Pagi-pagi sekali dua orang pemandu telah menunggu di depan hotel. Dom keluar pertama kali dan telah berbincang dengan mereka.
Di dalam kamar Ken masih mengecek semjua barang keperluan untuk Jani.
“Aku tidak membutuhkan apapun selama denganmu, Ken,” ucapnya manja yang memeluk kekasihnya dari belakang.
“Tentu saja, sayang. Ini semua adalah untuk keselamatanmu.” Ken menarik tangannya kedepan dan menciumnya dengan mesra. Mereka lalu keluar kamar mendekati Dom.
"Dimana Dave dan Mel?" tanya Ken.
"Entahlah, tidak biasanya mereka terlambat. Kita tunggu saja sebentar lagi," jawab Dom yang melihat kearah jam tangannya.
Di dalam kamar, Dave harus kesusahan membangunkan Mel yang tertidur sangat pulas. Dia begitu kelelahan melayani Dave yang meminum ramuan panambah hasrat yang membuatnya kuat melakukan percintaan berkali-kali.
"Sayang, bangunlah. Kita harus berangkat. Hah, kayanya aku tidak boleh meminumnya sendiri. Lain ka
Upacara adat telah disiapkan saat matahari semakin lama semakin menghilang dari langit. Ken dan Jani duduk bersila di atas tanah bersama para penduduk. Mereka melihat para wanita suku Nunak menari dan bernyanyi mengelilingi api unggun yang menyala, memakai pakaian adat suku mereka.Para lelaki berbaris mengelilingi tempat upacara dengan menari tombak yang serempak. Ken sesekali melirik ke arah ketua yang terlihat memejamkan mata dan berbicara sendiri. Semakin lama ucapannya semakin terdengar dan semakin keras.Saat ketua berteriak mengatakan sesuatu dalam bahasa suku mereka, tarian langsung berhenti. Semua menatap ketua dengan terdiam."Warga suku Nunak, malam ini roh agung menginginkan pertarungan berdarah. Siapapun yang menang, dia berhak menikmati daging lawannya dan menyebutkan dua permintaan yang akan aku penuhi,” ucapnya tegas tersirat jiwa kepemimpinannya.“Nurok, apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanyanya melirik ke arah panglimanya.
Dom terbaring di ranjang kapuk dengan dua gadis yang membelainya. Jantungnya berdetak dengan kencang karena dia bukanlah Gil yang sangat berpengalaman bercinta dengan lebih dari satu gadis.“Hehe, jangan yang bagian situ. Aku tidak tahan dengan gelinya,” ucapnya yang tidak bisa menghentikan aksi kedua gadis.“Tuan, sudah lama aku ingin bercnta dengan orang asing. Selama ini kami hanya melayani hasrat ketua saja dan itu membosankan,” ucap gadis yang bernama Nahi.“Jadi kalian adalah istri Ketua?”“Tentu saja bukan. Kami masih menjadi gundiknya. Dia akan menikahi kami saat bulan purnama, namun sayang ketua harus tiada. Tapi itu tidak masalah karena kami mendapatkan yang muda dan tampan sepertimu,”ucap gadis satunya yang bernama Ayi yang langsung mencium Dom dengan menggebu.“Maaf, aku tidak terbiasa bercinta dengan dua gadis,” ucap Dom dengan sopan.“Tidak masalah, kami ahli mel
Ratu Putih kembali berjalan menuju singgasana yang terbuat dari emas dengan kain putih lembut di bantalan kursinya.Penjaga pintu kembali meneriakkan dua nama dengan kencang."Putri Ania dan Putri Dansi datang."Semua kembali menunduk saat dua orang putri berjalan melewati karpet merah. Jani terlihat mengenal salah satunya."Yang baju putih adalah Ratu Ania," bisiknya ke Ken."Wow, musuhku ternyata cantik juga,"ucap Ken yang langsung disikut oleh Jani.Kedua putri menunduk untuk memberi hormat kepada ibundanya. Mereka duduk di samping kanan dan kiri sang Ratu.Saat semua orang menatap mereka, Ratu Putih segera berdiri."Rakyatku, hari ini aku akan memberikan hadiah kepada kedua putriku. Hadiahku ini adalah warisanku yang paling berharga."Pengawal kerajaan berjalan mendekat dengan membawa nampan. Ania terlihat tersenyum manis seakan tidak sabar dengan hadiahnya.Pengawal membuka tutup nampan dan terlihat magic boo
Belati emas masih menancap di jantung Ratu Putih. Skuller melepas tangannya dari gagang belati itu. Dia mundur beberapa langkah hingga sejajar dengan Ania. Darah segar mengalir di bibir tipis milik sang Ratu.“Putriku tersayang, sampai kapanpun kau tidak akan mendapatkan apa yang bukan menjadi hakmu,” ucapnya lirih.“Jika ibu memberikan buku itu kepadaku, ibu tidak perlu mati seperti ini. Ini semua adalah kesalahan ibu. Aku akan mencari Dansi di manapun dia berada meskipun membutuhkan waktu berabad-abad.” Ania terlihat sangat emosi dengan matanya yang menguning.“Hahaha, kau akan kalah dengan sang Pewaris. Gadis itu akan mengalahkanmu.” Ratu Putih menarik belati yang menancap dan mengucapkan sesuatu. Belati itu tiba-tiba bersinar dengan terang dan meredup.“Aku mengambil hak kepemilikan belati ini darimu. Sang Pelindung dari sang Pewaris akan datang dan menjadi yang berhak atas belati ini.” Rat
Keesokan harinya, Ken dan Jani bersiap untuk kembali. Dom dan Gil telah bangun duluan dan berbincang dengan para gadis yang menemani mereka sepanjang malam. Terlihat mereka tersenyum dengan bahagia seolah melupakan bahwa suku itu hampir saja memakan tubuh Dom.“Apa kalian akan kembali ke sini?” tanya salah satu gadis.“Tentu saja. Saat kami kembali, kalian harus menyambut kami seperti semalam,” ucap Gil dengan mengedipkan matanya. Para gadis tertawa dengan manja.Ken dan Jani mendekati mereka dengan membawa barang.“Apa kita akan berangkat sekarang?” tanya Jani.“Yah, kita menunggu Dave dan Mel datang. Mereka sepertinya terlambat bangun lagi,” jawab Dom.Di dalam kamar, terlihat barang Dave dan Mel yang tertata rapi siap untuk dibawa kembali. Namun pasangan kekasih itu masih enggan keluar kamar.“Ah, ah, semua orang menunggu kita, Dave,” ucap Mel mendesah mendapatkan hentakan
Ken dan Jani meletakkan magic book dan belati emas dalam satu nampan seperti yang mereka lihat saat di istana putih. Mereka memandangi kedua warisan mereka sambil saling mendekap.“Leluhur kita telah menjaga warisan kita dengan sangat baik. Sekarang giliran kita menuntaskan semua,” ucap Ken.“Kau benar. Aku tidak mau mengecewakan ibuku. Dia sudah mengorbankan nyawanya demi diriku dan juga buku ini.” Jani menyentuh magic book dengan jari-jarinya.“Jadi kapan kau siap untuk mengintai istana hitam?” tanya Ken.“Hem, aku ingin berbaring di kasurku dulu. Punggungku rasanya sakit setelah tidur di kapuk itu. Bukannya aku anak manja, hanya saja aku tidak terbiasa tidur di tempat seperti itu,” ucap Jani yang langsung berbaring di ranjangnya.“Yah, tentu saja. Kau adalah putri bangsawan yang terbiasa dengan kasur nyaman dan juga kehidupan serba kecukupan. Akan sulit bagimu untuk beradaptasi dengan kehidup
Ken dan Jani mengikuti Tuan Donovan yang berjalan menuju ruang utama. Ken masih tidak mengerti dengan maksud pembicaraan Tuan Donovan yang baru saja di dengarnya.“Tuan, maksudmu aku harus menyusup untuk menjadi salah satu tahanan di kantor polisi?” tanyanya.“Benar. Aku tidak mungkin menyuruh Dom, Gil atau Dave untuk melakukan itu. Mereka akan sangat mudah melakukannya, tapi data rahasia itu pasti ada di suatu tempat yang dilindungi oleh mantra dan hanya kalian berdua yang bisa mengatasinya.” Tuan Donovan berbalik memendang Ken dan Jani.Gil dan Dom datang mendekati mereka setelah mendengar pembicaraan Tuan Donovan.“Tuan, Ken tidak pernah melakukan kejahatan maupun kenakalan remaja. Bagaimana dia bisa ditahan di kantor polisi?” tanya Gil.“Bagaimana jika kau yang mengajarinya. Dia masih muda dan menjadi nakal sedikit tidak masalah untuknya.” Tuan Donovan menepuk pundak Gil dan berlalu meninggalkan m
Ken Kembali mengendap-endap menuju selnya. Dia mendekati Jani yang ada di dalam sel wanita. Jani memberi isyarat agar Ken tidak berisik karena polisi jaga akan berkeliling untuk mengawasi para tahanan.“Kembalilah ke sel mu dulu. Polisi itu akan segera kemari,” bisik Jani yang langsung berbaring untuk pura-pura tidur. Ken segera menarik jeruji besi di selnya dan masuk ke dalam. Setelah itu jeruji dikembalikan seperti semua. Semua tahanan masih tertidur lelap dengan saling mendengkur tidak memperdulikan keadaan sekitar. Ken segera berbaring dan pura-pura tertidur, tepat saat polisi berpatroli mengawasi ruang tahanan.Polisi itu mengawasi satu persatu tahanan cukup lama untuk memastikan semua tertidur. Suara langkah kakinya sangat terdengar di malam hari yang sangat sepi. Setelah lama terdiam, suara langkah kaki itu terdengar kembali dan semakin menjauh. Polisi itu menutup pintu dan mengunci kembali pintu masuk ruang tahanan yang sebelumnya belum terkunci.
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Mahkluk tak bermata keluar dari sinar yang terpencar di kegelapan. Mereka bersujud di depan Ania dengan mengerang. Mahkluk yang lain terlihat menyambut kedatangan mereka dan menyahut erangan itu dengan erangan khas masing-masing. Ania terlihat sangat puas dan bahagia. Tangannya mengarah ke atas mengeluarkan kilatan yang menjadi satu dengan awan hitam yang kini menjadi merah menyala.Pemuda yang telah di ubah oleh Gil, memakai jubah yang sama dengan para penyihir baru. Perlahan dia masuk ke dalam barisan. Berjalan maju selangkah demi selangkah mencari ibu dan adiknya yang masih menjadi penyihir.“Ibu, aku menemukanmu.” Pemuda itu melihat wajah ibunya di balik tudung yang berubah buruk rupa. Perlahan dia menarik ibunya yang masih di bawah pengaruh sihir dengan terdiam dalam barisan. Hingga sampai di belakang, pemuda itu melihat ke segala arah memastikan aman. Diam-diam dia membawa ibunya ke balik tembok dan menyandarkannya di sana dengan posisi duduk. Dia men
Suara itu samar,namun sangat jelas. Jani dan Ken langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara. Hanya ada kegelapan yang di temani suara burung hantu. “Kau dengar itu, Ken?” tanya Jani memandang sekitar.“Aku mendengarnya. Tapi, siapa yang memanggilmu?” Ken melangkah ke depan mengawasi ke seluruh tempat itu dengan mata supernya. Tetap dia tidak melihat apapun. Ken kembali mundur dan mengajak Jani menuju mobil. Saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, suara memanggil itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.“Jani.”Seketika mereka berdua menoleh ke belakang dan terkejut melihat ruh Ibu Jani dengan bersinar terang tersenyum ke arah mereka.“Ibu!” teriak Jani segera berlari ke arah ibunya. Tangannya menyentuh tangan ibunya yang tembus. Terlihat kerlipan sinar terpancar di seluruh tubuh wanita yang telah melahirkannya. Jani tidak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah membasahi pi
Langit bergemuruh disertai kilatan petir yang dasyat. Tanah membelah mengeluarkan semburan api yang mengucur ke atas. “Bangkitlah, para mahklukku!” teriakan Ania membuat suara gemuruh dan langit menjadi merah menyala.Munculah sosok-sosok aneh setelah semburan api menghilang. Wajah babi dengan tubuh manusia yang tinggi dan besarnya dua kali ukuran manusia biasa. Ada pula yang mendesis seperti binatang melata tetap dengan tubuh manusia namun wajahnya menyerupai kadal dengan ekor yang panjang. Semua berjalan mendekati Ania dan tunduk di hadapannya.Jani menatap langit merah di atas istana hitam yang nampak dari kejauhan. Dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat apa yang terjadi di istana itu. Jani berbalik menatap Ken dan juga Tuan Donovan yang berada di belakangnya. “Kalian tidak akan suka dengan apa yang aku lihat. Mahkluk yang baru muncul lebih mengerikan dari yang sebelumnya tapi sangat lambat,” ucap Jani.“Dari mana kau tah