Home / Rumah Tangga / Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku / 54. Gosip dan Pesta Presdir

Share

54. Gosip dan Pesta Presdir

Author: Rumaika Sally
last update Last Updated: 2023-02-27 03:38:11

"Ma ma mam mama." Milena masih berceloteh dengan mata beningnya yang menawan itu.

Bayi mungil yang kini badannya tampak padat berisi itu tersenyum sambil menaik-naikkan kakinya seolah-olah minta diangkat dari stroller.

Lisa tersenyum ke arahnya. Senyum dengan hati yang teriris.

"Mungkin papa cuma capek. Jadi dia nggak sempat nyapa Milen tadi. Sini Milen Mama gendong ya. Kita duduk di taman sambil minum susu. Ok?" Lisa berusaha tetap ceria.

Bayi itu selalu anteng dan tenang saat ia gendong.

Sore itu di bangku taman belakang rumah Mario, Lisa menatap pemandangan menyejukkan mata yang 6 bulan terakhir ini menjadi alasannya bertahan hidup dan terus tersenyum.

Ya, ia selalu menyukai pemandangan ini. Saat Milene meminum susu dari botol yang ia pegang penuh kehati-hatian. Lisa selalu menyukai bagaimana mata bening itu menatapnya dari bawah sana seolah-olah ialah pusat dunianya.

Lisa merasa Milena menjadikannya sosok yang selalu ingin ia lihat setiap hari. Sosok yang selalu membuatnya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   55. Ketukan Pintu Jam 10 Malam

    Saat makan malam, Mario melihat kursi yang biasa Lisa duduki kosong. Begitu ia bertanya pada pelayan rumah tangganya, ia bilang Lisa sedang menidurkan Milena. "Bu Lisa di kamar. Tadi siang manggil dokter ke rumah. Milena agak demam karena habis vaksinasi. Mungkin sedang rewel, Pak," ucap asisten rumah tangga itu lalu ia pamit kembali ke dapur. Mario menatap jam dinding dengan gelisah. Biasanya jam segini Milena sudah tidur. Ah, bagaimana ia akan bilang pada Lisa kalau ia masih di kamar. "Atau mungkin saat menidurkan Milena, Lisa ketiduran ya," gumam Mario. Mario memijat-mijat pelipisnya sambil memandangi makan malamnya yang masih utuh itu. Mendadak ia tidak berselera makan. Waktu pesta makin mepet. Tinggal beberapa hari lagi dan ia harus memastikan Lisa mengerti dan mau membantunya menghadapi situasi ini. Presdir perusahaannya itu bukan hanya sekedar atasan saja. Baginya Gunadi Sutowo adalah pahlawan. Mario hanya anak magang biasa yang dulu bertugas menjadi asisten pribadinya. L

    Last Updated : 2023-02-27
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   56. Teriakan Lisa

    Mario tampak salah tingkah. Ia melihat ke atas lalu menunduk, lalu melihat ke arah Lisa lagi sambil mencoba tersenyum untuk menyamarkan kegugupannya. "Mas ngapain ke sini?" tanya Lisa yang wajahnya tampak kusut dan kelelahan. Mungkin memang benar Milena agak rewel hari ini, jadi ia sedikit repot. "Ah, ehmmm. Enggak. A--aku cuma... . Oh, kata mbak Asti tadi Milena demam dan rewel, ya? Katanya kamu juga manggil dokter kan waktu aku di kantor. Dia baik-baik saja?" tanya Mario dengan agak tergagap. Lisa yang wajahnya tadinya kusut itu langsung tampak sumringah. Air mukanya berubah begitu cepat dan senyum itu berkembang di bibirnya yang manis. "Ya, akhirnya. Setelah sekian lama, setelah 6 bulan berlalu, Mario akhirnya menanyakan soal Milena. Mario akhirnya mencemaskannya setelah sekian lama sikap dinginnya dan cueknya pada bayi lucu itu. Akhirnya... Mata Lisa berkaca-kaca. Harapannya mulai tumbuh lagi. Mario kembali bisa, setidaknya sedikit mempedulikan bayi ini seperti dulu, sebelum

    Last Updated : 2023-02-27
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   57. Sebuah Kemarahan

    Keduanya berhadapan dengan situasi tegang. Mario yang biasanya mengambil alih situasi kini terbungkam saat dilihatnya mata Lisa berkaca-kaca. "Aku tahu ini menyakitkan buat kamu. Bukan hal mudah juga tapi setidaknya coba dulu, Mas. Sejak saat itu kamu sudah tak pernah mau melihatnya lagi, bahkan menggendongnya lagi. Dia tidak salah. Milena berhak mendapat kasih sayang kamu. Kamu bilang dia anakku, kan? Ya, dan secara hukum kita sudah menikah sekarang, jadi anggap dia anak tirimu! Milena anak kandungku. Jadi please lupakan semua!" Lisa berkata dengan setengah berteriak lalu ia berjalan pergi meninggalkan Mario. "Lisa..." Mario turun dari anak tangga untuk memanggil Lisa tapi ia tak tahu mau bicara apa. "Apa lagi?" Lisa menoleh dengan air mata bercucuran. Mario diam saja. Mulutnya ingin bicara tapi tak tahu apa hendak mau dikata. Ia tahu Lisa begitu marah. Mungkin setengah tahun ini sudah muak dengan sikap dingin dan arogan Mario terhadap Milena. "Kamu dengar, Mas. Apa gunanya kit

    Last Updated : 2023-02-28
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   58. Amukan Mario

    Sret! Sret! Mario menyobek kertas berisi rancangan idenya lalu melemparnya ke tempat sampah. Andy yang sudah bekerja sejak lama dengan Mario dari Mario masih di kantor lama itu diam saja. Walau sebenarnya ia tak mengerti juga perubahan emosi atasannya itu yang makin menjadi-jadi saja setelah istrinya meninggal. Mario yang dulunya penyabar berubah menjadi temperamen dan gampang marah. Ia juga gampang tersulut dan tidak sabaran. Siska sang sekretaris yang baru bekerja belum lama dengannya kadang tampak merasa tertekan dan tak kuat dengan sikap Mario yang mudah meledak-ledak ini. Ia selalu menciut dan berdiri dengan gemetar saat Mario mulai terlihat emosi. Seperti hari ini. Siska begitu pucat saat Mario mengamuk karena ia salah mengambilkan dokumen yang dimintanya. Mario jadi emosi dan melempar dokumen itu ke lantai, membuat Siska makin ingin menangis. Mario tahu ia menjadi begitu temperamen dan kasar. Ia tahu ada yang salah dengan dirinya, tapi ia tidak tahu harus memperbaiki dari

    Last Updated : 2023-02-28
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   59. Bunga Permintaan Maaf

    "Ya. Bunga. Biasanya kan hanya dikirim saat perayaan tertentu seperti saat ulang tahun, anniversary pernikahan, atau hari spesial. Tapi apa salahnya kirim bunga di hari biasa? Pasti istri Bapak akan suka." Siska kembali meyakinkan walaupun sebenarnya ia sendiri tak yakin. Mario memijit-mijit dahinya lalu ia kembali menatap Siska dan berkata dengan yakin. "Oke. Kamu pesenin bunga ke Florist. Bunga... Aduh! Apa ya yang dia suka. Saya nggak tahu yang dia suka. Bunga yang paling bagus pokoknya. Kamu pikihlan. Kamulah yang ngerti. Kamu kan sesama perempuan. Nanti kirim ke alamat rumah saya," ucap Mario. "Kartu ucapannya, Pak?" tanya Siska. Mario lagi-lagi terdiam seperti robot rusak. Surat? "Mmm, nanti saya kasih kamu. Ingat! Jangan dibuka! Jangan dibaca! 10 menit lagi kamu ke sini untuk ambil suratnya," ucap Mario. Siska mengangguk lalu ia mengusap bulir-bulir keringat dingin di dahinya dan berlalu pergi. Tapi baru be

    Last Updated : 2023-03-01
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   60. Sebuket Mawar

    Siang itu Milena tidur siang di kamarnya. Seperti biasa, untuk mengusir rasa kesepiannya ketika bayinya tidur, Lisa menyibukkan diri dengan tanaman-tanaman. Ia tampak sedang memotong daun anggrek di area depan rumah. Matanya langsung melongok ke arah pagar begitu mendengar suara mesin mobil mengklakson. Mbak Asti berlari-lari dari arah dalam rumah untuk membukakan pintu. Masih dengan memegang gunting daun, Lisa tampak menatap ke arah mobil. Ia mengira itu Mario. Kenapa ia pulang siang-siang begini? Tidak biasanya, batinnya dalam hati. Tapi ternyata yang datang hanya mobilnya saja. Yang keluar dari dalam mobil itu hanyalah Andy. Lisa tentu tahu siapa Andy. Andy sering ke rumah karena urusan kantor. Andy adalah tangan kanan Mario, orang yang ia percaya. Andy bilang Mario masih di kantor dan sedang sibuk. Lalu ia ke sini untuk mengantarkan bunga dari Mario. Asti yang baru membukakan gerbang itu tampak melirik penasaran ke arah Lisa. Ia ingin tahu apakah nyonya rumahnya itu terkesan

    Last Updated : 2023-03-01
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   61. Surat yang Manis

    "Dear Lisa, Maaf untuk hari-hari sulit 6 bulan ini karena sikapku yang tak mengenakkan. Aku telah berubah menjadi monster yang gampang tersulut amarah dan mudah meledak. Aku hanya belum siap. Aku hanya butuh waktu. Beri aku kesempatan untuk mengenali diriku sendiri, untuk mengendalikan sikapku, dan membuka diri. Jangan pergi kemana-mana. Tetaplah duduk di taman bersama Milena saat aku pulang kantor. Tetaplah menyapaku di bawah matahari hangat itu ketika aku hendak berangkat ke kantor. Pikiranku memikirkan banyak hal. Dari masa lalu, saat ini, hingga yang belum terjadi. Aku hidup dalam kecemasan, ketakutan. Begitu penuh dan sesak isi kepalaku hingga kadang aku tak tahan dan meledak. Maaf. Percayalah, di antara sesaknya pikiranku, aku memikirkan kalian. Kamu dan Milena. Beri hatimu yang luas pintu maafnya ini untuk memberiku kesempatan bicara. Berdua saja. Malam, setelah Milena tidur. Aku ada di bangku taman tempatmu biasa duduk menimang Milena." -Mario-***Lisa mencoba menahan

    Last Updated : 2023-03-01
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   62. Saling Tunggu

    Mario menatap jam tangannya dengan gelisah. Hari beranjak makin sore dan sudah seharusnya ia pulang. Kalau Lisa membaca suratnya, seharusnya Lisa akan menunggunya nanti malam setelah Milena tidur. Mario harap ia tidak terlambat pulang dan jalanan tidak macet agar bisa sampai rumah tepat waktu. Tapi ternyata meeting ini berjalan panjang. Timnya membawa isu penting perusahaan dan diskusi panjang untuk campaign perusahaan mereka bulan depan yang sudah harus segera disusun. Mario memang gila kerja semenjak Risa meninggal. Dia membunuh waktu dan hari-harinya di kantor agar tidak terlalu memikirkan semua masalah yang membuat dia trauma itu. Ia juga lebih suka terus bekerja di kantor dan pulang malam-malam agar tak sering melihat anak itu. Marsa alias Milena. Mungkin Mario sudah terlalu lelah untuk lari dan ia sadar tindakannya itu salah. Lalu ketika ia ingin mencoba memperbaiki semua dan bicara pada Lisa, pekerjaan kantor justru menghambatnya. Mario terlena oleh waktu. Apalagi timnya

    Last Updated : 2023-03-02

Latest chapter

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   86. Jalan Pulang

    Mama Aryo tampak menatap putranya dengan wajah sedih. Ia tahu hidup putranya pasti tidak baik-baik saja selama kabur di luar sana. Tapi mungkin ia masih terlalu terkejut begitu tahu ternyata Aryo separah ini. "Siapa, Yo?" Perempuan tua itu menatap putranya yang sedang mengecek ponsel. Aryo diam saja. Ia hanya menatap mamanya dengan tatapan terkejut. Kemudian ia menoleh lagi ke arah ponselnya. [[ "Test!" ]] Lalu dua menit kemudian saat mungkin Bisma tahu nomor Aryo masih aktif, Bisma langsung mengirim pesan singkat lagi. [[ "Aryo, ini Bisma." ]] Lalu belum sempat kekagetan Aryo hilang, Bisma tiba-tiba saja sudah menelpon. "Ma. Bisma nelpon, Ma." Aryo langsung menatap mamanya lagi. Sungguh sejak pulang ke rumah lagi, pria bertato dan berwajah seram itu tampak seperti menjadi anak mami. "Angkat, Yo. Angkat." Mama Aryo malah yang lebih antusias. Aryo menatap ponselnya dengan ragu. "Tapi aku mau ngomong apa, Ma? Dia pasti nanyain Lisa. Dia pasti nyari Lisa. Dia minta aku jaga

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   85. Pesan dari Nomor Tak Dikenal

    Aryo menatap sosok itu. Sahabat semasa sekolah, teman sesama pelariannya saat diusir dari rumah, sekaligus orang yang ingin ia maki-maki saat ia kabur menghilang. "Iya, kan? Itu Bisma bukan, sih? Ternyata dia jago nyanyi juga. Eh, dia lolos loh. Berarti di tayangan minggu dia ada lagi." Mama Aryo berkata dengan antusias. Ya, sejak lumpuh karena stroke, satu-satunya hiburan mamanya adalah menyaksikkan acara televisi. Dan Aryo selalu mendampinginya karena semua orang di rumah ini sibuk bekerja. Aryo tahan kupingnya. Ia tak peduli disindir pengangguran numpang tidur dan makan. Ia pulang karena mamanya. Itu saja. "Yo? Aryo? Kamu kenapa? Kok kayak ketakutan gitu?" Mama Aryo menoleh. Dengan tangannya yang sedikit tremor dan sulit digerakkan, perempuan tua itu berusaha menepuk pundak putranya. Aryo menoleh dan berusaha bersikap biasa saja. Padahal dalam hati ia sangat syok. "Nggak papa kok, Ma." Aryo menjawab singkat. "Aryo, bukannya kamu pernah cerita ya. Waktu kamu kabur dari rumah

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   84. Kemunculan Bisma

    Mbak Asti sampai mematikan setrikanya. Ia berjalan menghampiri nyonya rumahnya yang tampak syok menatap layar televisi. "Bu Lisa?" Mbak Asti mengguncang pelan tangan Lisa. Lisa terhenyak. Ia lalu menoleh dan tersadar. Milena yang ia abaikan di gendongannya ia peluk. "I--iya, Mbak. Aku, a--aku ke luar dulu, ya. Mau ambil minum buat Milena." Lisa beralasan lalu ia kabur pergi. Mbak Asti tampak bingung. Ia menyalakan kembali setrikanya sambil melihat ke layar televisi. "Perasaan nggak ada yang aneh di TV. Kenapa bu Lisa lihatin TV sampai sebegitunya?" Mbak Asti menggumam bingung. Oh, andai Mbak Asti tahu. Lisa menangis karena kekasih yang dulu kabur dari tanggung jawabnya itu muncul lagi di televisi sebagai peserta audisi pencarian bakat dan memperkenalkan diri sebagai pria lajang. Lisa mengusap air matanya yang menetes. Milena si bayi polos menatapnya dengan mata beningnya itu. Tangan mungilnya meraba pipi Lisa yang penuh air mata. Lisa menatap Milena dengan senyuman tapi matany

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   83. Janji Bisma

    Layar televisi di depan Lisa masih menyala. Sementara layar televisi yang menayangkan program yang sama di depan Bisma dimatikan dengan kasar. Sang mentor melempar remote control ke sofa. Bisma duduk duduk di kursi kayu dengan kikuk. Mentornya tampak mondar-mandir dan kelihatan seperti sedang berpikir keras. "Lihat barusan? Waktu kamu audisi, cukup oke. Tapi sekarang beda. Kamu akan tampil di panggung besar. Tidak bisa kita pakaikan kamu jaket jeans lusuh ini lagi." Si mentor berkepala botak itu menjelaskan dengan berapi-api. Bisma diam saja. Ia punya mimpi jadi penyanyi, albumnya meledak, lagu-lagunya menjadi hits. Tapi baru masuk industri televisi untuk ajang pencarian bakat penyanyi begini saja mentalnya drop. "Kamu kurang, Bisma. Kurang apa ya. Kurang menjual. Tampang oke, suara oke, tapi gaya kamu kurang bad boy. Target pasar kamu cewek-cewek. Kamu nurut ajalah sama saya. Potong rambut, ubah semua. Saya akan bangun persona baru kamu. Gaya bicara kamu ini juga... Arghhh! Kur

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   82. Bisma New Idol

    Pagi itu Lisa bangun dengan hati yang lebih ceria. Ia mandi cepat-cepat dan membangunkan Milena. Rasanya melakukan aktivitas apapun di pagi ini, selalu ada Mario yang mengisi setiap jengkal pikirannya. Ya, sejak malam tadi Mario jadi punya posisi penting di hatinya selain Milena. Seperti ada kesepakatan tak tertulis. "Oke, mulai sekarang kita saling membuka diri dan membebaskan hati kita, kemana pun hendak berlabuh. Pelan-pelan." Begitulah kira-kira. Lisa menatap penuh cinta pada Milena yang terbangun dengan bibir manyunnya. Sungguh sangat lucu. "Papa katanya mau ke kantor pagi ini, Sayang. Ayo kita sapa," ucap Lisa sambil menggendong Milena keluar dari kamar. Dan benar saja, ketika ia membuka pintu Mario sudah berada di anak tangga terbawah. Pria berpakaian rapi itu menatapnya sambil tersenyum. "Selamat pagi kesayangan Papa," sapa Mario yang membuat hati Lisa sedikit tersipu. Kesayangan Papa? Siapa yang ia maksud? Ya tentu Milena, lah. Tapi entah kenapa Lisa merasa kata-kata

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   81. Meyrika dan Daniel

    Lisa membisu. Sungguh pertanyaan yang sulit. "Sorry. Pertanyaan ini mungkin membuatmu bingung. Pernikahan ini awalnya untuk pengukuhan status Milena sebagai anak kandungmu. Tapi kurasa, akhir-akhir ini..." Mario tak bisa melanjutkan kata-katanya. Lisa masih diam saja, tapi hatinya berdebar. Ia sedang menunggu. Mario ingin bilang apa? Kalau perasaannya tumbuh untuknya? Sejujurnya, Lisa juga merasakan hal yang sama. "Lis, aku tahu kamu tak nyaman soal ini. Tapi aku merasakan perasaan yang lain untukmu. Sedikit demi sedikit. Rasanya berbeda. Aku ingin kamu di sisiku bukan sebagai ibu susu Milena saja, tapi aku ingin kamu jadi istriku yang sesungguhnya." Kata-kata itu keluar dari mulut Mario dengan susah payah. Lisa menatap mata bening yang tulus itu. Mario langsung gugup ditatap seperti itu. Ia tertunduk. Ingin rasanya ia ungkapan perasaannya bertahun-tahun yang lalu. Soal Lisa yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Soal surat yang salah alamat. Lalu ketika Risa lah

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   80. Di Bawah Rembulan

    Mario lalu turun dari panggung. Entah kenapa semua undangan bertepuk tangan dengan meriah. Sebagian dari mereka mungkin merasa tersindir karena ucapan Mario begitu menohok. Dan sebagian lainnya merasa puas karena menganggap Mario keren. Ia dengan berani mengakui pernikahan keduanya dan membela istrinya yang terus digunjingkan dengan tuduhan yang tidak-tidak. Harus diakui, Mario sangat gentelmen. Daniel menarik nafas panjang. Ia tak menyangka Mario akan seberani ini mengungkap rumah tanggannya. Ya mungkin memang benar ia lelah digosipkan. Tapi soal anaknya dengan Risa yang diadopsi dan sekarang ia merawat anak tirinya dari Lisa cukup mengejutkan juga. Mendengar fakta itu diungkapkan ke publik membuat Daniel makin yakin. Mario tidak bohong. Harapannya untuk memeluk putrinya lagi pupus sudah. Dulu ia pikir ia tetap bisa menyayangi anak itu dari jauh. Melihatnya di rumah Mario. Oh, ternyata tidak. Lamunan Daniel dan kesedihannya langsung hilang ketika Meyrika menyentuh pundaknya. Da

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   79. Presdir Pengganti

    Mario mengucapkan sepatah dua patah kata di atas panggung. Lisa tampak menatapnya dengan bangga di belakangnya. Ia berdiri di samping Pak Gunadi. Mario tahu hal ini akan segera terjadi. Pak Gunadi sudah mengisyaratkan kalau suatu hari nanti ia akan menyerahkan tanggung jawab perusahaan sepenuhnya padanya. Tapi Mario tidak menduga Pak Gunadi akan mengumumkannya secara resmi malam ini. Oh, begitu cepat. Ia pikir akan setahun atau dua tahun lagi. Mungkin lelaki tua itu sudah lelah dan ingin beristirahat saja, mengingat kondisi kesehatannya menurun sangat jauh dari tahun ke tahun. "Istriku meninggal karena kanker. Hal itu membuatku sadar, kalau berapapun harta yang kita punya tidak akan bisa membeli nyawa. Tapi untuk memperpanjang dan membeli sedikit waktu, masih bisa. Aku tahu kamu tidak obsesif untuk soal harta, Mario. Kita dibesarkan oleh keluarga angkat. Kita sama-sama anak yang terbuang. Kamu juga mulai dari nol. Kamu tahu cara menghargai proses. Jangan kecewakan saja. Kamu suda

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   78. Rasa Iri Luar Biasa

    Setelah Daniel bilang "iya" pada ajakan menginap di tempatnya, wanita bergaun putih itu tak henti-hentinya tersenyum. Daniel bisa merasakan energi Meyrika yang makin bertambah. Apalagi ketika menggandeng dan memperkenalkannya pada teman-temannya di pesta. "Mey, soal menginap, apa kau yakin?" Daniel berbisik saat tubuh mereka merapat saat menikmati musik. Mey menatapnya dengan bingung. "Ya, aku yakin. Kenapa? Tenanglah, aku tinggal sendiri. Aku sudah 35, Daniel. Orang tuaku tak akan ikut campur. Mereka di luar negeri." Daniel tampak makin bingung. Sejujurnya ia panik sekarang. Ketika bilang iya tadi, ia hanya spontan saja. Mengiyakan ajakan menginap tentu sudah jelas arah dan tujuannya kemana. Mereka sudah sama-sama dewasa. Toh dulu kurang liar apa kehidupan percintaan Daniel dengan Risa yang sudah bersuami. "Mey, sejak kecelakaan dan kondisiku begini, aku tak pernah lagi..." "Sttt!" Mey meletakkan telunjuknya di bibir Daniel lalu ia tersenyum. Daniel membeku. Ia tahu Mey seriu

DMCA.com Protection Status