“Andrew?" Suara lembut itu seolah langsung menyelusup masuk ke rongga telinga Andrew.Bersamaan dengan mendengar suara Alluna, Andrew berhasil mema
Sepanjang hari Alluna hanya melamun, tidak di kampus namun juga di toko dia terlihat sering tidak fokus karena memikirkan Andrew.Jika saja waktu bisa di putar mungkin Alluna memilih untuk tidak menerima tawaran Andrew dulu. Ya, mencintai itu harus siap untuk sakit hati, hal inilah yang sedang di rasakan oleh Alluna. Triing!!Seorang lelaki dewasa mengenakan setelan jas hitam nampak melangkah masuk ke dalam toko. Alluna yang melamun masih belum menyadarinya sapai akhirnya lelaki itu memanggilnya.āNona? Nona Alluna?ā āHa, iya. Ada yang bisa saya bantu?ā Alluna mengaliskan pandangannya ke arah lelaki yang berdiri di seberang meja kasir. Dengan wibawa lelaki bertubuh tegap itu menundukkan kepalanya.āMaaf Nona, Alluna. Ada yang ingin bertemu dengan Andaā ucapnya dengan nada berat. Alluna kemudian mengalihkan pandangannya keluar menatap m
Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Alluna dia menerima semua hinaan dari Tuan James tanpa pembelaan.Memang nyatanya dia orang yang tak memiliki apapun kecuali tubuh dan juga keyakinan hatinya. Hidup di kota memang sangatlah keras mencintai anak dari orang kaya pemilik dari beberapa perusahaan yang terdapat di negara itu adalah sebuah kesalahan yang ternyata berimbas kepada hidupnya. Sebentar lagi kuliah Alluna selesai tugas akhirnya juga sudah dikumpulkan hanya menunggu sidang skripsi. Beberapa hari dia jalani hidupnya dengan tanpa semangat sedikitpun. Biasanya Andrew akan berusaha menghubunginya namun hampir 1 minggu lelaki itu tak memberinya kabar. Memang Alluna sangat jengkel dan marah dengan sikap Ayahnya namun didalam lubuk hatinya dia masih berharap besar bahwa lelaki itu tak akan pernah meninggalkannya. ā”ā”ā” Bella yang mengetahui keberadaan kakaknya dikurung di dalam kamar hampir s
Sebuah mobil berhenti di depan toko, terlihat Tuan James keluar jadi mobil itu dengan perlahan.Alluna yang sedang sibuk di meja kasir membuang pandangannya keluar, saat melihat lelaki paruh baya itu berdiri di depan toko dengan rasa gugup dan keraguan dia melangkah keluar dari toko menemui Tuan James.Dengan sopan Alluna menyapanya.“Apa ada sesuatu yang penting lagi, Tuan? Sampai Anda harus datang kemari” Alluna menunduk memberinya hormat.Tuan James sempat menatap penampilan Alluna setelahnya dia berucap dengan nada berat.“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,”Alluna kemudian meminta Tuhan James untuk duduk di kursi yang sudah tersedia di depan toko.Mereka berdua duduk berhadap-hadapan dengan meja berada di ditengah."Aku tidak ingin membuang-buang waktu, aku lihat kau sedang sibuk bekerja maka dari itu aku akan langsung ke pada intinya." Tuan
āIni masih siang Andrew!ā āAku tidak peduli, aku terlalu lama menahan semua ini! Apa kau tidak sadar itu?ā Andrew membungkuk meraih kaki Alluna, menggendong perempuan itu masuk ke dalam kamar. āAku belum mandi, aku harus membersihkan tubuhku duluā Alluna terus berucap untuk mengulur waktu namun Andrew kali ini tak melepaskannya. āTidak perlu, aku menyukai bau wangi parfum yang bercampur keringatmu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kau keluar dari kamar sampai aku benar-benar puas!ā Pipi Alluna merona panas dia membiarkan tubuhnya terbaring di ranjang sementara Andrew telah memaku tubuhnya dengan kedua tangan agar tak bisa bergerak ke mana pun. Andrew telah berhasil melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai begitu saja, kini dia telah bertelanjang dada kemudian membungkuk lagi di atas tubuh Alluna.Perlahan Andrew menyingkirkan
āSiapa?āAndrew bertanya sembari melangkah keluar dari kamar, seketika tubuhnya terpaku saat melihat sosok perempuan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya berdiri di depan pintu rumahnya. Andrew membuang pandangannya kearah lain kemudian memilih pergi menuju pantry. Melihat sikap Andrew, Alluna pun mencoba untuk mengalihkan perhatian Belinda.āUmm... silakan masuk Ibuā Alluna menggandeng lengan Belinda mengajak perempuan itu masuk ke dalam.Setelah sampai di pantry Alluna menarik kursi mempersilakan Belinda agar duduk di sana. Dia juga menyiapkan minuman untuk perempuan paruh baya itu.Alluna Kekemudian meminta Andrew untuk duduk di seberang meja berdampingan dengannya. Andrew tampak canggung tapi di bawah meja Alluna menggenggam erat tangannya untuk menenangkan lelaki itu.Dia pun menoleh menatap wajah Istrinya, melihat senyum di bibir Alluna mampu membuat hatinya menjadi tenang. āMm, maaf ka
Alluna menutup pintu kamar mandi kemudian setelahnya dia bersandar dibalik pintu dengan raut wajah memerah. Dadanya bergerak cepat bersamaan dengan nafasnya yang terengah-engah. Alluna tak bisa menyembunyikan rasa malunya karena tadi saat di depan Andrew dia secara terang-terangan bahkan tanpa rasa malu dia memamerkan dan mengakui kalau dia sendiri yang telah memesan alat-alat itu. "Ya ampun, bagaimana ini... mau ditaruh di mana mukaku saat keluar nanti!" Alluna benar-benar sangat malu entah bagaimana lagi nanti ketika dia keluar dari kamar mandi harus menghadapi Andrew.Saat ini dia berusaha untuk menenangkan diri karena tadi sesaat ketika sedang berhadapan dengan Andrew dadanya berdebar tak karuan. āAduh bagaimana ini? Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ya ampun lagi pula kenapa juga aku menantang Andrew untuk memakai alat itu?ā Alluna berjalan mondar-mandir layaknya orang kebingungan karena kesalahannya sendiri.
Allunan tak menduga kalau dia akhirnya akan bisa kembali bersama dengan Andrew. Awal mula juga dia membantu Andrew hanya karena ingin ibu angkatnya sembuh dari penyakit dia tak berpikir sampai sejauh ini hingga akhirnya bisa bersanding hidup dengan lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta.Kalau dipikir-pikir dari awal, membayangkan untuk menyukai Andrew yang notabennya adalah seorang gay itu tidaklah mungkin namun ketika akhirnya dia bisa meyakinkan kalau lelaki itu juga menyukainya itu seperti sebuah mimpi bagi Alluna.Banyak kesedihan yang Alluna lalui untuk bisa bersama dengan Andrew, begitu juga dengan lelaki itu. Banyak kepedihan yang harus dia lewati mulai dari kehilangan seseorang yang dulu pernah dia cintai kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang dulu juga pernah menyakitinya serta harus melewati sisa hidup di ambang kematian, selama beberapa tahun dan kini ketika perempuan itu kembali Andrew membuktikan kalau kek
Saat lampu padam dan semua ruangan menjadi gelap gulita Alluna terlihat panik, dia sempat beranjak dari kursi dan ingin berlari keluar namun saat mengingat ucapan Andrew agar tak pergi kemana-mana membuat Alluna mengurungkan niatnya.Dia terlihat sangat gelisah dan gusar berharap Andrew akan datang saat itu juga."Andrew?” seru Alluna Namun lelaki itu tak mendengar panggilannya.Lama Alluna menunggu Andrew pun tak kunjung terlihat.Suasana semakin sepi, membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.“Ke mana perginya dia?” gumam Alluna sembari membuang pandangan ke sana ke mari yang tak nampak apa pun karena gelap.Dari arah belakang Alluna merasa seperti ada sesuatu yang datang dan mendekat, perlahan Alluna menoleh ke belakang penuh waspada.Bersamaan dengan itu lampu menyala, Alluna di kejutkan dengan Andrew yang tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah kue, ada beberapa lil
Ruangan itu adalah ruangan beberapa tahun yang lalu di mana Tuan James menghina Alluna, tepat di ruang tengah rumah keluarga Mayer, Tuan James menawarkan sejumlah uang kepada Alluna agar perempuan itu pergi meninggalkan putranya.Namun kali ini sepertinya suasana terlihat berbeda dari raut wajah Tuan James yang tak terlihat garang seperti biasanya membuat Alluna tak merasa takut seperti dulu ketika mereka bertatap muka.Seorang Bodyguard terlihat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah map berwarna hitam di tangannya melangkah mendekati Tuan James."Silakan Tuan James” ucapnya sembari memberikan map itu.Setelah mapnya berpindah tangan, Tuan James kemudian meletakkannya di atas meja mendorongnya perlahan kearah Alluna.Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang kejadian ini mengingatkan Alluna pada momen beberapa tahun yang lalu. Ketika Tuan James menawari dirinya beasiswa untuk sekola
Alluna menatapnya kesal bercampur tak percaya, bagaimana bisa lelaki itu tega membohongi dirinya. Seketika saat itu juga wajah Alluna berubah memerah karena tak sanggup lagi menahan tangis dia mulai merengek membuat Andrew merasa bersalah.Tetapi lelaki itu masih bisa tertawa menikmati keberhasilannya dalam membuat Alluna kesal. Andrew tersenyum kemudian memeluk Alkuna dengan erat.“Maaf” ucapnya sembari membelai lembut kepala Alluna.“Kenapa?” Alluna mendorong dada Andrew membuat dirinya lepas dari dekapannya. Ada rasa bahagia yang bercampur jengkel atas perbuatan Andrew.“Kenapa kau harus membohongiku?! Apa untungnya ha?” Alluna mengusap pipinya yang basah.Lagi, Andrew ingin memeluknya namun Alluna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menahan dada Andrew agar tak bisa mendekat.“Kau pikir ini lucu!! Kenapa kau tertawa? Kau men
"Aluna!" Seketika tanpa sadar Andrew menggeram menyebut namanya. Dan saat perempuan itu memutar tubuhnya menatap kearah wajah Andrew, lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain bersikap seolah dia lupa dengan apa yang baru saja dia lontarkan. Aluna tersadar lelaki itu menyebut namanya dengan suara dan intonasi nada seperti dulu saat Andrew masih sedang bersamanya.Raut wajahnya nampak berbinar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Alluna perlahan melangkahkan kakinya kembali mendekati meja. Sementara Andrew yang mulai terlihat gelisah masih tak berani menatap mata Alluna yang sedang menatapnya dengan lekat. Dada Alluna berdebar kencang saat langkahnya semakin dekat dengan Andrew.āKau... memanggilku apa?ā suaranya bergetar, pandangannya tak pernah lepas dari Andrew yang masih berusaha menghindar dari tatapannya. Mencoba untuk tenang Andrew kemudian menghela
Di ruang kerja tempat Alluna mengecek semua perkembangan pasiennya, terlihat Andrew dan Alluna duduk saling berhadap-hadapan di seberang meja.Ada dokter lelaki yang sebelumnya menyapa Andrew ketika dia datang ke rumah sakit. Dia hanya mengantar Andrew sampai keruangan Alluna setelah itu dia dia pergi karena masih ada pekerjaan lain."Saya akan membiarkan kalian berdua untuk berbincang, kalau begitu saya pamit pergi terlebih dulu" Dokter itu sempat menundukkan kepala sebelum akhirnya dia melangkah ke pintu kemudian pergi meninggalkan ruangan.Suasana di ruangan menjadi semakin canggung terlebih lagi untuk Alluna yang merasa bahwa Andrew seperti orang asing baginya saat ini.Raut wajah Andrew saat menatap ke arahnya terlihat begitu sangat berbeda bukan seperti Andrew yang biasanya. Mereka masih saling diam belum ada satupun dari kedua belah pihak yang berusaha untuk memulai pembicaraan.Terlihat beberapa kali Al