Share

65. Temani Aku Hingga Nanti

Namun, Sulis mengurungkannya ketika seseorang perlahan-lahan mengetuk pintu kamar.

            “Assalaamualaikum,”

            Kepala Elis tersembul sedikit ketika pintu didorong dari luar.

            “Waalaikum salam,” sahutku dan Sulis, hampir bersamaan. 

Kulihat Elis tersenyum saat mengetahui Sulis ada bersamaku di ruangan ini. Sebaliknya, begitu melihat kedatangan Elis, Sulis cepat-cepat berdiri dari duduknya dengan sikap canggung.

            “Nggg, maaf, Mas Bram, kalau begitu Sulis di luar dulu, ya,” katanya.

“Lho, mau ke mana? Saya Cuma sebentar, kok, cuma mau nganterin titipan dari Umi untuk Aa Bram.”

Setelah meletakkan buah-buahan dalam plastik transparan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status